Ratio Seks Keadaan Penduduk

cucu hasil perkawinan tersebut yang berjenis kelamin laki-laki dapat memiliki hak milik atas tanah yang berada di keluarga perempuan pihak istri. Adanya perkembangan pembangunan di mana banyak memerlukan penggunaan-penggunaan lahan maka pengalihan hak tanah dapat diwujudkan dalam 2 dua bentuk, yaitu pengalihan tanah dengan cara membeli atau menganti rugi kepada pemilik lahan, dan cara kontrak lahan dalam kurun waktu tertentu. Pengalihan hak lahan dalam bentuk pembelihan tanah biasanya diperuntukkan untuk pemanfaatan lahan untuk kepentingan umum masyarakat seperti pembangunan-pembangunan sarana prasarana antara lain gereja, dan jalan raya. Pengalihan hak lahan untuk kepentingan suatu kelompok atau individu lebih banyak bersifat kontrakan tanah dalam suatu kurun waktu tertentu dan akan dikembalikan kepada pemiliknya setelah dikontrak. Pengalihan lahan dengan cara membeli pada saat ini banyak mendatangkan masalah dengan adanya pemalangan tanah pada areal sarana prasarana umum. Adanya pemalangan ini dikarenakan belum tuntasnya ganti rugi tanah-tanah adat kepada pemilik-pemilik yang sah, dimana kepemilikan tanah adat ini biasanya tidak disertai dengan sertifikat tanah yang sah yang dapat menunjukkan kepemilikan tanah tersebut. Tidak adanya sertifikat tanah ini, menimbulkan permasalahan dalam menetapkan siapa yang berhak atas tanah-tanah yang telah dibangun sarana prasarana umum tersebut, sehingga beberapa anggota masyarakat secara individual mengaku mengklaim kepemilikan tanah tersebut.

4.5.2. Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan kontak antara individu dengan individu lainnya maupun individu dengan suatu kelompok. Masyarakat di wilayah penelitian melakukan interaksi sosial dengan sasaran di dalam sistem masyarakat, dan dengan sasaran di luar sistem masyarakat tersebut. Wujud interaksi sosial yang nampak di wilayah penelitian dapat dikelompokkan dalam tiga bidang interaksi sosial. Pertama, interaksi budaya, menyangkut persoalan mas kawin. Kedua, interaksi sosial, menyangkut kegiatan gotong royong dalam pembukaan dan pemanenan hasil. Ketiga, interaksi ekonomi, menyangkut kegiatan transaksi antara petani dengan para pedagang. Interaksi budaya yang terjadi dinampakkan dengan adanya kerjasama antara keluarga-keluarga dalam satu margafam untuk menanggung bersama besar dan jumlah mas kawin yang ditetapkan keluarga pihak perempuan kepada keluarga pihak laki-laki. Di dalam pertemuan tersebut, keluarga-keluarga yang tergabung dalam satu margafam dan anak laki-lakinya akan menikah bersama-sama akan mendiskusikan tentang pembagian tanggungan untuk anggota-anggota keluarga pihak laki-laki yang dapat membantu meringankan tanggungan mas kawin yang akan dibayarkan pihak laki-laki kepada perempuaan. Kondisi ini memperlihatkan adanya pembagian tanggungan antar anggota-anggota dalam keluarga pihak laki-laki maka terlihat kesatuan hubungan kekerabatan dalam suatu margafam. Interaksi sosial diwujudkan dalam kegiatan gotong royong pembukaan lahan dan pemanenan hasil. Masyarakat di wilayah penelitian biasanya melakukan kegiatan usahatani pada kawasan lahan yang cukup luas yaitu berkisar antara 0,25 ha – 2 ha, di satu sisi ketersediaan tenaga kerja relatif kecil yaitu 2 dua orang dan di sisi lain luasan lahan yang cukup luas. Adanya luasan lahan yang cukup luas dan ketersediaan tenaga kerja yang kecil mengakibatkan pencurahan kerja pada tahapan pembukaan lahan dan pemanenan hasil mengalami masalah tenaga kerja. Melalui kegiatan gotong royong bersama-sama dengan anggota-anggota dalam suatu margafam ataupun tetangga maka kesulitan tenaga kerja dapat terpecahkan. Pembayar atau penggantian biaya yang dikeluarkan untuk tenaga-tenaga kerja ini diberikan dalam bentuk makan bersama yang disediakan oleh pemilik lahan tersebut. Kegiatan gotong royong ataupun interaksi sosial juga terjadi apabila anggota- anggota masyarakat sepakat untuk bergabung dalam suatu kelompok tani, dimana interaksi sosial nampak terjadi pada saat pembukaan dan pemanenan hasil. Kegiatan gotong royong ini biasanya melibatkan tenaga kerja yang berkisar antara 20 – 40 orang untuk melakukan pembukaan lahan dan selanjutnya lahan akan dipetak- petakkan untuk masing-masing anggota untuk pengelolaannya hingga tahap pemanenan. Pada tahap pemanenan ini, juga nampak adanya kegiatan gotong royong untuk saling membantu meringankan beban kerja. Interaksi ekonomi diwujudkan dalam bentuk transaksi dagang antara petani dengan pedagang lokal maupun pedagang non lokal. Transaksi dagang ini banyak ditemui pada cabang usahatani kakao dimana petani menjual biji kakao basah dengan harga 2.500 – 3.000kg kepada pedagang lokal, dan selanjutnya pedagang lokal akan menjual kembali dalam bentuk kering dengan kisaran harga Rp 7.500 – 8.000,- Adanya transaksi dagang yang demikian menggambarkan suatu hubungan kerjasama antara keduanya. Disamping itu menunjukkan adanya suatu hubungan usaha yang saling menguntungkan. Selain interaksi ekonomi dalam usaha kakao, interaksi ekonomi yang cukup tinggi adalah interaksi antara petani dengan para pengojek yang beroperasi di wilayah penelitian. Adapun kegiatan pengojek biasanya dimanfaatkan petani untuk mengunjungi saudara, ke pasar, ke kantor-kantor pemerintahan desa.