Infrastruktur Kelembagaan Penentuan Komoditas Unggulan Peternakan di Kabupaten Jayapura

Tabel 44. Tingkat Pendidikan Formal Peternak pada 4 Distrik di Kabupaten Jayapura Pendidikan Formal Distrik Nimbokrang Distrik Nimboran Distrik Kemtuk Gresi Distrik Kemtuk Total n=25 n=30 n=30 n=25 n=110 SD SMP SMA Diploma Sarjana 11 7 4 2 1 44 28 16 8 4 14 10 5 1 46,67 33,33 16,67 3,33 17 11 2 56,67 36,67 6,66 12 8 4 1 48 32 16 4 54 36 15 4 1 49,09 32,73 13,64 3,64 0,9 Total 25 100 30 100 30 100 25 100 110 100 Rata-Rata Tingkat Pendidikan Peternak Sarjana, 0.9 Diplom a, 3.64 SM A, 13.64 SD, 49.09 SMP, 32.73 SD SMP SMA Diploma Sarjana Gambar 32. Rata-rata tingkat pendidikan formal peternak pada 4 distrik di Kabupaten Jayapura Pendidikan non formal peternak diukur dengan frekuensi pelatihankursus, terlihat bahwa peternak yang tidak pernah mengikuti pelatihankursus menempati proporsi terbesar, masing-masing; Distrik Kemtuk Gresi 76,67 persen, Distrik Kemtuk sebesar 70 persen, Distrik Nimboran sebesar 48 persen dan Distrik Nimbokrang sebesar 40 persen. Namun sebagian peternak mengikuti pelatihankursus dengan frekuensi pelatihankursus sebanyak 1-3 kali, masing-masing; Distrik Nimboran sebesar 28 persen, Distrik Nimbokrang sebesar 24 persen, Distrik Kemtuk Gresi 20 persen dan Distrik Kemtuk 16,67 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan non formal yang pernah diikuti oleh peternak sapi potong di Kabupaten Jayapura dikategorikan rendah. Peternak yang mengikuti pelatihankursus sebanyak 4-6 kali, masing-masing; Distrik Nimbokrang sebesar 24 persen, Distrik Nimboran sebesar 26 persen, Distrik Kemtuk 10 persen dan Distrik Kemtuk Gresi 3,33 persen. Peternak yang mengikuti pelatihankursus lebih dari 6 kali, hanya terdapat pada Distrik Nimbikrang, Nimboran dan Kemtuk masing-masing; 12, 8 dan 3,33. Akumulasi dari angka dan persentase di atas sangat memprihatinkan dalam dunia usaha atau bisnis bila tidak ditopang dengan pendidikan non formal yang secukupnya. Dari data yang ada peternak yang pernah mengikuti kursus atau pelatihan sebesar 40 persen dan peternak yang tidak mengikutinya di Kabupaten Jayapura sebesar 60 persen. Pendidikan non formal yang diikuti peternak dilakukan oleh berbagai instansi terkait, yakni Dinas Pertanian dan Peternakan Kabuputen Jayapura, Dinas Sosial Kabupaten Jayapura dan Dinas Koperasi, dan lain-lain. Selain itu ada peternak yang mengikuti pelatihan dan atau kursus di Kota Jayapura, penyelenggaraannya adalah Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Provinsi Papua, Dinas Koperasi Provinsi Papua dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 45. Tabel 45. Tingkat Pendidikan Non Formal Peternak pada 4 Distrik di Kabupaten Jayapura Pendidikan Non Formal Distrik Nimboran Distrik Kemtuk Distrik Kemtuk Gresi Distrik Nimbokrang Total n=110 Tidak pernah mengikuti 12 = 48 21= 70 23= 76,67 10 = 40 66 60 Pernah mengikuti 1 ‐3 kali 7 = 28 5 = 16,67 6 = 20 6 = 24 24 21,82 Pernah mengikuti 4 ‐6 kali 4 = 16 3 = 10 1 = 3,33 6 = 24 14 12,73 Pernah mengikuti 6 kali 2 = 8 1 = 3,33 3 = 12 6 5,45 Total 25 = 100 30 = 100 30 = 100 25 = 100 110 100 T ingkat Pendidikan Non Formal Peternak Jayapura 60 21.82 12.73 5.45 Tidak Pernah Kursus Kursua 1 - 3 Kali Kursua 4 - 6 Kali 6 Kali Gambar 33. Rata-rata Tingkat Pendidikan Non Formal Peternak pada 4 Distrik di Kabupaten Jayapura Pertumbuhan rumah tangga peternak RTP. Pertumbuhan RTP yang tinggi akan memberikan kontribusis yang tinggi pula dalam hala penyerapan tenaga kerja. Selama ini RTP di Kabupaten Jayapura relatif masih rendah namun secara nasional terjadi peningkatan. Menurut hasil Sensus Pertanian BPS, 2004a, terjadi peningkatan RTP dari 4,50 juta pada tahun 1983 menjadi 5,62 juta pada tahun 1993 dan menjadi 5,63 juta pada tahun 2003. peningkatan sebesar 1,1 juta RTP selama 10 tahun pertama menunjukkan bahwa subsektor peternakan memiliki peranan yang signifikan dan cenderung meningkat dalam menciptakan lapangan kerja dan sebagai pendapatan keluarga, namum peningkatan tersebut makin menurun pada sepuluh tahun kedua karena memang ada beberapa provinsi yang mengalami penurunan RTP seperti Provinsi Papua. Keadaan ini supaya dirubah dan diperbaiki di masa yang akan datang supaya dapat ditingkatkan dalam upaya pengembangan agribisnis peternakan. Berdasarkan jumlah RTP masing-masing komoditas, Sensus Pertanian 1993 menunjukkan bahwa usaha sapi potong melibatkan paling banyak RTP yaitu 2,95 juta. Kemudian diikuti RTP babi 0,60 juta, RTP ayam buras 0,48 juta dan RTP kambing 0,39 juta. Sensus Pertanian 2003 hanya tiga jenis ternak yang didata. Dari 5,63 juta ternak, RTP sapi potong 2,57 juta 42,5, kambing 0,60 juta 10,6, ayam buras 0,85 juta 15,1, dan ternak lainnya 1,61 juta 28,6 BPS, 2005a. Indikator ini menunjukkan pentingnya peran usaha peternakan sapi untuk menciptakan pemerataan