Subsistem agribisnis hulu Agribisnis Sapi Potong

petani. Menurut Sabrani et al. 1981 problema yang dihadapi dalam pengembangan ternak sistem tradisional adalah ketepatan pengalokasian sumberdaya. Selanjumya dijelaskan bahwa bila usaha ternak skala kecil yang berorientasi pada usaha keluarga maka program pengembangan ternak tersebut didasarkan pada sistem pertanian secara terpadu. Sistem pertanian terpadu integrated farming system adalah suatu usaha dalam bidang pertanian dimana terjadi keterkaitan input-output antar komoditas pertanian, keterkaitan antar kegiatan produksi dengan pra produksi dan pasca produksi, serta antara kegiatan pertanian dengan kegiatan manufaktur dan jasa Rusono, 1999. Selanjutnya dijelaskan bahwa keterpaduan merupakan hal penting maka suatu sistem pertanian terpadu membutuhkan dan mensyaratkan sumberdaya manusia yang berkualitas serta mampu dalam menata aliran input- output sedemikian rupa sehingga kombinasi input-output yang dihasilkan adalah kombinasi optimum yang menghasilkan manfaat yang besar bagi petani. Tanaman pangan atau hortikultura tidak hanya menghasilkan pangan sebagai produk utama, tetapi menghasilkan produk sampingan atau limbah ikutan misalnya jerami padi, ampas tahu, limbah tanaman kacang tanah dan sebagainya. Dengan cara sederhana limbah tersebut dapat diubah menjadi pangan yang bermutu daging melalui sapi potong, sehingga biaya pakan produksi ternak dapat ditekan. Disamping menghasilkan produk utama berupa daging, sapi potong menghasilkan kotoran feses yang diolah dengan cara sederhana dapat menjadi komoditas ekonomis atau digunakan sebagai pupuk sehingga dapat menopang kegiatan produksi tanaman pangan dan secara langsung mengurangi biaya pengadaan pupuk, dan pada akhirnya keterpaduan tersebut dapat meningkatkan tambahan pendapatan petani peternak Suharto, 1999. Beberapa manfaat integrasi ternak pada usaha pertanian yaitu : 1. Meningkatkan pemberdayaan sumberdaya lokal domestic based resources 2. Optimalisasi hasil usaha 3. Penciptaan produk-produk baru hasil diversifikasi usaha 4. Penciptaan kemandirian petani sehingga tidak tergantung pinjaman luar 5. Meningkatkan pendapatan petani peternak 6. Menciptakan lapangan kerja yang menyerap banyak tenaga kerja pedesaan Pengembangan sistem usaha tani terpadu merupakan salah satu pendekatan dalam memanfaatkan keragaman sumberdaya alam. Bila dikembangkan dengan tepat maka sistem usaha tani terpadu dapat menjadi pilar pembangunan pertanian modern dan berkelanjutan. Supaya sistem usaha tani terpadu dapat berkembang, maka aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah 1 sifat usaha tani, 2 sumberdaya manusia, 3 skala usaha, 4 sarana dan pra sarana, 5 kemitraan dan hubungan antar subsistem agribisnis, 6 orientasi usaha, dan 7 kelestarian sumberdaya dan lingkungan Rusono, 1999.

2.7. Penggunaan Model

Menurut Manetsch and Park 1997 model adalah suatu penggambaran abstrak dari sistem dunia nyata riil, yang akan bertindak seperti dunia nyata untuk aspek-aspek tertentu. Model yang baik akan memberikan gambaran perilaku dunia nyata sesuai dengan permasalahan dan akan meminimalkan perilaku yang tidak signifikan dari sistem yang dimodelkan. Model dan manipulasinya melalui proses simulasi adalah alat yang sangat bermanfaat dalam sistem analisis. Model dapat digunakan sebagai representasi sebuah sistem yang sedang dikerjakan atau menganalisis sistem yang sudah dilakukan. Dengan menggunakan model dapat dihasilkan desain atau keputusan operasional dalam waktu yang singkat dan biaya yang murah Blanchord dan Fabrycky, 1981. Menurut Kholil 2005, untuk dapat menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan kesisteman, harus diawali dengan berpikir sistemik system thinking, sibernetik goal oriented, holistik dan efektif. Dari terminologi penelitian operasional, secara umum model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat, oleh karena itu suatu model adalah suatu abstraksi dari realitas, maka pada wujudnya kurang komplek dari pada realitas itu sendiri Eriyatno, 2003. Menurut Muhammadi et al. 2001 model adalah suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses. Model dapat dikelompokkan menjadi model kuantitatif, kualitatif dan model ikonik. Model kualitatif adalah model yang berbentuk gambar, diagram atau matrik. Model ikonik adalah model yang mempunyai bentuk fisik sama dengan barang yang ditirukan.