Kasus Pasien Dual Diagnosis NAPZA-Skizofrenia
penulis dengan singkat dan menundukkan kepalanya. Sebelum dilaksanakan kegiatan art therapy,
klien “T” terlihat murung dan kurang bersemangat. Terlihat dari kedua tangannya membawa papan sebagai alas
tulis, buku dan pulpen. Klien mendapatkan tugas dari konselor sebagai ketua kelas SP.
Klien “T” menjalani pemulihan di RSKO kurang lebih selama enam
bulan. Pada saat pertama klien “T” masuk ke Instalasi Rehabilitasi, klien
“T” menjalani detoksifikasi selama satu bulan. Setelah itu klien dipindahkan oleh petugas RSKO untuk menjalani rehabilitasi. K
lien “T” menjalani rehabilitasi pada fase Special Programme SP. Pengobatan
yang diberikan oleh RSKO kepada klie n “T” yaitu farmakoterapi,
psikoterapi, dan rehabilitasi Therapeutic Communitty TC berbasis Rumah Sakit.
Selama menjalani rehabilitasi di RSKO, klien “T” rutin mengikuti berbagai kegiatan atau terapi yang sudah dijadwalkan, termasuk rutin
mengikuti kegiatan art therapy. Seperti yang diungkapkan oleh Klien “T”:
“Sejak masuk kesini saya rutin ikut kegiatan yang ada disini, termasuk kegiatan art therapy.
”
11
Selama kegiatan art therapy berlangsung, penulis melihat klien “T”
mampu diajak berkomunikasi dan menerima instruksi yang diarahkan oleh Pekerja SosialTerapis. Hal tersebut juga diungkapkan oleh k
lien “T”:
11
Wawancara Pribadi dengan Klien “T”, Jakarta 29 April 2014.
“Kegiatannya mudah diikuti kok.. Saya bisa mengerti apa yang diarahkan sama petugasnya.
”
12
Klien “T” mengungkapkan bahwa ia sangat suka dengan permainan- permainan yang diberikan karena membuat perasaannya menjadi senang.
Menurut pengakuannya, setelah mengikuti kegiatan art therapy klien merasa relaks. Seperti yang dipaparkan oleh k
lien “T”: “Perasaan saya senang. Bisa relaks jadinya betenya hilang.”
13
Klien “T” merasa puas dan mendapatkan banyak manfaat dari kegiatan art therapy. Seperti yang
diungkapkan oleh klien “T”: “Saya mendapat banyak manfaat. Saya mendapatkan pengalaman baru, stress saya hilang, terus jadi membuat
perasaan saya senang. ”
14
Selain itu, kegiatan art therapy menambah motivasi dalam hidupnya dalam menjalani pemulihan. Hal tersebut juga
diungkapkan oleh klien “T”: “Bagi saya sangat berpengaruh bagi pemulihan saya. Semangat saya jadi bangkit lagi.
”
15
Berdasarkan hasil pemeriksaan Dokter pada bulan Mei 2014, klien “T” sudah tenang, relaks, dan sudah mulai bisa tidur. Resep yang
diberikan oleh Dokter juga diminum secara rutin. Obat yang Dokter berikan kepada klien “T” yaitu THP dan clozaril.
16
Dari data di atas dapat saya simpulkan bahwa, terdapat beberapa tujuan art therapy di RSKO yang sudah tercapai pada perubahan diri klien
“T” antara lain: klien “T” merasa terhibur atau senang dengan adanya kegiatan art therapy,
klien “T” menjadi relaks, dan motivasi di dalam diri
12
Wawancara Pribadi dengan Klien “T”, Jakarta 29 April 2014.
13
W awancara Pribadi dengan Klien “T”, Jakarta 29 April 2014.
14
Wawancara Pribadi dengan Klien “T”, Jakarta 29 April 2014.
15
Wawancara Pribadi dengan Klien “T”, Jakarta 29 April 2014.
16
Studi Dokumen, Buku Rekam Medik Pasien RSKO, klien “T”.
klien “T” meningkat. Dengan demikian, program art therapy di RSKO berpengaruh terhadap proses pemulihan dan membawa perubahan bagi
klien “T” ke arah yang positif, walaupun tidak semua tujuan program art therapy di RSKO dapat dicapai.
b. Kasus 2
Identitas Pasien
Nama pasienklien : “IW”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Bapak “SK”
Nama Ibu : Ibu “SH”
Usia : 34 tahun
Alamat : Pondok Kelapa, Duren Sawit. Jakarta Timur.
Pekerjaan pasien : Tidak bekerja Pekerjaan Ayah
: Wiraswasta Pekerjaan Ibu
: Ibu Rumah Tangga Pendidikan
: SLTA Agama
: Islam Klien “IW” menggunakan NAPZA jenis narkotika yaitu shabu dan
putaw opiat. Selain itu, klien “IW” juga menggunakan NAPZA jenis psikotropika yaitu amphetamine. K
lien “IW” mengalami halusinasi dengan melihat bayangan-bayangan dan mendengar suara-suara aneh, sulit tidur,
emosi tinggi, dan curiga berlebihan. Klien “IW” mendapat diagnosa dual diagnosis NAPZA-Skizofrenia.
Kondisi fisik klien “IW” juga mengalami sakit, yaitu klien menderita Hepatitis C.
Status pernikahan klien “IW”
mengalami perceraian dan telah memiliki satu orang anak. Latar belakang ekonomi keluarga klien berasal dari keluarga golongan menengah keatas.
17
Klien “IW” diintervensi oleh keluarganya ke RSKO. Sebelumnya klien “IW” sudah pernah menjalani rehabilitasi di RSKO. Klien “IW”
tidak terima diintervensi oleh keluarganya ke RSKO dan sempat melakukan perlawanan kepada petugas RSKO dan keluarganya. Setelah
klien “IW” kembali menjalani rehabilitasi di RSKO, kini klien “IW” sudah menerima keadaannya. Seperti yang diungkapkan oleh klien “IW”:
“Awalnya sih saya enggak terima dibawa kesini, bawaannya tuh curiga terus sama keluarga juga curiga. Sempet ngamuk juga sih dulu..
Akhirnya selama ngejalanin disini saya bawa enjoy aja. Sekarang sih udah enggak apa-apa.
”
18
Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada saat pertama kali mengikuti kegiatan art therapy bersama pasien dual diagnosis,
klien “IW” terlihat tidak bersemangat. Sebelum memulai kegiatan art therapy tidak
terlihat satupun alat tulis yang klien “IW” bawa. Dari ekspresi raut wajah klien “IW” nampak mengkhawatirkan sesuatu. Ditanggapi dari pernyataan
klien “IW”: “Sebelum kegiatan perasaan saya bad gitu. Terasa hambar kayaknya ada yang kurang. Kepikiran pengen pulang terus ke rumah.
”
19
Klien “IW” menjalani pemulihan di RSKO selama tiga bulan. Pada saat pertama klien “IW” masuk ke Instalasi rehabilitasi, klien “IW”
menjalani detoksifikasi selama satu bulan. Setelah itu klien “IW” dijemput oleh Konselor untuk menjalani rehabilitasi.
Klien “IW” menjalani rehabilitasi pada fase Special Programme SP. Pengobatan yang diberikan
17
Studi Dokumen, B uku Rekam Medik Pasien RSKO, Klien “IW”.
18
Wawancara Pribadi dengan Klien “IW”, Jakarta 30 April 2014.
19
Wawancara Pribadi dengan Klien “IW”, Jakarta 30 April 2014.
oleh RSKO kepada kli en”IW” yaitu farmakoterapi, psikoterapi, dan
rehabilitasi Therapeutic Communitty TC berbasis Rumah Sakit. Selama
menjalani rehabilitasi di RSKO, klien “IW” rutin mengikuti berbagai kegiatan atau terapi yang sudah dijadwalkan, termasuk rutin
mengikuti kegiatan art therapy. Seperti yang diungkapkan oleh klien “IW”: “Seinget saya setiap kegiatan saya ikutin, tapi saya pernah enggak
ikut. Waktu itu saya lagi bersih-bersih jadi enggak bisa ikutan kegiatan itu. Cuma sekali doang kok. Selebihnya saya ikut terus.”
20
Selama kegiatan art therapy berlangsung, penulis melihat klien “IW”
dapat diajak berkomunikasi dengan baik. Ia juga dapat menerima instruksi yang diberikan oleh Pekerja SosialTerapis. Hal tersebut juga diungkapkan
oleh klien “IW”: “Enggak sulit.. petugas lebih memakai bahasa yang
mudah dicerna. Jadi lebih menyesuaikan karena kita enggak ngerti kalo pakai bahasa medis atau bahasa-
bahasa yang berat.”
21
Kegiatan yang paling berkesan bagi klien “IW” adalah permainan dan relaksasi. Alasannya, karena dapat membuat dirinya tertawa lepas dan
membuat dirinya menjadi relaks dan lebih tenang. Seperti yang diungkapkan oleh kl
ien “IW”: “Dulunya saya anggep program art therapy seperti kegiatan
untuk anak TK, soalnya banyak permainan gitu tapi lama-lama saya jadi suka. Kalo yang berkesan buat saya, permainan tangkap tupai.
Soalnya sangat membuat saya menjadi tertawa lepas. Relaksasi juga saya suka. Bisa ngebawa diri saya jadi enjoy
.” “Art therapy bikin feeling jadi good. Saya jadi merasa lebih
bijak dan merasa diri saya menjadi lebih baik. Senang aja gitu.”
22
20
Wawancara Pribadi dengan Klien “IW”, Jakarta 30 April 2014.
21
Wawancara Pribadi dengan Kl ien “IW”, Jakarta 30 April 2014.
22
Wawancara Pribadi dengan Klien “IW”, Jakarta 30 April 2014.
Klien “IW” merasa puas dengan adanya kegiatan art therapy di RSKO. Selain itu, banyak manfaat yang bisa ia dapatkan dari kegiatan
tersebut. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh klien “IW”:
“Manfaatnya banyak yaa buat saya. Beberapa diantaranya feeling saya jadi senang, membantu saya jadi lebih bijak, membuat
diri saya menjadi lebih baik, dapat merelaks sejenak pikiran, dan jadi semangat lagi.”
23
Kegiatan art therapy juga menambah motivasi dalam hidupnya dalam menjalani pemulihan. Ditanggapi dari pernyataan klien
“IW”: “Iya.. sangat berpengaruh. Apalagi kalo mood kita lagi bad, pas denger kata-
kata motivasi jadi berasa bangkit lagi gitu.. Berubah jadi good lagi feelingnya.
”
24
Berdasarkan hasil pemeriksaan Dokter pada bulan Mei 2014, klien “IW” sudah tidak ada halusinasi, sudah dapat tidur di malam hari, emosi
menurun, mulai kooperatif dalam berkomunikasi, dan sudah dapat menerima kondisinya.
Klien “IW” rutin meminum obat yang diberikan oleh Dokter. Obat yang Dokter berikan kepada klien yaitu luften, abilify,
dan THP.
25
Dari data di atas dapat saya simpulkan bahwa, terdapat beberapa tujuan art therapy di RSKO yang sudah tercapai pada perubahan diri klien
“IW” antara lain: klien “IW” nyaman dengan adanya kegiatan art therapy dan merasa senang dapat tertawa lepas, klien “IW” menjadi relaks,
menjadi lebih bijak, sudah tidak mengalami halusinasi, motivasi diri klien “IW” dalam menjalani pemulihan meningkat, dan klien “IW” dinyatakan
23
Wawancara Pribadi dengan Klien “IW”, Jakarta 30 April 2014.
24
Wawancara Pribadi dengan Klien “IW”, Jakarta 30 April 2014.
25
Studi Dokumen, Buku Rekam Medik Pas ien RSKO, Klien “IW”.
naik fase ke Re-entry oleh Konselor pada bulan Mei. Di bulan Juli, klien “IW” mengikuti On Job Training OJT yaitu training khusus untuk
menjadi konselor di RSKO. Dengan demikian, program art therapy di RSKO berpengaruh
terhadap proses pemulihan dan membawa perubahan bagi klien “IW” ke arah yang positif, walaupun tidak semua tujuan program art therapy di
RSKO dapat dicapai dan bukan semata-mata karena program art therapy tetapi gabungan dari pengobatan yang RSKO berikan kepada para pasien.
c. Kasus 3
Identitas Pasien
Nama pasienklien : “AHG”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Bapak “ESS”
Nama Ibu : Ibu “ES”
Usia : 38 tahun
Alamat : Kelapa Gading, Jakarta Timur.
Pekerjaan pasien : Tidak bekerja Pekerjaan Ayah
: Pensiunan DKI Pekerjaan Ibu
: Ibu Rumah Tangga Pendidikan
: SLTA Agama
: Islam Klien “AHG” menggunakan NAPZA jenis narkotika yaitu shabu,
ganja, dan rohipnol. K lien “AHG” mengalami halusinasi, perubahan
sensorik, dan gelisah. Klien “AHG” mendapat diagnosa dual diagnosis NAPZA-
Skirzofrenia. Kondisi fisik klien “AHG” juga mengalami sakit,
yaitu klien menderita Hepatitis C. Klien “AHG” memiliki satu orang anak,
namun status pernikahannya sudah bercerai. Klien “AHG” berasal dari kalangan ekonomi yang berkecukupan.
26
Klien “AHG” diintervensi oleh keluarganya untuk menjalani rehabilitasi di RSKO. Sebelumnya klien sudah pernah menjalani
rehabilitasi di RSKO pada tahun 2008 dan 2011. Pada tahun 2014 ini, klien “AHG” kembali menjalani rehabilitasi di RSKO. Klien “AHG”
merasa kesal atas tindakan keluarganya yang memaksa ia untuk di rehabilitasi. namun, kini klien “AHG” sudah menyadari bahwa kondisinya
harus menjalani pemulihan. Seperti yang diungkapkan oleh klien “AGH”: “Waktu saya awal masuk kesini, perasaan saya tuh kesel karena
waktu itu lagi intens pake shabu, ganja, sama rohipnol selama seminggu. Lama kelamaan disini yaa sedikit-sedikit mulai sadar dan
sekarang malah kebalikannya perasaan nerima aja.”
27
Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada saat pertama kali mengikuti kegiatan art therapy bersama pasien dual diagnosis, klien
“AHG” terlihat tidak bersemangat, lesu, dan tidak fokus. Sebelum memulai kegiatan art therapy,
klien “AHG” tidak membawa alat tulis. Dari sikap klien “AHG” menjelaskan keadaan dirinya sedang gelisah.
Seperti yang diungkapkan oleh klien “AHG”: “Berasa jenuh, bete, perasaa
nnya pengen pulang aja.”
28
Klien “AHG” menjalani pemulihan di RSKO tahun 2014 ini kurang lebih selama tiga bulan. Klien “AHG” menjalani detoksifikasi
selama satu bulan. Setelah itu klien “AHG” melanjutkan pemulihan
26
Studi Dokumen, Buku Rekam Medik Pasien RSKO, Klien “AHG”.
27
Wawancara Pribadi dengan klien “AHG”, Jakarta 12 Mei 2014.
28
Wawancara Pribadi dengan klien “AHG”, Jakarta 12 Mei 2014.
dengan menjalani rehabilitasi pada fase Special Programme SP. Pengobatan yang diberikan oleh RSKO kepada klien”AHG” yaitu
farmakoterapi, psikoterapi, dan rehabilitasi Therapeutic Communitty TC berbasis Rumah Sakit.
Selama menjalani pemulihan di RSKO, klien “AHG” rutin mengikuti berbagai kegiatan di rehabilitasi yang sudah tersusun di dalam
jadwal. Klien “AHG” juga rutin mengikuti kegiatan art therapy. Seperti yang diungkapkan oleh
klien “AHG”: “...saya sih selalu ikutin kegiatan apapun yang dikasih disini. Art therapy juga saya ikutin rutin sih..”
29
Selama kegiatan art therapy berlangsung, penulis melihat klien “AHG” dapat diajak berkomunikasi dengan baik. Ia juga dapat menerima
instruksi yang diberikan oleh Pekerja SosialTerapis. Hal tersebut juga diungkapkan oleh klien “AHG”: “Sejauh ini bisa dipahami. Nyampeinnya
juga jelas. ”
30
Kegiatan yang paling berkesan bagi diri klien “AHG” adalah permainan yang dilakukan secara berkelompok. Menurut klien “AHG”
dengan bermain berkelompok, dapat melatih otak untuk fokus dan kompak.
Seperti yang diungkapkan oleh klien “AHG”: “Art therapy berkesan bagi saya, berasa enjoy aja santai gitu..
Kalo kegiatan yang paling berkesan saya suka games atau permainan yang berkelompok. Soalnya kalo games kan mengasah otak kita utuk
fokus dan kompak. ”
31
Klien “AHG” merasa puas dengan adanya kegiatan art therapy di RSKO. Selain itu, banyak manfaat yang ia peroleh dari kegiatan tersebut.
Seperti yang diungkapkan oleh klien “AHG”: “Manfaatnya hampir sama yang tadi saya bilang bisa menghilangkan kejenuhan kita, membuat
29
Wawancara Pribadi dengan klien “AHG”, Jakarta 12 Mei 2014.
30
Wawancara Pribadi dengan klien “AHG”, Jakarta 12 Mei 2014.
31
Wawancara Pribadi dengan klien “AHG”, Jakarta 12 Mei 2014.
perasaan kita jadi senang, bisa juga jadi terapi otak kiri dan otak kanan kita, terus seru aja.”
32
Kegiatan art therapy juga menambah motivasi dalam hidupnya dalam menjalani pemulihan. Ditanggapi dari pernyataan
klien “AHG”: “Buat saya motivasi ngaruh yaa.. Jadi kuat ngejalaninnya
yang tadinya udah mulai bosen, jenuh.”
33
Berdasarkan hasil pemeriksaan Dokter pada bulan Mei 2014, klien “AHG” sudah tidak ada halusinasi, mulai tenang, dan komunikasinya baik.
Klien “AHG” rutin meminum obat yang diberikan oleh Dokter. Obat yang Dokter berikan kepada klien yaitu luften, cipralex, dan THP.
34
Dari data di atas dapat saya simpulkan bahwa, terdapat beberapa tujuan art therapy di RSKO yang sudah tercapai pada perubahan diri klien
“AHG” antara lain: klien “AHG” merasa terhibur atau senang dengan adanya kegiatan art therapy
, klien “AHG” menjadi relaks, fungsi kognitif meningkat, dan
motivasi di dalam diri klien “AHG” meningkat. Dengan demikian, program art therapy di RSKO berpengaruh terhadap proses
pemulihan dan membawa perubahan bagi klien “AHG” ke arah yang
positif, walaupun tidak semua tujuan program art therapy di RSKO dapat dicapai.
Berdasarkan ketiga kasus di atas, tidak terdapat perbedaan dalam proses penanganan atau pemulihan pasien. Selain itu, pasien memiliki
diagnosa yang sama yaitu ketergantungan NAPZA dan gangguan kejiwaan Skizofrenia sehingga tidak terlihat perbandingan ataupun perbedaan yang
signifikan antara pasien satu dengan yang lainnya.
32
Wawancara Pribadi dengan klien “AHG”, Jakarta 12 Mei 2014.
33
Wawancara Pribadi dengan klien “AHG”, Jakarta 12 Mei 2014.
34
Studi Dokumen, Buku Rekam Medik Pasien RSKO, klien “AHG”.