4.5.3. Pola Kepemimpinan
Di dalam suatu masyarakat dibutuhkan adanya seorang pemimpin yang dapat mengatur dan mengelola anggota-anggota masyarakatnya. Masyarakat di wilayah
penelitian mengenal beberapa pola kepemimpinan yaitu 1 kepemimpinan in formal yaitu adat, 2 kepemimpinan formal yaitu pemerintahan, dan 3 kepemimpinan
kombinasi antara in formal dan formal. Secara adat istiadat, masyarakat di wilayah penelitian memiliki pemimpin-
pemimpin adat yang mengatur dan mengurus masyarakat. Pemimpim tersebut terbagi atas 1 IramDequina dengan fungsi sebagai melindungi lapisan masyarakat, 2
Trang dengan fungsi sebagai menjaga dan membagi hak ulayat kepada anggota masyarakat, 3 Tegai dengan fungsi sebagai panglima perang atau keamanan, 4
Strom dengan fungsi sebagai pengatur kegiatan gotong royong atau kerja bakti kampung, dan 5 Bemey dengan fungsi sebagai bendaharawan masyarakat.
Adanya pembagian kepemimpinan atas lima status dan peran ini tidak menunjukkan bahwa status dan peran yang satu lebih tinggi dari status dan peran
lainnya. Peran kelima pemimpin tersebut untuk dapat mengatur dan mengorganisir kegiatan-kegiatan dalam masyarakat. Walaupun demikian, peran IramDequina
merupakan status yang penting yaitu melindungi seluruh lapisan masyarakat, disamping juga melindungi sumber daya alam. Sebutan IramDequina pada kelompok-
kelompok masyarakat lainnya dikenal sebagai Ondoafi. Dalam perkembangan pembangunan dan hingga saat ini status dan peran
kelima pemimpin adat ini semakin luntur dalam hal fungsi dan tugasnya. Keadaan ini dikarenakan adanya modernisasi kelembagaan ataupun akibat akulturasi budaya
dengan kelompok masyarakat lainnya di luar sistem masyarakat Nimborankemtuk Gresi. Pada kondisi sekarang, hanyalah peran dan fungsi IramDequina yang masih
berfungsi namun hanya sekedar pengakuan status sebagai pemimpin dalam suatu kelompok masyarakat. Pengambilan keputusan dalam pembangunan masyarakat lebih
banyak dipegang oleh aparat-aparat desa sebagai pemimpin pemerintahan. Khusus untuk masalah-masalah yang menyangkut adat seperti tanah biasanya keterlibatan
IramDequina masih dibutuhkan dimana bersama-sama dengan kepala kampung dalam mengambil keputusan.
Pola kepemimpinan formal melibatkan pemimpin-pemimpin pemerintahan antara lain kepala kampung, ketua RT dan ketua RW. Kampung beserta aparat inilah
yang mengatur kegiatan-kegiatan administrasi, maupun pembangunan di kampung, seperti pengaturan kelompok tani, pengaturan administrasi desa dan pembenahan
keamanan. Pemimpin-pemimpin formal lebih banyak berperan dibandingkan pemimpin in formal.
Pola kepemimpinan yang ketiga merupakan gabungan antara pola formal dan in formal yang dikenal sebagai Dewan Adat. Dewan Adat di wilayah penelitian terbagi
dalam dua kelompok yaitu Dewan Adat untuk masyarakat NimboranNimbokrang dan Dewan adat untuk masyarakat KemtukKemtuk Gresi. Fungsi dewan adat sebagai
lembaga adat yang menampung semua aspirasi-aspirasi Iramdequina yang membawahi aspirasi kelompok-kelompok kecil masyarakatnya dalam kegiatan
pembangunan. Artinya bahwa fungsi dan tugas dewan adat lebih ditekankan kepada hubungan antara permasalahan-permasalahan adat dan permasalahan pemerintahan.
Salah satu permasalahan yang ditangani dewan adat menyangkut pemalangan tanah- tanah adat yang menjadi lokasi fasilitas-fasilitas pemerintahan maupun sarana
prasarana umum. Contohnya irigasi, demikian pula dengan permasalahan politik menyangkut dukungan masyarakat adat terhadap kepemimpinan formal seseorang.
4.5.4. Pola Penguasaan dan Pengusahaan Tanah
Di dalam hukum negara dikenal adanya pengertian tanah negara, tanah hak milik, dan tanah ulayat. Tanah negara adalah tanah yang pengaturan sepenuhnya
dikuasai negara. Tanah milik adalah tanah yang secara hukum negara menjadi milik pribadi seseorang. Tanah ulayat adalah tanah yang kepemilikannya diatur menurut
ketentuan adat setempat. Sistem kepemilikan tanah di Papua selain mengikuti peraturan pemerintah juga
mengikuti Hukum Adat. Menurut Hukum Adat, tanah dan isinya dikuasai, dimiliki, dan
diatur oleh adat setempat. Kawasan agropolitan “Grime-Sekori” merupakan hak
ulayat dari rumpun besar Masyarakat Mamberamo Tami Mamta. Oleh karena itu untuk penggunaan tanah di kawasan diatur oleh “ondoafi” dan atau kelompok
masyarakat yang lebih kecil yaitu klan. Lahan usaha pada masyarakat asli Papua adalah bersifat individu. Namun
sebelum beralih menjadi milik individu, status tanah yang dimiliki oleh petani asli Papua merupakan milik komunal artinya dikuasai oleh margafam. Selanjutnya tanah-tanah
tersebut akan diwariskan kepada setiap anak laki-laki dari setiap margafam , sehingga status tanah menjadi milik individu. Tanah-tanah yang dimiliki oleh setiap kepala
keluarga, akan diwariskan lagi kepada anak laki-laki mereka dan selanjutnya tanah tersebut akan berubah status menjadi milik anak mereka, begitu seterusnya hingga
sekarang. Masyarakat di wilayah penelitian mengusahakan usahatani dalam sebidang lahan yang berkisar antara 2 – 5 hektar. Kepemilikan tanah atas lahan yang
diusahakan merupakan kepemilikan yang bersifat individu, yakni setiap orang dari anggota keluarga memiliki sebidang tanah yang akan diusahakan.