Pengembangan sistem usaha tani terpadu merupakan salah satu pendekatan dalam memanfaatkan keragaman sumberdaya alam. Bila
dikembangkan dengan tepat maka sistem usaha tani terpadu dapat menjadi pilar pembangunan pertanian modern dan berkelanjutan. Supaya sistem usaha tani
terpadu dapat berkembang, maka aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah 1 sifat usaha tani, 2 sumberdaya manusia, 3 skala usaha, 4 sarana dan pra
sarana, 5 kemitraan dan hubungan antar subsistem agribisnis, 6 orientasi usaha, dan 7 kelestarian sumberdaya dan lingkungan Rusono, 1999.
2.7. Penggunaan Model
Menurut Manetsch and Park 1997 model adalah suatu penggambaran abstrak dari sistem dunia nyata riil, yang akan bertindak seperti dunia nyata
untuk aspek-aspek tertentu. Model yang baik akan memberikan gambaran perilaku dunia nyata sesuai dengan permasalahan dan akan meminimalkan
perilaku yang tidak signifikan dari sistem yang dimodelkan. Model dan manipulasinya melalui proses simulasi adalah alat yang
sangat bermanfaat dalam sistem analisis. Model dapat digunakan sebagai representasi sebuah sistem yang sedang dikerjakan atau menganalisis sistem
yang sudah dilakukan. Dengan menggunakan model dapat dihasilkan desain atau keputusan operasional dalam waktu yang singkat dan biaya yang murah
Blanchord dan Fabrycky, 1981. Menurut Kholil 2005, untuk dapat menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan kesisteman, harus diawali
dengan berpikir sistemik system thinking, sibernetik goal oriented, holistik dan efektif.
Dari terminologi penelitian operasional, secara umum model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual.
Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat, oleh karena itu suatu model
adalah suatu abstraksi dari realitas, maka pada wujudnya kurang komplek dari pada realitas itu sendiri Eriyatno, 2003.
Menurut Muhammadi et al. 2001 model adalah suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses. Model dapat dikelompokkan menjadi
model kuantitatif, kualitatif dan model ikonik. Model kualitatif adalah model yang berbentuk gambar, diagram atau matrik. Model ikonik adalah model yang
mempunyai bentuk fisik sama dengan barang yang ditirukan.
Menurut Meadows 1982 model adalah usaha memahami beberapa segi dari dunia kita yang sangat beraneka ragam sifatnya, dengan cara memilih
sekian banyak pengamatan dan pengalaman masa lalu untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Sedangkan menurut Hall dan John 1977,
model adalah penggambaran atau lukisan tentang sebagian dari kenyataan. Model harus dicek dengan kondisi sebenarnya dunia nyata untuk meyakinkan
bahwa penggambaran dari dunia nyata dalam pemodelan akurat atau tidak. Selanjutnya Ruth dan Hannon 1997 mengemukakan bahwa model adalah
pusat pemahamannya terhadap dunia karena model dapat mempresentasikan dan manipulasi fenomena nyata. Dengan membangun model dapat memahami
pengaruh positif terhadap keputusan alternatif dalam kinerja ekonomi, pengelolaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan. Model merupakan suatu
alat yang penting untuk menciptakan pengetahuan baru. Dari berbagai pendapat tersebut diatas, maka model secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu
bentuk peniruan dan penyederhanaan dari suatu gejala, proses atau benda dalam skala yang lebih kecil skalanya.
2.8. Analisis Kebijakan
Partowidagdo 1999 menyatakan bahwa analisis kebijakan adalah ilmu yang menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan publik. Produk
analisis kebijakan adalah nasehat. Kebijakan yang diambil akan mempunyai biaya dan manfaat tertentu. Kebijakan tersebut dapat relatif menguntungkan
suatu kelompok dan relatif merugikan kelompok lain. Selanjutnya menurut Vining dan Weimer 1998 analisis kebijakan adalah nasehat yang berorientasi pada
klien yang relevan dengan kebijakan publik dan disampaikan dengan nilai-nilai sosial, tapi kenyataannya tidak semua nasehat adalah analisis kebijakan, jadi
untuk menentukan nasehat tersebut, perlu lebih spesifik dan terkait dengan kebijakan publik.
Analisis kebijakan pada dasarnya mencakup tiga hal utama, yaitu bagaimana merumuskan kebijakan, implementasi kebijakan dan evaluasi
kebijakan Dwijowijoto, 2003. Setiap kebijakan dirumuskan untuk tujuan tertentu yaitu mengatur sistem yang sedang berjalan untuk mencapai tujuan visi
dan misi bersama yang telah disepakati. Dengan demikian, analisis kebijakan adalah tindakan yang diperlukan untuk dibuatnya sebuah kebijakan, baik
kebijakan yang baru sama sekali atau kebijakan yang baru sebagai konsekuensi dari kebijakan yang ada.
Analisis kebijakan merupakan suatu keharusan bagi perumus kebijakan, namun tidak terlalu ditekankan pada implementasi kebijakan dan lingkungan
kebijakan. Pada implementasi kebijakan dan lingkungan biasanya dilakukan evaluasi. Namun demikian, evaluasi kebijakan merupakan bagian dari analisis
kebijakan yang lebih berkenaan dengan prosedur dan manfaat dari kebijakan. Meski analisa kebijakan lebih fokus kepada perumusan, pada prinsipnya setiap
analisis kebijakan pasti mencakup evaluasi kebijakan karena analisis kebijakan menjangkau sejak awal proses kebijakan, yaitu menemukan isu kebijakan,
menganalisa faktor pendukung kebijakan, implementasinya, peluang evaluasi, dan kondisi lingkungan kebijakan.
Analisis kebijakan pada dasarnya adalah menemukan langkah strategis untuk mempengaruhi sistem. Ada dua pilihan skenario yang dapat dilakukan
untuk mempengaruhi kinerja sistem yaitu: 1 kebijakan fungsional, skenario dengan tindakan yang mempengaruhi fungsi dari unsur sistem tanpa merubah
sistem; dan 2 kebijakan struktural, skenario dengan tindakan yang akan menghasilkan sistem yang berbeda Aminullah, 2004.
Tujuan dari analisis kebijakan adalah menganalisis dan mencari alternatif kebijakan yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan bagi
penentu kebijakan. Analisis kebijakan adalah ilmu yang menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan publik. Produk analisis kebijakan adalah nasehat
sehingga seorang analis kebijakan hanyalah penasehat kebijakan bukan penentu
kebijakan. Oleh karena itu seorang analis kebijakan memerlukan hal-hal sebagai berikut.
1. Harus tahu bagaimana mengumpulkan, mengorganisasi dan
mengkomunikasikan informasi dalam situasi dimana terdapat keterbatasan waktu dan akses.
2. Membutuhkan perspektif pandangan untuk melihat masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam konteksnya.
3. Membutuhkan kemampuan teknik agar dapat memprediksi kebijakan yang diperlukan di masa yang akan datang dan mengevaluasi alternatif kebijakan
dengan lebih baik.
4. Harus mengerti institusi dan implementasi dari masalah yang diamati untuk dapat meramalkan akibat dari kebijakan yang dipilih, sehingga dapat
menyusun fakta dan argumentasi secara lebih efektif. 5. Harus mempunyai etika moral.
Muhammadi et al. 2001 menyatakan bahwa analisis kebijakan adalah pekerjaan intelektual memilah dan mengelompokkan upaya atau untuk
memperoleh pengetahuan tentang cara-cara yang strategis dalam mempengaruhi sistem mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam sistem dinamis
untuk menyederhanakan sistem dalam analisis kebijakan digunakan simulasi model. Ada dua tahap simulasi model untuk analisis kebijakan yaitu: 1
pengembangan kebijakan alternatif, yaitu suatu proses berpikir kreatif untuk menciptakan ide-ide baru tentang tindakan yang diperlukan dalam rangka
mempengaruhi sistem untuk mencapai tujuan, baik dengan cara merubah model maupun tanpa merubah model; dan 2 analisis kebijakan alternatif, suatu upaya
untuk menentukan alternatif kebijakan yang terbaik dengan mempertimbangkan perubahan sistem serta perubahan lingkungan ke depan.
Analisis kebijakan diambil dari berbagai macam disiplin dan profesi yang tujuannya bersifat deskriptif, evaluatif dan preskriptif. Sebagai disiplin ilmu
terapan, analisis kebijakan meminjam tidak hanya ilmu sosial dan perilaku tetapi juga administrasi publik, hukum, etika dan berbagai macam cabang analisis
sistem dan matematika terapan. Analisis kebijakan dapat diharapkan untuk menghasilkan informasi dan argumen-argumen yang masuk akal mengenai tiga
macam pertanyaan: 1 nilai yang pencapaiannya merupakan tolok ukur utama untuk melihat apakah masalah telah teratasi, 2 fakta yang keberadaannya
dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilai-nilai, dan 3 tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilai-nilai.
Analisis kebijakan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk mengetahui apa yang sesungguhnya dilakukan pemerintah, mengapa mereka melakukan hal
tersebut dan apa yang menyebabkan mereka melakukannya dengan cara yang berbeda-beda. Analisis kebijakan merupakan suatu proses pencarian kebenaran
yang bermuara pada penggambaran dan penjelasan mengenai sebab-sebab dan akibat dari tindakan pemerintah.
Ada tiga jenis analisis kebijakan, yaitu: 1 analisis prospektif, 2 analisis retrospektif, dan 3 analisis terintegrasi Dunn, 1994. Analisis prospektif
merupakan analisis kebijakan yang terkait dengan produksi dan transformasi