Analisis Keberlanjutan Metode Analisis Data

lempung liat berdebu dan liat berdebu. Hasil penelitian tim peneliti di lapangan juga mendukung hal ini. Sebaran kesepuluh jenis tanah tersebut tercantum pada Peta 5.3. Jenis tanah pada SPT 1 dan SPT 2 menduduki teras pertama terendah, tanah SPT 3 pada teras kedua, tanah SPT 4 pada teras ketiga, tanah SPT 5 pada teras keempat, tanah SPT 6 pada teras kelima, dan tanah SPT 8 pada teras keenam. Tanah SPT 9 dijumpai setempat-setempat di tepi selatan dari teras ketiga hingga teras kelima dan pada teras keenam, serta berada pula pada daerah tinggi di tepi selatan dari Dataran Sekori. Jenis tanah pada SPT 1 sampai dengan SPT 4 pada umumnya memiliki kemiripan dalam sifat fisiknya. Dalam keadaan basah struktur tanahnya jelek, volume pori tanah kecil dan kemampuan kapileritasnya besar. Selain itu, tanah pada SPT 1 dan 2 hampir tidak dapat dirembesi air, sedangkan jenis tanah lainnya SPT 3 dan 4 agak lebih baik, yaitu mempunyai daya perembesan air agak rendah. Sebagai akibatnya, kemampuan menahan udara pada jenis-jenis tanah ini tergolong rendah. Melalui upaya pengeringan jenis-jenis tanah ini dapat diperbaiki sifat fisiknya, yaitu struktur tanah, volume pori dan kemampuan kapileritas meningkat menjadi “sedang”. Walaupun sifat fisik tanah SPT 1 sampai dengan SPT 4 tidak menguntungkan, namun sifat kimia tanahnya tergolong cukup baik. Kadar unsur hara fosfor P, kalium K, dan magnesium Mg tergolong sedang hingga tinggi, sedangkan kadar kalsium Ca pada umumnya tinggi. Khususnya tanah pada SPT 5 yang dijumpai di sepanjang sungai-sungai sebagai ”punggung aliran”, mempunyai sifat fisik dan kimia yang tergolong baik. Jenis tanah ini lebih kering dan kandungan unsur hara P, K, Ca dan Mg tergolong cukup, sehingga sesuai untuk tujuan pertanian, khususnya tanaman kakao. Tanah dari SPT 6 dan 7 yang berada di sebelah timur Kampung Yanim Besar Braso memiliki sifat fisik yang lebih menguntungkan. Struktur tanahnya baik, volume tanah dan kemampuan kapileritasnya juga dinilai cukup. Selain itu, lapisan tanah bawahnya mempunyai sifat perembesan yang baik sehingga menyebabkan kapasitas menahan air dan udara memadai. Selain sifat fisiknya yang baik, sifat kimianya juga tergolong baik, yakni kandungan unsur hara P, K, Ca dan Mg relatif cukup. Tanah SPT 8 dan 9 mempunyai sifat fisik dan kimia yang tidak menguntungkan. Pada umumnya dangkal hingga agak dalam, serta mengandung banyak kerikil dan batu. Tanahnya telah mengalami pencucian hebat sehingga miskin akan unsur hara, terutama K dan P. Tanah SPT 8 dan SPT 9 masih dapat digunakan untuk tujuan pertanian apabila diberikan masukan perbaikan, seperti pemupukan. Selain itu, penanaman disarankan hanya dilakukan pada daerah-daerah yang kemiringan lahannya 15 atau pada daerah-daerah bergelombangberbukit dengan menerapkan prinsip konservasi tanah yang ketat atau pencegahan terhadap erosi. Tanah SPT 10 disarankan penggunaannya untuk ladang penggembalaan dengan masukan.perbaikan. Tanah SPT 10 mempunyai sifat fisik yang agak baik, yakni lebih kering, dan tergolong dalam. Namun, sifat kimianya tidak menguntungkan. Tanah ini dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian setelah sifat kimianya diperbaiki. Penelitian kemudian yang dilakukan Razoux Schultz 1958, menyimpulkan bahwa tanah SPT 6 sesuai bagi tanaman kakao berbasis perkebunan besar. Tanah SPT 5 dapat digunakan untuk tujuan perkebunan kakao jika drainase permukaan dan drainase dalam diperbaiki. Sebaliknya tanah SPT 8 yang mempunyai sifat fisik yang jelek tergolong tidak sesuai untuk perkebunan besar, namun dapat digunakan untuk perkebunan rakyat. Penelitian yang dilakukan Wentholt 1939 dan Razoux Schultz 1958 sebagaimana diuraikan di atas, sedangkan penelitian Schroo 1963 menyimpulkan bahwa di sebelah selatan Dataran Sekori pada daerah yang tinggi dan di zone transisi ke arah barat Dataran Grime dijumpai jenis tanah dominan yang disebut “Seri tanah Sekori, kelabu sangat tua, liat berdebu, dalam”. Jenis tanah dengan luasan 3.500 ha ini mempunyai tingkat kesuburan tanah cukup baik serta drainase permukaan yang baik pula, dianggap sesuai untuk tujuan pertanian. Selain tanah di Dataran Sekori, juga di Dataran Grime dijumpai 2 seri tanah yang dibedakan secara mendalam menurut deskripsi dan cirinya, yaitu tanah SPT 5 yang terletak di daerah yang agak tinggi punggung aliran dan SPT 6 yang letaknya di bagian terendah dari dataran tersebut. Tanahnya subur, namun pada lapisan atas bereaksi agak alkalin. Tanah lapisan bawahnya mengandung kapur bebas.dan sangat kahat akan unsur kalium K. Tanah ini tidak sesuai untuk penggunaan saat sekarang present use, namun dianggap sangat menjanjikan jika drainasenya diperbaiki dan dilindungi terhadap aliran air permukaan yang berasal dari perbukitan di sekitarnya.

4.2.5. Kesuburan Tanah

Pembahasan kesuburan tanah didasarkan pada laporan pemetaan dan kesuburan tanah yang dilakukan oleh Wentholt 1939, Schroo 1961 dan Schroo 1963. Laporan tersebut memperlihatkan bahwa hampir semua SPT memiliki sifat kimia yang relatif sama kecuali SPT 8, SPT 9 dan SPT 10. Sebaliknya, terdapat perbedaan yang menyolok pada sifat fisika tanah terutama keadaan drainase permukaan dan drainase internal yang jelek serta kadar liat yang tinggi dan adanya lapisan liat yang kompak di dalam penampang tanah. Drainase permukaannya jelek karena peresapan atau perembesan air kedalam tanah berlangsung lambat. Drainase internal dikatakan jelek karena air tanahnya dangkal sehingga tanahnya basah dan jenuh air. Keadaan ini berbeda dengan daerah-daerah yang letaknya lebih tinggi atau daerah-daerah lereng dan bergelombang.Tekstur tanah dan beberapa sifat kimia tanah penting, yaitu reaksi tanah, kadar kation-kation tersedia, kadar fosfat dan kalium tersedia, kadar fosfat dan kalium total, serta kandungan karbon organik tanah adalah sebagai berikut : Tekstur Tanah Pada umumnya tanah bertekstur berat, yaitu berkisar dari lempung liat berdebu hingga liat berdebu. Kadar liat yang tinggi dapat menyebabkan akar tanaman sulit berkembang. Selain itu, berdampak pula terhadap rendahnya kapasitas infiltrasi perembesan tanah sehingga menyebabkan penggenangan air di permukaan tanah terutama di musim penghujanan. Hal ini sudah barang tentu akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Untuk tujuan penanaman kakao, maka drainase permukaan maupun drainase internal sangat perlu diperhatikan, jika ingin memperoleh pertumbuhan dan produksi kakao yang baik. Dalam rangka menanggulangi drainase yang jelek, perlu dibuatkan selokan-selokan drainase berukuran kecil hingga sedang serta cukup dalam agar kelebihan air dapat dikeluarkan, sehingga tanahnya selalu dalam keadaan kering lembab dan tidak jenuh air. Selain itu, agar pertumbuhan akar tanaman kakao tidak terhalang oleh lapisan liat yang kompak, maka perlu digali lubang tanaman yang cukup besar dan dalam. Reaksi Tanah Pada umumnya tanah bereaksi alkali hingga sangat alkali dengan kisaran pH rata-rata 7,0 – 7,8. Semakin dalam tanahnya semakin tinggi reaksi tanah, bahkan tidak jarang mencapai pH=8,0 atau lebih. Tingginya pH tanah ini disebabkan karena tingginya kadar kalsium tanah kapur yang terbawa bersama bahan endapan sungai yang berasal dari pegunungan dan perbukitan kapur di sekitarnya. Reaksi Tanah demikian menyebabkan sebagian besar unsur-unsur hara makro N, P, K dan mikro Fe, Zn, Mn, B, Cu berada dalam keadaan tidak tersedia bagi tanaman. Apabila reaksi tanah mencapai pH=8,0 atau lebih akan menyebabkan tanaman sulit menyerap fosfat dan unsur-unsur mikro. Pada saat penelitian dijumpai pertanaman kacang tanah milik masyarakat di kampung Pobaim yang menunjukkan gejala kekuningan pada daun-daun muda. Gejala kekuningan ini diduga kuat karena kahat akan beberapa unsur mikro. Gejala klorosis ini diistilahkan sebagai “klorosis terimbaskan kapur” lime induced-chlorosis, suatu gejala kekahatan hara yang biasanya muncul di tanah-tanah berkapur. Kation-Kation Tersedia Kation tersedia yang diukur adalah kalsium Ca, magnesium Mg dan kalium K. Kadar Ca dan Mg tersedia pada umumnya sedang hingga sangat tinggi. Hal ini mengisyaratkan bahwa kebutuhan tanaman akan Ca dan Mg cukup memadai sehingga tidak perlu diberi pupuk dengan kedua unsur tersebut. Pada kadar Ca yang sangat tinggi seperti dijumpai di beberapa tempat justru mengganggu pertumbuhan tanaman. Sebaliknya K tersedia tergolong rendah hingga sangat rendah sehingga pemupukan K sangat diperlukan agar mendapatkan produksi tanaman yang baik. Dalam hal tanaman tahunan seperti kakao, maka pemupukan kalium setidaknya dilakukan setiap tahun. Hasil analisis mineral tanah juga mencerminkan rendahnya kadar K tanah. Mineral tanah penyumbang kalium dari jenis kalium-veldspat yang telah hancur menunjukkan status kalium tanah yang jelek. Fosfor Tanah Kadar fosfat tersedia tergolong agak tinggi hingga sangat tinggi. Hampir semua contoh tanah menunjukkan adanya mineral primer apatit penyumbang fosfat yang tergolong sporadis 1 hingga beberapa persen saja. Pengalaman-pengalaman sebelumnya membuktikan bahwa walaupun jumlahnya sangat sedikit atau sporadis 1, nilai fosfat tersedia biasanya tinggi. Dengan demikian unsur hara fosfor dianggap cukup bagi kebutuhan tanaman, sehingga pemupukan P tidak diperlukan selama beberapa waktu tanam. Fosfat dan Kalium Total Kadar fosfat dan kalium total mencerminkan cadangan hara tersebut dalam tanah. Pada umumnya kadar fosfat total berkisar dari sedang hingga tinggi sehingga tidak mengkhawatirkan. Tampaknya kandungan fosfat total dan fosfat tersedia berkorelasi positif sehingga memperkuat dugaan bahwa kadar fosfat cukup bagi kebutuhan tanaman. Kadar kalium total berkisar dari agak rendah hingga sedang. Ini berarti bahwa cadangan kalium tanah tidak memadai bagi suatu usaha pertanian, sehingga diperlukan pemupukan untuk mempertahankan kadar kalium tanah. Bahan Organik Tanah Kadar karbon C organik tanah mencerminkan kadar bahan organik tanah. Bahan organik sangat penting karena berpengaruh terhadap perbaikan sifat fisika dan kimia tanah. Bahan organik membantu granulasi dan penstabilan agregat tanah sehingga memperbaiki retensi air tanah, meningkatkan laju infiltrasi dan kapasitas memegang air. Selain itu, bahan organik meningkatkan kapasitas tukar kation KTK, yang berarti pula meningkatkan kemampuan menjerap kation unsur hara makro dan mikro sebagai sumber hara. Tidak kalah pentingnnya adalah dengan adanya bahan organik akan sangat berdaya terhadap biologi tanah. Pada umumnya kadar C organik tanah tergolong rendah. Hal ini mengisyaratkan bahwa peningkatan dan perlindungan bahan organik tanah sangat penting dilakukan. Penanggulangan kekurangan bahan organik dapat dilakukan dengan pemberian pupuk kandang, kompos, dan menanam penutup tanah seperti Pueraria javanica atau Calopogonium mucunoides terutama pada pertanaman kakao.

4.2.6. Hidrologi

Sumber air di wilayah Kabupaten Jayapura dapat dijumpai dengan adanya sungai, danau, air, hujan, dan mata air. a. Sungai Wilayah penelitian dilalui oleh sungai dan anak sungai yang bermuara ke Danau Sentani dan Samudra Pasifik. Sungai-sungai yang berpengaruh dominan terhadap pasokan air Danau Sentani adalah sungai-sungai yang berhulu di Pegunungan Cycloop di utara danau, yaitu Sungai Haway, Hobai, Younolo, Klandeli, dan Dofroko. Di bagian barat adalah Sungai Dombule dan Boroway, dibagian selatan adalah Sungai Tenak Sawe dan Ayape sedangkan sungai yang langsung bermuara ke Samudra Pasifik ialah Sungai Sapari, Susupne, Amu, dan Doreri. Sungai-sungai tersebut merupakan salah satu sumber kehidupan serta sebagai sarana perhubungan, mata pencaharian masyarakat, potensi pariwisata, dan potensi energi listrik. b. Danau Danau terbesar di Papua adalah Danau Sentani yang berada di distrik Sentani, Sentani Timur, Waibu, dan Ebungfauw Kabupaten Jayapura. Outflow Danau Sentani melalui Sungai Jaifuri yang berada disebelah selatan danau, aliran bawah tanah, serta melalui rekahan-rekahan batu kapur yang banyak terdapat di sebelah timur Danau Sentani menuju Sungai Tami yang selanjutnya bermuara ke Teluk Seko di Lautan Pasifik. Air danau juga dimanfaatkan sebagai sumber air bersih oleh masyarakat yang bermukim di tepi danau. c. Air Hujan Kondisi iklim di Jayapura tergolong dalam iklim basah dengan curah hujan yang cukup tinggi. Jumlah curah hujan dari Stasiun Klimatologi Genyem adalah 2880mmthn, dengan jumlah hari hujan dalam tahun 2006 adalah 219 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Februari, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17. Gambar 16. Curah hujan mm tahun 2004 – 2006 Stasiun Klimatologi Genyem Gambar 17. Data hari hujan tahun 2004 – 2006 Stasiun Klimatologi Genyem