Kelestarian Lingkungan Hidup. Rancangan Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Agribisnis Sapi Potong
terjadinya wabah. 2 Pengelolaan padang rumput. Kualitas ternak yang baik memerlukan pakan yang bermutu. Dua strategi yang dapat diusulkan dalam
rangka perbaikan pakan ternak adalah: Pembuatan paddock sebagai grazing zone dengan memperhatikan daya
dukung lahan. Strategi ini dianjurkan dengan memperhatikan kemungkinan pengembangan jumlah ternak serta luas padang rumput yang pada saat ini
tersedia. Ternak akan digiring untuk merumput pada areal yang telah ditentukan dan secara bergilir berpindah dari satu lokasi ke lokasi berikutnya. Pemeliharaan
rumput dapat dilakukan melalui pemotongan rumput secara menyeluruh sambil menghilangkan jenis rumput-rumputan yang tidak diminati sapi. Setelah
beberapa rotasi diharapkan bahwa paddock tersebut akan ditumbuhi oleh jenis rumput-rumputan bermutu tinggi yang disenangi sapi.
Pembuatan ranch tetap dibarengi penyediaan areal di luar ranch untuk penanaman hijauan pakan ternak. Luas areal yang ditanam ditentukan jumlah
sapi yang dipelihara, Selanjutnya untuk menyuburkan lahan tersebut dapat memanfaatkan limbah kotoran sapi Peternak diharapkan untuk selalu aktif
memberi hijauan, air dan mineral secara tetap kepada ternaknya. 2. Pemanfaatan
limbah Selain kotoran yang digunakan, kulit sapi dapat bermanfaat untuk
berbagai industri rumah tangga berbahan baku kulit. Iklim yang kondusif untuk berkembangnya industri tersebut perlu diciptakan oleh pemerintah melalui
instansi teknisnya.
Pemberdayaan Petani
Masyarakat petani di wilayah Distrik Nimboran dan Nimbokrang serta Distrik Kemtuk dan Kemtuk Gresi dibedakan menjadi 2 golongan yakni petani
lokal dan petani transmigran nasional. Golongan petani lokal adalah penduduk asli setempat yang kehidupan ekonominya sangat tergantung pada sektor
pertanian dalam arti luas. Di dalam golongan petani ini termasuk petani alokasi penduduk pemukiman daerah transmigrasi APPDT. Mereka adalah penduduk
lokal yang dimukimkan dalam rangka program transmigrasi. Golongan petani transmigran nasional adalah petani yang berasal dari daerah berpenduduk padat
di Pulau Jawa dan Bali serta Nusatenggara.
Golongan petani yang disebutkan pertama dilihat dari corak usahatani secara luas termasuk sebagai petani subsisten. Ditinjau dari aspek penggunaan
dan penguasaan teknologi termasuk dalam golongan petani yang berada pada tahapan transisi, yakni dari tahapan peramu ke tahapan bertani. Golongan
petani yang disebutkan kedua dilihat dari corak usahatani yang diterapkannya tergolong petani komersial. Ditinjau dari aspek penggunaan dan penguasaan
teknologi pertanian termasuk dalam golongan petani maju. Selanjutnya ditinjau dari corak usahatani dan penguasaan serta
kemampuan menerapkan teknologi pertanian tampaknya golongan petani lokal tidak berdaya. Sebaliknya mereka adalah pemegang hak adat atas sumber daya
alam setempat termasuk tanah lokasi permukiman dan usaha pertanian kaum transmigran nasional sehingga mereka sangat kuat ditinjau dari aspek sosial-
psikologi. Golongan petani transmigran ditinjau dari aspek corak usahatani dan penguasaan serta kemampuan menerapkan teknologi pertanian, tampak jelas
golongan petani ini kuat. Berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing
golongan petani, tampaknya kedua golongan petani ini perlu dipadukan dalam upaya pengembangan kawasan agropolitan. Kekuatan yang dimiliki oleh
masing-masing golongan akan menempatkan masing-masing golongan petani ini pada posisi saling menghela. Golongan petani transmigran nasional mampu
menghela golongan petani lokal dalam hal penerapan manajemen dan teknologi produksi pertanian. Sebaliknya golongan petani lokal dapat menghela petani
transmigran dalam hal penguatan status penguasaan tanah sebagai salah satu faktor produksi vital. Kesediaan golongan petani lokal untuk menghela
diharapkan akan mampu memperkuat kondisi sosial-psikologi golongan petani transmigran dalam menjalankan usahatani.
Ditinjau dari aspek permodalan dan pasar, kedua golongan petani di kawasan ini sama-sama lemah. Kendala pasar telah menghambat
perkembangan berbagai cabang usahatani yang telah ada hingga sekarang. Hambatan perkembangan muncul karena ketidak mampuan petani untuk
memupuk modal yang diperlukan untuk proses produksi selanjutnya. Kendala- kendala ini muncul karena petani kurang memiliki akses ke pasar pada hirarki
yang lebih luas disamping tidak memiliki akses ke bank sebagai sumber modal.