Pola Penguasaan dan Pengusahaan Tanah
atas menunjukkan komoditas unggulan yang mempunyai prospek terbesar untuk dikembangkan dan potensial menghasilkan pendapatan bagi masyarakat
peternak di Kabupaten Jayapura. Tabel 31. Hasil perhitungan penentuan komoditas unggulan agribisnis
peternakan Kabupaten Jayapura dengan metode perbandingan eksponensial MPE.
Komoditi Nilai Kriteria Faktor-Faktor Strategis
Skor dan Peringkat
a b c d e
f g
h i
j
1 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4
11,36 I
2
3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 11,24
II 3
3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 11,10
VI 4
3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 11,20
III 5
3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 11,17
IV 6
3 3 3 3 2 4 3 2 3 3 11,13
V 7
3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 11,10
VI Bobot
Kriteria
0.12 0.09 0.10 0.11 0.09 0.09 0.10 0.08 0.12 0.11
Keterangan : 1 = Sapi potong
2 = Babi 3 = Kambing
4 = Ayam Buras 5 = Ayam Ras Pedaging
6 = Ayam Ras Petelur 7 = Itik
Pemeliharaan ternak sapi sebagai ternak dengan peringkat tertinggi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem usaha tani. Selama
ini, ternak sapi merupakan sumber pendapatan bagi petani sekaligus sebagai tabungan yang dapat digunakan jika diperlukan. Dalam rangka mewujudkan
swasembada daging di Kabupaten Jayapura, usaha peternakan sapi potong lebih dominan dilakukan dan mendapat perhatian khusus dari pemerintah
daerah.
Komoditas kedua adalah ternak babi. Ternak babi merupakan salah satu ternak yang menguntungkan dikarenakan 1 induk babi melahirkan anak yang
banyak, yakni berkisar antara 7 – 14 ekor pada setiap kelahiran, 2 pertumbuhannya sangat cepat, 3 merupakan ternak yang paling efisien dalam
pengolahan makanan menjadi daging. Pemeliharaan ternak babi sudah merupakan tradisi masyarakat papua pada umumnya dengan cara pemeliharaan
yang masih tradisional dan menggunakan babi lokal. Untuk mendapatkan bibit yang unggul babi ras masih sulit karena harus didatangkan dari luar daerah
seperti dari daerah Batam dan Manado. Komoditas unggulan ketiga adalah ternak ayarn buras. Usaha ayam
buras yang dilakukan masih bersifat sambilan untuk menambah penghasilan keluarga. Hal ini dikarenakan sulitnya mendapatkan bibit ayam buras dalam
jumlah yang besar dan pemeliharaan yang masih dilakukan secara ekstensif. Meskipun demikian ternak ayam buras tetap mempunyai peluang yang besar
untuk diusahakan mengingat permintaan pasar yang tinggi karena sebagian masyarakat menganggap daging dan telur ayam buras lebih enak. Di samping itu
Pemeliharaan ayam buras tidak membutuhkan manajemen dan keterampilan khusus serta modal yang besar.
Komoditas keempat adalah ayam ras pedaging. Pemeliharaan ayam ras pedaging di Kabupaten Jayapura dimaksudkan untuk dapat memenuhi
kebutuhan konsumsi daging asal ternak. Hal ini disebabkan karena pemeliharaan ayam ras pedaging relatif singkat dan juga dapat dilakukan dengan populasi
yang kecil serta perputaran modal lebih cepat. Komoditas kelima adalah ternak ayam ras petelur. Pemeliharaan ayam
ras petelur lebih membutuhkan manajemen dan ketrampilan khusus. Disamping itu, pemeliharaan ayam petelur membutuhkan modal yang lebih besar dan waktu
yang lebih lama untuk mendapatkan hasil. Meskipun masih kurang populer, ayam ras petelur mempunyai peluang yang besar untuk diusahakan mengingat
tingginya permintaan pasar. Komoditas keenam adalah ternak kambing dan itik karena kedua komoditi
ini mendapat skor nilai yang sama. Ada beberapa alasan yang membuat kambing dan itik masih sedikit dibudidayakan, yaitu sulitnya mendapatkan bibit
unggul dan ditinjau dari segi pemasaran daging ternak itik belum banyak disukai oleh konsumen, di lain pihak ternak kambing pemasaran masih bersifat
musiman.
Kriteria faktor-faktor yang berpengaruh dan bobot penilaian dalam pengembangan peternakan
Berdasarkan hasil kajian pustaka dalam pengembangan komoditas agribisnis peternakan serta pendapat dari responden, teridentifikasi 10 kriteria
faktor-faktor strategis yang berpengaruh. Kriteria tersebut yaitu : a potensi pasar, b SDM peternak, c kondisi sosial budaya, d jumlahpopulasi ternak,
e ketersediaan modal, f sarana dan prasarana transportasi pendukung, g ketersediaan sarana produksi, h penggunaan teknologi, i kebijakan
pemerintah, j ketersediaan lahan. Untuk mengetahui tingkat kepentingan kriteria faktor-faktor strategis yang
berpengaruh tersebut, dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode paired comparison. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Nilai rata-rata tujuh responden perhitungan bobot kriteria agribisnis komoditas unggulan peternakan Kabupaten Jayapura.
Kriteria Bobot kriteria 7 tujuh responden
Jumlah Bobot
kriteria akhir
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 A
0,111 0,100 0,144 0,089
0,122 0,133
0,133 0,832 0,119
B 0,078 0,022 0,133
0,100 0,144
0,067 0,078
0,622 0,089 C
0,111 0,089 0,089 0,122
0,089 0,100
0,089 0,689 0,098
D 0,167 0,056 0,133
0,089 0,111
0,111 0,100
0,767 0,110 E
0,100 0,111 0,033 0,089
0,056 0,111
0,111 0,611 0,087
F 0,100 0,011 0,133
0,078 0,133
0,089 0,056
0,600 0,086 G
0,056 0,167 0,089 0,078
0,089 0,111
0,100 0,690 0,099
H 0,044 0,167 0,056
0,144 0,056
0,033 0,078
0,578 0,083 I
0,189 0,122 0,078 0,111
0,078 0,111
0,156 0,845 0,121
J 0,044 0,156 0,111
0,100 0,122
0,133 0,100
0,766 0,109 Jumlah 1,000 1,000 1,000
1,000 1,000
1,000 1,000
7,000 1,00