dalam ukuran relatif persen atau seberapa dekat nilai dugaan tersebut mengikuti perkembangan nilai aktualnya. Koefisien ketidaksamaan Theil U digunakan
untuk mengevaluasi simulasi historis maupun peramalan. Nilai U berkisar antara 0 dan 1, jika U = 0 maka estimasi model sempurna. Validasi model dilakukan
pada periode tahun 2003-2012 dimana tahun 2003 merupakan tahun dimulainya produksi gula kristal rafinasi oleh pabrik gula domestik sehingga total produksi
gula domestik meningkat secara signifikan.
4.6. Simulasi Model Kebijakan
Simulasi kebijakan historis pada periode tahun 2003-2012 dilakukan dengan tujuan melihat dan mengetahui dampak kebijakan ekonomi komoditas
gula dan kebijakan tarif impor terhadap penawaran, permintaan, harga, kesejahteraan produsen, dan kesejahteraan konsumen gula Indonesia. Gula
merupakan salah satu produk sensitif bagi Indonesia. Indonesia melakukan reservasi terhadap produk gula sebagaimana tercantum dalam Protocol to Provide
Special Consideration on Rice and Sugar . Produk gula akan masuk dalam
Inclusion List pada tahun 2015 sehingga skenario simulasi kebijakan yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1.
Penerapan kebijakan penurunan tarif impor gula menjadi 10 persen. Alternatif kebijakan ini berdasarkan pada rencana penerapan tarif impor gula sesuai tarif
akhir end rate dari Protocol to Provide Special Consideration on Rice and Sugar
. 2.
Penerapan kebijakan penurunan tarif impor gula menjadi 5 persen. Alternatif kebijakan ini berdasarkan pada rencana penerapan tarif impor gula sesuai tarif
akhir end rate dari Protocol to Provide Special Consideration on Rice and Sugar
. 3.
Penghapusan tarif impor gula menjadi sebesar nol persen. Alternatif kebijakan ini berdasarkan pada rencana penerapan tarif impor gula sesuai
komitmen utama ATIGA ASEAN Trade in Goods Agreement pada tahap akhir.
4. Peningkatan harga gula di tingkat petani sebesar 30 persen. Alternatif
kebijakan ini berdasarkan pada APTRI Asosiasi Petani Tebu Rakyat
Indonesia yang menginginkan kenaikan HPP gula sebesar 30 persen. HPP yang telah ada dengan memperhitungkan 10 persen besarnya keuntungan dari
biaya pokok produksi bagi petani dirasa terlalu kecil karena petani membutuhkan waktu satu tahun untuk mendapatkan keuntungan 10 persen.
5. Peningkatan stok gula sebesar 20 persen. Alternatif kebijakan ini berdasarkan
pada wacana dari Panitia Kerja swasembada gula DPR untuk menjadikan Perum BULOG sebagai buffer stock pengendali harga gula.
6. Kombinasi penurunan tarif impor gula menjadi 10 persen dan peningkatan
stok gula sebesar 20 persen. Alternatif kebijakan ini dilakukan untuk melihat efektivitas kebijakan ekonomi pada komoditas gula dalam melindungi
konsumen gula di Indonesia. 7.
Kombinasi penghapusan tarif impor gula menjadi nol persen dan peningkatan harga gula di tingkat petani sebesar 30 persen. Alternatif kebijakan ini
dilakukan untuk melihat efektivitas kebijakan ekonomi pada komoditas gula dalam melindungi produsen gula di Indonesia.
4.7. Analisis Surplus Produsen dan Konsumen
Surplus ekonomi terdiri dari surplus produsen, surplus konsumen, dan penerimaan pemerintah dari adanya tarif impor. Analisis surplus ekonomi
digunakan untuk mengetahui perubahan dan distribusi tingkat kesejahteraan pelaku ekonomi komoditas gula. Perubahan surplus ekonomi dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut : 1.
Perubahan Surplus Produsen ΔSPR = PPGR
s
– PPGR
b
QGTR
b
+ ½QGTR
s
- QGTR
b
...... 4.28 ΔSPN = PBGR
s
– PBGR
b
QGTN
b
+ ½QGTN
s
- QGTN
b
.... 4.29 ΔSPS = PKGR
s
– PKGR
b
QGTS
b
+ ½QGTS
s
- QGTS
b
...... 4.30 2.
Perubahan Surplus Konsumen ΔSKRT = PKGR
b
– PKGR
s
QDGR
s
+ ½QDGR
b
- QDGR
s
... 4.31 ΔSKI = PBGR
b
– PBGR
s
QDGI
s
+ ½QDGI
b
- QDGI
s
........ 4.32 3.
Perubahan Penerimaan Pemerintah ΔPP
= MGTT
s
PMGR
s
ERIR TMGT
s
- MGTT
b
PMGR
b
ERIR TMGT
b
............................................................................ 4.33