Tabel 17. Sebaran luas lahan menurut tipe penutupan lahan tiap distrik dalam kawasan agropolitan
No Distrik
Tata Guna Hutan
Luas Ha
Luas Sub
Total Luas
Total 1
Nimboran Hutan
Dataran Tinggi 1.559
6,37 1,83
Hutan Dataran Rendah
10.055 41,08
11,82 Hutan
Rawa 4.114
16,81 4,84
Hutan Rawa Sekunder
295 1,21
0,35 Hutan
Tidak Produktif 2.138
8,73 2,51
Tanah Terbuka
50 0,20
0,06 Pertanian
Lahan Kering + semak
5.314 21,71
6,25 Pertanian
Lahan Kering 126
0,51 0,15
Transmigrasi 820
3,35 0,96
Badan air
7 0,03
0,01
Sub Total
24.478 100
28,78
2 Nimbokrang
Hutan Dataran Tinggi
7.622 50,62
8,96 Hutan
Dataran Rendah 3.045
20,22 3,58
Hutan Rawa
429 2,85
0,50 Hutan
Rawa Sekuner 317
2,11 0,37
Lahan Tidak Produktif
363 2,41
0,43 Tanah
Terbuka ‐
‐ ‐
Pertanian Lahan Kering +
Semak 582
3,87 0,68
Pertanian Lahan Kering
885 5,88
1,04 Tansmigrasi
1.775 11,79
2,09 Badan
air 39
0,26 0,04
Sub Total
15.057 100
17,70
3 Kemtuk
Hutan Dataran Tinggi
12.394 61,43
14,57 Hutan
Dataran Rendah 1.655
8,20 1,95
Hutan Rawa
3 0,01
0,003 Hutan
Rawa Sekunder ‐
‐ ‐
Lahan keringTidak Produktif
1.812 8,98
2,13 Tanah
Terbuka 1.944
9,64 2,29
Pertanian Lahan Kering +
Semak 2.317
11,48 2,72
Transmigrasi 12
0,06 0,014
Badan Air
‐
Sub Total
20.175 100
23,72
4 Kemtuk
Gresi Hutan
dataran tinggi 12.496
49,30 14,69
Hutan Dataran Rendah
8.385 33,08
9,86 Hutan
Rawa ‐
‐ ‐
Hutan Rawa Sekunder
‐ ‐
‐ Lahan
Kering Tidak Produktif 216
0,85 0,25
Tanah Terbuka
177 0,70
0,21 Pertanian
Lahan Kritis + Semak
3.534 13,94
4,15 Transmigrasi
202 0,80
0,24 Badan
Air ‐
‐ ‐
Sub Total
25.348 100
29,80
Alphitonia celtidifolia dan lain-lain. Jenis-jenis rumput yang terdapat disini bisa digunakan sebagai bahan pakan ternak, sedangkan perdu merupakan tempat berteduh
untuk sapi yang dipelihara. Memperhatikan kondisi tempat tersebut, tipe penutupan ini dapat ditingkatkan kondisinya menjadi tempat penggembalaan ternak yang ideal. Pada
tipe penutupan pertanian lahan kering dan semak dijumpai semak, padang alang- alang, kelapa, pisang, sagu dan palawija, sedangkan pada tipe penutupan pertanian
lahan kering dijumpai hutan sekunder dan areal perladangan.
4.2.8. Sebaran Luas Lahan Menurut Fungsinya
Berdasarkan fungsi hutan, maka hutan dapat dikelompokkan menjadi hutan lindung HL, hutan produksi tetap HP, hutan produksi terbatas HPT, Hutan
produksi yang dapat dikonversi HPK dan Areal peruntukan lain APL. Sesuai penyebaran hutan yang terlihat pada Gambar Peta 25 dan Tabel 17, keberadaan dari
hutan dengan fungsinya-pun terdapat di kawasan agropolitan. Hutan Lindung terdapat di setiap distrik, terluas di Distrik Nimboran sebanyak 48,68 dari luas Distrik
Nimboran, dan terkecil di Distrik Kemtuk Gresi 0,71 dari luas distrik. Keberadaan hutan lindung disetiap distrik mempunyai fungsi sebagai pengatur tata air dan
pencegahan erosi. Kecil ataupun besarnya hutan lindung di setiap distrik mempunyai peranan yang sangat besar terhadap perlindungankonservasi tanah di daerah
tersebut. Luasan dan keberadaan lahan yang telah ditetapkan hendaknya perlu dipertahankan, terutama dalam mendukung sistem tata air dan konservasi tanah di
kawasan agropolitan. Pemanfaatan hutan untuk kegiatan agropolitan hanya dimungkinkan
menggunakan Hutan Konversi ataupun areal penggunaan lain. Di Distrik Nimboran, mengingat luas hutan lindung yang cukup besar, luasan yang ada dari hutan konversi
dapat digunakan sebagai kawasan budidaya agropolitan, kecuali selebar 10 m kiri kanan sungai kecil dan 20 m kiri kanan sungai besar ataupun sumber air lainnya perlu
dipertahankan keberadaan hutan. Distrik Nimbokrang, hutan lindungnya sangat kecil 30,43, sementara hutan
konversinya sangat besar 67,86, maka pembukaan hutan konversi sebagai kawasan budidaya Agropolitan, hanya dibatasi pada kondisi datar dengan
memperhatikan keutuhan hutan 10 m – 20 m di kiri kanan sungai ataupun sumber air lainnya. Hutan APL sesuai fungsinya dapat digunakan untuk kegiatan agropolitan.
Daerah Kemtuk, yang topografinya didominasi oleh areal berombak, bergelombang, dan berbukit tanpa daerah datar, sedangkan hutan lindungnya hanya
24,75 dari luas distrik, maka disarankan pembukaan hutan konversi untuk keperluan
agropolitan terbatas pada daerah dengan kelerengan di bawah 8 serta memperhatikan 10 – 20 m di kiri dan kanan sungai ataupun sumber air.
Distrik Kemtuk Gresi dengan topografi pada umumnya bergelombang dan hutan lindung hanya 0,71, maka hutan yang boleh dibuka hanya hutan konversi dengan
kelerengan di bawah 8 dan APL dengan tetap mempertahankan keberadaan hutan 10 m – 20 m dikiri kanan sungai maupun sumber air lainnya. Secara umum, bahwa
konversi hutan yang dilakukan secara bertahap sehingga gangguan terhadap lingkungan dapat dikurangi seminimal mungkin.
Tabel 18. Sebaran luas lahan menurut fungsi hutan di setiap distrik dalam kawasan agropolitan
No Distrik
Tata Guna Hutan Luas Ha
Persenta tase
terhadap sub total
Persentase terhadap
total 1
Nimboran Hutan Lindung HL
11 917 48,68
14, 01 Hutan Produksi HP
Hutan Produksi
Terbatas HPT Hutan Konversi HK
5 570 22,76
6,55 Areal Peruntukan Lain
APL 6 991
28,56 8,21
Sub Total 24 478
28,78
2 Nimbokrang
Hutan Lindung HL 4 583
30,43 5,39
Hutan Produksi HP Hutan
Produksi Terbatas HPT
Hutan Konversi HK 10 218
67,86 12,01
Areal Peruntukan Lain APL
256 1,70
0,30
Sub Total 15 057
17,70
3 Kemtuk
Hutan Lindung HL 4 994
24,75 5,87
Hutan Produksi HP Hutan
Produksi Terbatas HPT
5 448 27,00
6,40 Hutan Konversi HK
7 730 38,31
9,09 Areal Peruntukan Lain
APL 2 003
9,93 2,35
Sub Total 20 175
23,72
4 Kemtuk Gresi Hutan Lindung HL
181 0,71
0,21 Hutan Produksi HP
Hutan Produksi
Terbatas HPT 15 335
60,49 18,03
Hutan Konversi HK 5 333
21,04 6,27
Areal Peruntukan Lain APL
4 499 17,74
5,29
Sub Total 25 348
29,80 Total
Jumlah 85.058
100
4.3. Keadaan Penduduk
4.3.1. Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk kawasan agropolitan Kabupaten Jayapura yang meliputi Distrik Nimboran, Nimbokrang, Kemtuk, dan Distrik Nimbokrang sebanyak 20.384 jiwa
atau 5.142 keluarga. Luas seluruh kawasan agropolitan berdasarkan profil kawasan agropolitan yang dilaporkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura tahun 2002
seluas 1.503,64 km2 atau 150.364 ha. Masing-masing, Distrik Nimboran 778,48 km2, Nimbokrang 242,16 km2. Kemtuk 194,70 km2, dan Distrik Kemtuk Gresi 288,30 km2.
Akan tetapi berdasarkan hasil perhitungan tim peneliti pengembangan kawasan agropolitan Kabupaten Jayapura selama melakukan penelitian lapangan, luas kawasan
agropolitan ini ternyata lebih kecil yakni 850,58 km2 atau 85.058 ha. Masing-masing adalah sebagai berikut, Distrik Nimboran 246,47 km2 atau 24.647 ha, Distrik
Nimbokrang 150,57 km2 atau 15.057 ha, Distrik Kemtuk 201,75 km2 atau 20.175 ha, dan Distrik Kemtuk Gresi 251,79 km2 atau 25.179 ha. Selengkapnya hasil analisis
kepadatan penduduk kawasan agropolitan Kabupaten Jayapura disajikan seperti pada Tabel 19.
Tabel 19. Kepadatan penduduk kawasan agropolitan Kabupaten Jayapura tahun 2003
No. Distrik Jumlah Penduduk
Luas Km
2
Kepadatan Penduduk KK Jiwa
JiwaKm
2
KKKm
2
1. Nimboran 1.536 6.965
246, 47
28,259 6,232
2. Nimbokrang 1.549 5.365
150, 57
35,631 10,287
3. Kemtuk 755 3.423
201, 75
16,966 3,742
4. Kemtuk Gresi
902 4.631
251, 79 18,392
3,582 Kawasan Agro
4.742 20.384
850, 58 23, 965
4,30
Sumber : BPS Kabupaten Jayapura, 2003
Tingkat kepadatan penduduk kawasan agropolitan Kabupaten Jayapura tergolong rendah yakni rata-rata 23,965 jiwakm2 atau rata-rata 4,30 KKkm2. Secara
terpisah berdasarkan distrik, kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Distrik Nimbokrang, dan terendah terdapat di Distrik Kemtuk.
4.3.2. Ratio Seks
Ratio seks penduduk kawasan agropolitan Kabupaten Jayapura diperhitungkan sebesar 1,08. Artinya pada setiap populasi wanita sebesar 1.000 jiwa senantiasa
bersama-sama 1.080 jiwa laki-laki. Suatu ratio seks yang tidak terlalu timpang ditinjau dari aspek kegiatan sosial-budaya, tetapi cukup penting ditinjau dari aspek proses
regenerasi penduduk. Ratio seks ini ternyata lebih rendah di Distrik Nimboran dan
Distrik Kemtuk, tetapi menjadi tertinggi di Distrik Nimbokrang. Di Distrik Nimboran dan Distrik Kemtuk terlihat bahwa pada seiap populasi wanita sebesar 1.000 jiwa
senantiasa bersama-sama kaum laki-laki sebanyak 1.050 jiwa. Namun di Distrik Nimbokrang pada setiap populasi waita sebesar 1.000 jiwa senantiasa bersama-sama
kaum lelaki sebanyak 1.110 jiwa. Suatu ratio yang penting ditinjau dari aspek kegiatan sosial-ekonomi, dan menjadi sumber dampak bagi bagian kecil populasi kaum laki-laki
mendapatkan isteri di luar kawasan agropolitan, dan dalam jangka panjang dapat memperbesar ragam etnis di kawasan agropolitan ini. Sebaran jumlah penduduk
kawasan agropolitan Kabupaten Jayapura berdasarkan jenis kelamin per distrik di kawasan agropolitan disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20. Sebaran jumlah penduduk kawasan agropolitan Kabupaten Jayapura berdasarkan jenis kelamin tahun 2003
No Distrik Jumlah Laki-Laki
Jumlah Perempuan Total
Jumlah Jiwa
Ratio Seks
Jiwa Jiwa 1. Nimboran
3.571 51
3.394 49
6.965 1,05 2. Nimbokrang
2.829 53
2.536 47
5.364 1.11 3. Kemtuk
1.754 51
1.669 49
3.443 1,05 4. Kemtuk
Gresi 2.429
54 2.202
46 4.531 1,10
J u m l a h 10.583
52 9.801
48 20.384
1,08
Sumber : BPS Kabupaten Jayapura, 2003
4.3.3. Ketergantungan Penduduk
Tingkat ketergantungan penduduk kawasan agropolitan Kabupaten Jayapura sebesar 0,73. Artinya setiap 100 orang penduduk berusia produktif menanggung 73
orang penduduk yang tidak produktif untuk melakukan kegiatan yang memerlukan tenaga fisik. Tingkat ketergantungan yang baik, yakni setiap penduduk berusia
produktif menanggung sebanyak-banyaknya 1 orang penduduk yang tidak produktif. Selanjutnya sebaran jumlah penduduk berdasarkan golongan umur produktif dan
golongan umur tidak produktif disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Sebaran jumlah penduduk berdasarkan golongan umur di kawasan
agropolitan Kabupaten Jayapura tahun 2003. No. Distrik
Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur Tahun
Ketergantungan Penduduk
15 15-55 55 1. Nimbokrang
2.076 3.031
257 0,77
2. Kemtuk Gresi
1.707 2.612
212 0,73
3. Nimboran 2.389
4.216 360
0,65 4. Kemtuk
1.480 1.871
92 0,84
J u m l a h 7.652
11.730 921
0,73
Sumber : BPS Kabupaten Jayapura, 2003
Secara terpisah berdasarkan distrik ternyata Distrik Kemtuk memiliki ketergantungan tertinggi, dan Distrik Nimboran memiliki tingkat ketergantungan
terendah. Walaupun penduduk Distrik Kemtuk memiliki tingkat ketergantungan tertinggi, tetapi masih tergolong baik yakni setiap penduduk berusia produktif
menanggung penduduk tidak produktif yang sangat terbatas yakni sebanyak- banyaknya 1 jiwa. Rendahnya tingkat ketergantungan penduduk diidentifikasi
disebabkan oleh 2 faktor utama. Pertama, terbatasnya jumlah penduduk yang mencapai usia lanjut yakni baru mencapai 4,52 persen dari total jumlah penduduk
kawasan agropolitan. Kedua, jumlah penduduk golongan usia kurang dari 15 tahun juga belum menjadi bagian populasi terbesar sebagaimana layaknya sebuah piramida
tegak.
4.3.4. Keluarga Penduduk
Aspek utama yang dianalisis dalam faktor keluarga penduduk kawasan agropolitan Kabupaten Jayapura adalah besar keluarga dan tenaga kerja.
Selengkapnya hasil analisis keluarga penduduk kawasan agropolitan ini disajikan pada Tabel 22. Ukuran keluarga penduduk kawasan agropolitan Kabupaten Jayapura, rata-
rata 4,30 jiwakeluarga. Secara terpisah berdasarkan distrik, ukuran keluarga penduduk terbesar terdapat di Distrik Kemtuk Gresi yakni rata-rata 5,13 jiwakeluarga,
dan terendah di Distrik Nimbokrang yakni rata-rata 3, 46 jiwakeluarga. Tabel 22. Hasil analisis keluarga penduduk kawasan agropolitan Kabupaten Jayapura
tahun 2003.
No. Distrik Jumlah Penduduk
Keluarga Penduduk Jiwa
Tenaga Kerja
Produktif Jiwa
Keluarga KK
Ukuran Besar
JiwaKel. Tenaga
Kerja Produktif
JiwaKel. 1. Nimboran
6.965 4.116 1.536
4,53 2,68
2. Nimbokrang 5.365 3.031
1.459 3,46
2,08 3. Kemtuk
3.423 1.871 755
4,53 2,48
4. Kemtuk Gresi 4.631 2.612
902 5,13
2,89 Kawasan
Agro. 20.384
11.730 4.742
4,30 2,47
Jumlah tenaga kerja produktif di kawasan agropolitan ini rata-rata 2,47 tenaga kerjakeluarga. Secara terpisah berdasarkan distrik, ternyata keluarga yang memiliki
jumlah tenaga kerja produktif terbanyak terdapat di Distrik Kemtuk Gresi, dan tersedikit terdapat di Distrik Nimbokrang.