pengembangan usaha yang selaras dengan lingkungan alam serta lingkungan sosial.
Berbagai kasus pengembangan agribisnis beberapa komoditas kehutanan dan perkebunan yang telah banyak dilakukan selama ini umumnya
berorientasi pada peningkatan produksi dan produktivitas komoditas yang dihasilkan dalam jangka pendek, sehingga kurang memperhatikan daya dukung
sumber daya alam, manusia dan kelembagaan lokal yang ada di wilayah pengembangan usaha tersebut. Oleh karena itu tidak mengherankan jika cukup
banyak kegiatan agribisnis yang tidak berumur panjang, melakukan eksploitasi sumber daya yang berlebihan atau menimbulkan konflik dengan masyarakat di
sekitar lokasi Tampubolon, 2002.
2.5. Agribisnis Sapi Potong
Istilah agribisnis pertama kali muncul tahun 1950-an sebagai istilah yang digunakan terhadap gugus industri cluster industry yang melakukan
pendayagunaan sumberdaya hayati Pambudy et al. 2001. Berdasarkan pendekatan etimologis, pengertian agribisnis adalah usaha dagang yang
berbasis pada semua kegiatan yang memanfaatkan tanah atau lahan sebagai basis budidaya agri berarti tanah atau lahan dan bisnis berarti usaha dagang.
Dengan demikian, agribisnis sapi potong berarti pemanfaatan tanah atau lahan sebagai usaha perdagangan sapi potong. Namun, pengertian agribisnis saat ini
tIdak hanya terbatas pada pengertian berdasarkan etiomologis, akan tetapi telah meluas seiring dengan tuntutan aspirasi dan tantangan global dikaitkan dengan
semangat modernisasi dan aktualisasi kehidupan di berbagai bidang. Menurut Djajalogawa dan Pambudy 2003, agribisnis sapi potong
diartikan sebagai suatu kegiatan bidang usaha sapi potong yang menangani seluruh aspek siklus produksi secara seimbang dalam suatu paket kebijakan
yang utuh melalui pengelolaan pengadaan, penyediaan dan penyaluran sarana praduksi, kegiatan budidaya, pengelolaan pemasaran dengan melibatkan semua
stakeholders pemangku kepentingan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang seimbang dan proporsional bagi kedua belah pihak petani-
peternak, perusahaan swasta dan pemerintah. Sistem agribisnis sapi potong merupakan kegiatan yang mengintegrasikan pembangunan sektor pertanian
secara simultan dalam arti luas dengan pembangunan industri dan jasa terkait dalam suatu kluster industri industrial cluster sapi potong yang mencakup
empat subsistem. Keempat subsistem tersebut menurut Saragih 2000 adalah sebagai berikut:
1 Subsistem agribisnis hulu upstream off-farm agribusiness, yaitu kegiatan ekonomi praduksi dan perdagangan yang menghasilkan sapronak seperti
bibit sapi potong, pakan ternak, industri obat-obatan, dan inseminasi buatan; 2 Subsistem agribisnis budidaya sapi potong on-farm agribusiness yaitu,
kegiatan ekonomi yang selama ini kita sebut sebagai usaha ternak sapi potong;
3 Subsistem agribisnis hilir downstream off-farm agribusiness, yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah dan memperdagangkan hasil usaha ternak. Ke
dalam subsistem ini termasuk industri pemotongan ternak, industri pengalengan dan pengolahan daging, dan industri pengolahan kulit;
4 Subsistem jasa penunjang supporting institution, yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis sapi potong seperti perbankan, asuransi,
koperasi, trasportasi, penyuluhan, poskeswan, kebijakan pemerintah, lembaga pendidikan dan penelitian.
Menurut Irawan dan Pranadji 2002, agribisnis merupakan sistem terpadu yang meliputi empat bagian subsistem yaitu:1 Subsistem pengadaan
dan distribusi saranaprasarana produksi yang akan dipergunakan sebagai input produksi pada subsistem budidaya, 2. Subsistem produksi atau usaha tani, yang
akan menghasilkan produk pertanian primer, misalnya daging, beras, dan jagung dan lain-lain, 3. Subsistem pengolahan hasil dan pemasaran, dan 4. Subsistem
pelayanan pendukung, berupa fasilitas jalan, kredit, kebijakan pemerintah, dan lain-lain. Dengan demikian dapat diartikan secara substansial pengertian sistem
agribisnis dari kedua teori tersebut tidak ada perbedaan. Sebagai suatu sistem, keempat subsistem agribisnis sapi potong beserta usaha-usaha di dalamnya
berkembang secara simultan dan harmonis, sebagaimana disajikan pada Gambar 4.
2.5.1. Subsistem agribisnis hulu
Subsistem agribisnis hulu upstream off-farm agribusiness dari sistem agribisnis sapi potong mencakup kegiatan ekonomi produksi dan perdagangan
yang menghasilkan sarana produksi peternakan, seperti bibit, pakan ternak, industri obat-obatan, dan lain-lain. Kegiatan pada subsistem ini memiliki peranan
penting dalam pengembangan sistem agribisnis terutama bibit. Skala usaha atau jumlah pemilikan induk sapi untuk pembibitan umumnya kecil, berkisar antara 1 -
3 ekor per petani. Kecilnya usaha ini karena merupakan usaha rumah tangga, dengan modal, tenaga kerja, dan manajemen seluruhnya atau sebagian besar
berasal dari keluarga petani yang serba terbatas. Karena kecilnya pemilikan ternak, usaha pembibitan umumnya hanya sebagai usaha sampingan.
Ada dua macam teknik reproduksi ternak yang sudah dikembangkan di Indonesia untuk menghasilkan bibit, yaitu inseminasi buatan IB dan kawin alam.
Di antara kedua teknik reproduksi tersebut, IB semakin popular di kalangan masyarakat petani ternak. Hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan akan
ternak terutama ternak besar. Menurut Hadi dan llham 2002, ada beberapa permasalahan dalam. industri pembibitan ternak di Indonesia, antara lain; 1.
Angka pelayanan kawin per kebuntingan service per conception - SC masih cukup tinggi, mencapai 2.6, 2. Masih terbatasnya fasilitas pelayanan IB yang
Subsistem Agribisnis Hulu
Sistem produksi dan distribusi sarana dan
alat-alat peternakan : BibitIndukSemen
PakanKonsentrat Obat Hewan
Lahan Kandang
Tenaga Kerja
Subsistem Agribisnis Budidaya
Sistem kegiatan produksi peternakan primer, penanganan
dan pemasaran produk-produk primer :
Pengolahan lahan Antisipasi iklimcuaca
Pencegahan penyakit Pemberantasan penyakit
Pembelian Sapronak Kegiatan produksi
Subsistem Agribisnis Hilir
Sistem pengumpulan produk primer
peternakan, pengolahan produk, distribusi dan
pemasaran produk olahan segar, beku,
kaleng dan sebagainya sampai ke konsumen
akhir
Subsistem Lembaga Penunjang Penyedian sarana usaha agrisupport dan pengaturan iklim usaha agriclimate
Prasarana jalan, pasar, kelompok peternak, koperasi, lembaga keuangan, dan lain-lain Sarana transportasi, informasi, kredit, peralatan, dan lain-lain
Kebijakan RUTR, Makro, Mikro, dan lain-lain Penyuluhan
Gambar 4. Lingkup pembangunan agribisnis sapi potong