mendatang dapat dipenuhi. Pemahaman lain terhadap konsep berkelanjutan dikemukakan oleh Roderic dan Meppem 1997, bahwa berkelanjutan
memerlukan pengelolaan tentang 1 skala keberlanjutan ekonomi terhadap dukungan sistem ekologi, 2 pembagian distribusi sumberdaya dan kesempatan
antara generasi sekarang dan yang akan datang secara berimbangadil, dan 3 efisiensi dalam pengalokasian sumberdaya. Dalam kajian ini Djojohadikusumo
1994 mengemukakan bahwa penafsiran tentang pembangunan berkelanjutan yang diartikan sebagai daya upaya untuk memenuhi kebutuhan generasi kini
tanpa mengorbankan kebutuhan generasi-generasi mendatang. Dengan kata lain, proses pembangunan harus bisa berlangsung secara terus-menerus dan
sambung-menyambung. Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas, secara umum dapat diartikan
bahwa pembangunan berkelanjutan suatu pendekatan pembangunan yang tidak bertentangan antara tujuan dan sasaran dalam kebijakan pembangunan ekonomi
dan kebijakan dalam pengelolaan lingkungan hidup untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kebutuhan generasi mendatang.
2.1.2. Prinsip - Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Berdasarkan publikasi Our Common Future, banyak upaya telah dilakukan untuk mengembangkan pedoman dan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan. Pertimbangannya adalah bahwa tanpa pedoman atau prinsip, tidak mungkin ditentukan apakah suatu kebijakan atau kegiatan dapat dikatakan
berkelanjutan, atau apakah suatu prakarsa konsisten dengan pembangunan berkelanjutan.
Mitchell 1997 menyatakan bahwa prinsip keberlanjutan antara lain: 1 Prinsip lingkunganekologi, yaitu melindungi sistem penunjang kehidupan,
memelihara integritas ekosistem, dan mengembangkan dan menerapkan strategi preventif dan adoptif untuk menanggapi ancaman perubahan
lingkungan global. 2 Prinsip sosial politik, yaitu mempertahankan skala fisik dari kegiatan manusia
dibawah daya dukung atmosfer, mengenali biaya lingkungan dari kegiatan manusia, dan menyakinkan adanya kesamaan sosio, politik dan ekonomi
dalam transisi menuju masyarakat yang berkelanjutan. Menurut Plessis 1999, pada awalnya pembangunan berkelanjutan
hanya diarahkan untuk mengatasi konflik antara proteksi lingkungan dan sumberdaya alam untuk menjawab kebutuhan pembangunan yang berkembang.
Selanjutnya disadari bahwa pembangunan berkelanjutan tidak mungkin tercapai tanpa mempertimbangkan perubahan ekonomi dan sosial seperti pengurangan
tingkat kemiskinan dan keseimbangan sosial. Pembangunan berkelanjutan juga harus memenuhi kebutuhan generasi
sekarang tanpa mengorbankan pemenuhi kebutuhan generasi mendatang. Hal ini perlu dijaga keseimbangannya terhadap tiga persyaratan prinsip yaitu: 1
kebutuhan masyarakat the social objective, 2 effisiensi dalam mengelola keterbatasan sumber daya alam the economic objective dan, 3 perlu
mengurangi beban ekosistem untuk melestarikan lingkungan the environmental objective Chemical Industry dan Chemistry, 2005.
Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup membentuk sistem
ekologi. Dalam hubungan ini Soemarwoto 2001 mengemukakan bahwa faktor lingkungan diperlukan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Faktor lingkungan tersebut meliputi: pertama, terpeliharanya proses ekologi yang esensial, kedua, tersedianya sumber daya yang cukup, dan ketiga, lingkungan
sosial-budaya dan ekonomi yang sesuai. Sitorus 2004 mengemukakan pokok-pokok pikirannya bahwa
pembangunan berkelanjutan perlu menjadi pertimbangan karena ada keterbatasan planet bumi dalam empat asumsi dasar yaitu:
1 terbatasnya cadangan sumber-sumber yang tidak dapat diperbaharui non-renewable resources,
2 terbatasnya kemampuan lingkungan untuk dapat menyerap polusi 3 terbatasnya lahan yang dapat ditanami
4 terbatasnya produksi per satuan luas lahan, atau batasan fisik terhadap pertumbuhan penduduk dan kapital.
Sitorus 2004 selanjutnya menyatakan bahwa ciri-ciri pembangunan yang tidak berkelanjutan antara lain adalah:
1 Prakarsa biasanya dimulai dari pusat 2 Proses penyusunan program bersifat statis dan didominasi oleh pendapat
pakar dan teknokrat 3 Mekanisme kelembagaan bersifat top-down
2.1.3. Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan
Dalam hal pengelolaan sumberdaya alam, telah disepakati secara global mengenai bagaimana seharusnya sumberdaya alam dikelola agar berkelanjutan
sebagai dasar bagi peningkatan kesejahteraan manusia dan kegiatan ekonomi. Kesepakatan ini jelas bahwa pengelolaan sumberdaya alam harus
mempertimbangkan ketiga aspek sekaligus yakni ekonomi, ekologi, dan sosial. Sejalan dengan hal ini, upaya mengubah pola konsumsi dan produksi yang tidak
berkelanjutan menjadi hal utama untuk mendukung upaya perlindungan daya dukung ekosistem dan fungsi lingkungan sebagai prasyarat peningkatan
kesejahteraan masyarakat generasi sekarang dan yang akan datang. Konsep pembangunan yang mengintegrasikan masalah ekologi, ekonomi,
dan sosial yang disebut dengan pembangunan berkelanjutan sustainable development telah disepakati secara global sejak diselenggarakannya united
nation conference on the human environment di Stockholm tahun 1972. Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat
memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya WCED, 1987. Komisi
Burtland menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan bukanlah suatu kondisi yang kaku mengenai keselarasan, tetapi lebih merupakan suatu proses
perubahan yang mana eksploitasi sumberdaya, arah investasi, orientasi perkembangan teknologi, dan perubahan institusi dibuat konsisten dengan masa
depan seperti halnya kebutuhan saat ini. Dalam rangka mengoperasionalkan paradigma pembangunan berkelanjutan, World Bank telah menjabarkan konsep
pembangunan berkelanjutan dalam bentuk kerangka segitiga pembangunan berkelanjutan sustainable development triangle seperti pada Gambar 3.
Menurut kerangka tersebut, suatu kegiatan pembangunan termasuk pengelolaan sumberdaya alam dan berbagai dimensinya dinyatakan
berkelanjutan jika kegiatan tersebut secara ekonomi, ekologi, dan sosial bersifat berkelanjutan Serageldin, 1996. Berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa
suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital, dan penggunaan sumberdaya serta investasi secara
efisien. Berkelanjutan secara ekologi mengandung arti bahwa kegiatan tersebut
harus dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung