Kombinasi Penurunan Tarif Impor Gula menjadi 10 Persen dan

Keterangan : S1 Penerapan kebijakan penurunan tarif impor gula menjadi 10 persen S2 Penerapan kebijakan penurunan tarif impor gula menjadi 5 persen S3 Penghapusan tarif impor gula menjadi nol persen S4 Penerapan kebijakan peningkatan harga gula di tingkat petani sebesar 30 persen S5 Penerapan kebijakan peningkatan stok gula sebesar 20 persen S6 Kombinasi penurunan tarif impor gula menjadi 10 persen dan peningkatan stok gula sebesar 20 persen S7 Kombinasi penghapusan tarif impor gula menjadi nol persen dan peningkatan harga gula di tingkat petani sebesar 30 persen kebijakan penurunan tarif impor gula menjadi 5 persen, dan penghapusan tarif impor gula menjadi nol persen berdampak pada peningkatan volume impor gula dan penurunan produksi gula domestik, namun peningkatan volume impor gula lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan produksi gula sehingga penawaran gula domestik mengalami peningkatan. Penerapan kebijakan peningkatan harga gula di tingkat petani sebesar 30 persen berdampak pada peningkatan produksi gula domestik sehingga penawaran gula domestik mengalami peningkatan. Penerapan kebijakan peningkatan stok gula sebesar 20 persen berdampak langsung pada peningkatan penawaran gula domestik. Kombinasi kebijakan penurunan tarif impor gula menjadi 10 persen dan peningkatan stok gula sebesar 20 persen berdampak pada peningkatan volume impor dan stok gula sehingga penawaran gula domestik mengalami peningkatan. Kombinasi kebijakan penghapusan tarif impor gula menjadi nol persen dan peningkatan harga gula di tingkat petani sebesar 30 persen berdampak pada peningkatan volume impor gula dan produksi gula domestik sehingga penawaran gula mengalami peningkatan. Seluruh alternatif kebijakan berdampak pada penurunan harga riil gula di tingkat konsumen dan pedagang besar. Alternatif kebijakan penurunan tarif impor gula menjadi 10 persen, kebijakan penurunan tarif impor gula menjadi 5 persen, penghapusan tarif impor gula menjadi nol persen, peningkatan stok gula sebesar 20 persen, serta kombinasi kebijakan penurunan tarif impor gula menjadi 10 persen dan peningkatan stok gula sebesar 20 persen berdampak pada penurunan harga riil gula di tingkat petani, sedangkan alternatif kebijakan peningkatan harga gula di tingkat petani sebesar 30 persen serta kombinasi kebijakan penghapusan tarif impor gula menjadi nol persen dan peningkatan harga gula di tingkat petani sebesar 30 persen berdampak pada peningkatan harga gula di tingkat petani. Seluruh alternatif kebijakan berdampak pada peningkatan penawaran gula domestik sehingga harga riil gula di tingkat konsumen mengalami penurunan yang diikuti oleh harga riil gula di tingkat pedagang besar dan petani. Alternatif kebijakan yang meningkatkan harga riil gula di tingkat petani merupakan kebijakan yang berupa peningkatan harga riil gula di tingkat petani secara langsung. Seluruh alternatif kebijakan juga berdampak pada peningkatan volume impor sehingga harga riil gula impor mengalami peningkatan. Seluruh alternatif kebijakan berdampak pada peningkatan permintaan gula rumahtangga, permintaan gula industri, dan permintaan gula domestik. Hal ini dikarenakan seluruh alternatif kebijakan mengakibatkan penurunan pada harga riil gula di tingkat konsumen dan pedagang besar. Penurunan harga gula ini berdampak pada peningkatan permintaan gula rumahtangga dan industri yang pada akhirnya meningkatkan permintaan gula domestik.

7.3. Dampak Kebijakan Ekonomi Komoditas Gula terhadap

Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Gula di Indonesia Analisis distribusi kesejahteraan yang dilakukan mencakup surplus produsen perkebunan tebu rakyat, negara dan swasta, surplus konsumen rumahtangga dan industri, serta penerimaan pemerintah. Kesejahteraan bersih dalam penelitian ini merupakan penjumlahan dari perubahan surplus produsen, perubahan surplus konsumen, dan perubahan penerimaan pemerintah Tabel 40. Penerapan kebijakan penurunan tarif impor gula menjadi 10 persen menurunkan surplus produsen perkebunan tebu rakyat, negara, dan swasta masing-masing sebesar Rp 21.833 milyar, Rp 8.185 milyar, dan Rp 29.514 milyar, sedangkan surplus konsumen rumahtangga dan industri mengalami peningkatan masing-masing sebesar Rp 131.297 milyar dan Rp 38.501 milyar. Penurunan tarif impor menyebabkan penerimaan pemerintah mengalami penurunan sebesar Rp 189.204 milyar. Penerapan kebijakan penurunan tarif impor gula menjadi 10 persen tidak efisien karena kerugian yang diterima produsen dan Tabel 42. Dampak Perubahan Kebijakan Tarif Impor, Harga Gula Tingkat Petani, dan Stok Gula terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Gula di Indonesia Tahun 2003-2012 Milyar Rp No Skenario Simulasi Perubahan Surplus Produsen Perubahan Surplus Konsumen Perubahan Penerimaan Pemerintah Net Surplus PR PN PS Total RT Industri Total 1 Penerapan kebijakan tarif impor gula menjadi 10 persen -21.833 -8.185 -29.514 -59.532 131.297 38.501 169.798 -189.204 -78.937 2 Penerapan kebijakan tarif impor gula menjadi 5 persen -28.758 -10.784 -38.962 -78.504 173.457 50.746 224.203 -478.310 -332.611 3 Penghapusan tarif impor gula menjadi 0 persen -35.679 -13.382 -48.409 -97.470 215.675 62.992 278.667 -811.457 -630.259 4 Peningkatan harga gula di tingkat petani sebesar 30 persen 1778.830 -2.452 -8.912 1767.466 39.581 11.526 51.108 0.716 1819.290 5 Peningkatan stok gula sebesar 20 persen -6.550 -2.464 -9.027 -18.040 40.092 11.579 51.671 0.722 34.352 6 Kombinasi penerapan kebijakan tarif impor gula menjadi 10 persen dan peningkatan stok gula sebesar 20 persen -28.373 -10.644 -38.540 -77.557 171.574 50.087 221.661 -188.765 -44.662 7 Kombinasi penghapusan tarif impor gula menjadi 0 persen dan peningkatan harga gula di tingkat petani sebesar 30 persen 1778.830 -15.886 -57.537 1705.408 256.529 74.804 331.333 -811.457 1225.284 Keterangan : PR : Perkebunan Tebu Rakyat PN : Perkebunan Tebu Negara PS : Perkebunan Tebu Swasta RT : Rumahtangga 105