mmtahun akan menurunkan produktivitas gula hablur perkebunan besar negara sebesar 0.00023 tonHa, ceteris paribus. Rendemen tebu Indonesia berpengaruh
positif terhadap produktivitas gula hablur perkebunan besar negara dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.49930. Hal ini berarti bahwa peningkatan rendemen
tebu Indonesia sebesar satu persen akan meningkatkan produktivitas gula hablur perkebunan besar negara sebesar 0.49930 tonHa, ceteris paribus. Respon
rendemen tebu Indonesia bersifat inelastis dalam jangka pendek, namun bersifat elastis dalam jangka panjang yaitu dengan nilai elastisitas sebesar 1.05017 artinya
jika rendemen tebu Indonesia naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan produktivitas gula hablur perkebunan besar negara sebesar 1.05017 persen dalam
jangka panjang, ceteris paribus. Peningkatan teknologi yang diproksi oleh tren waktu berpengaruh positif terhadap produktivitas gula hablur perkebunan besar
negara dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.03815. Hal ini berarti bahwa peningkatan teknologi yang diproksi oleh tren waktu sebesar satu satuan akan
meningkatkan produktivitas gula hablur perkebunan besar negara sebesar 0.03815 tonHa, ceteris paribus.
Luas areal perkebunan tebu negara tidak berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 15 persen terhadap produktivitas gula hablur perkebunan
besar negara. Hal ini berarti peningkatan luas areal perkebunan tebu negara tidak menjadi tolak ukur bagi peningkatan produktivitas gula hablur negara.
Produktivitas gula hablur perkebunan besar negara tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 15 persen terhadap
produktivitas gula hablur perkebunan besar negara. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada tenggang waktu yang dibutuhkan oleh produktivitas gula hablur
perkebunan besar negara untuk menyesuaikan diri kembali pada tingkat keseimbangannya dalam merespon perkembangan situasi ekonomi gula domestik
dan dunia.
6.3.3. Produktivitas Gula Hablur Perkebunan Besar Swasta
Koefisien determinasi R
2
dari persamaan produktivitas gula hablur perkebunan besar swasta sebesar 0.38603. Hal ini berarti bahwa 38.603 persen
keragaman produktivitas gula hablur perkebunan besar swasta dapat dijelaskan
oleh keragaman variabel-variabel penjelas dalam persamaan, sementara 61.397 persen keragaman produktivitas gula hablur perkebunan besar swasta dijelaskan
oleh keragaman variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel-variabel penjelas secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik
variabel endogen produktivitas gula hablur perkebunan besar swasta yaitu dengan nilai prob-F sebesar 0.0292 Tabel 23.
Tabel 25. Hasil Estimasi Parameter Produktivitas Gula Hablur Perkebunan Besar Swasta di Indonesia Tahun 1990-2012
Variabel Parameter
Estimasi Elastisitas
Prob T
Nama Variabel SR
LR
Intercept -0.90547
- -
0.3554 Intercept LLATS
0.00002 0.24942
- 0.0084 Luas areal perkebunan tebu
swasta tahun sebelumnya Ha
CRHJ -0.00038
-0.12050 -
0.1370 Curah hujan Indonesia mmTahun
REND 0.87056
1.02284 -
0.0068 Rendemen tebu Indonesia
R-Sq
0.38603
F Value
3.77
Adj R-Sq
0.2837
Pr F
0.0292
DW Stat
2.1362
DH Stat
- Keterangan : taraf signifikansi yang digunakan α = 0.15
Hasil estimasi parameter produktivitas gula hablur perkebunan besar swasta menunjukkan bahwa dari tiga variabel penjelas yang digunakan dalam
persamaan, seluruhnya berpengaruh nyata pada taraf α sebesar 15 persen. Ketiga variabel penjelas tersebut yaitu luas areal perkebunan tebu swasta tahun
sebelumnya, curah hujan Indonesia, dan rendemen tebu Indonesia. Luas areal perkebunan tebu swasta tahun sebelumnya berpengaruh positif
terhadap produktivitas gula hablur perkebunan besar swasta dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.00002. Hal ini berarti bahwa peningkatan luas areal perkebunan
tebu swasta tahun sebelumnya sebesar 1 Ha akan meningkatkan produktivitas gula hablur perkebunan besar swasta sebesar 0.00002 tonHa, ceteris paribus. Curah
hujan Indonesia berpengaruh secara negatif terhadap produktivitas gula hablur perkebunan besar swasta dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.00038. Hal ini
berarti bahwa peningkatan curah hujan Indonesia sebesar 1 mmtahun akan menurunkan produktivitas gula hablur perkebunan besar swasta sebesar 0.00038
tonHa, ceteris paribus. Rendemen tebu Indonesia berpengaruh positif terhadap produktivitas gula hablur perkebunan besar swasta dengan nilai koefisien dugaan
sebesar 0.87056. Hal ini berarti bahwa peningkatan rendemen tebu Indonesia sebesar satu persen akan meningkatkan produktivitas gula hablur perkebunan
besar negara sebesar 0.87056 tonHa, ceteris paribus. Respon rendemen tebu Indonesia bersifat elastis dalam jangka pendek yaitu dengan nilai elastisitas
sebesar 1.02284 artinya jika rendemen tebu Indonesia naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan produktivitas gula hablur perkebunan besar swasta
sebesar 1.02284 persen dalam jangka pendek, ceteris paribus.
6.4. Produksi Gula
Produksi gula kristal putih merupakan persamaan identitas dari hasil kali antara luas areal perkebunan tebu dengan produktivitasnya dengan faktor
konstanta SHS = 1.003 Rahman, 2013. Persamaan produksi gula kristal putih dapat dirumuskan sebagai berikut :
QGTR
t
= LATR
t
YGTR
t
1.003 QGTN
t
= LATN
t
YGTN
t
1.003 QGTS
t
= LATS
t
YGTS
t
1.003 Produksi gula kristal putih domestik merupakan persamaan identitas dari
penjumlahan produksi gula kristal putih perkebunan rakyat, produksi gula kristal putih perkebunan besar negara, dan produksi gula kristal putih perkebunan besar
swasta. Secara matematis persamaan identitas dari produksi gula kristal putih domestik dapat dirumuskan sebagai berikut :
QGKP
t
= QGTR
t
+ QGTN
t
+ QGTS
t
Produksi gula domestik merupakan persamaan identitas dari penjumlahan produksi gula kristal putih domestik dengan produksi gula kristal rafinasi yang
berbahan baku gula mentah. Persamaan produksi gula domestik dapat dirumuskan sebagai berikut :
QGTT
t
= QGKP
t
+ QGKR
t
Persamaan di atas menunjukkan bahwa setiap perubahan kebijakan atau perubahan faktor lain yang mempengaruhi luas areal perkebunan tebu atau
produktivitas gula hablur maka akan mempengaruhi total produksi gula domestik. Selanjutnya perubahan total produksi gula domestik akan memberikan pengaruh
kepada variabel endogen lain baik secara langsung maupun tidak langsung.