dengan bahan lain, maka secara langsung pihak RSKO akan menambah dosis metadon pada pasien.
3
2. Instalasi Rawat Inap
Langkah awal yang dilakukan dalam penanganan pasien rawat inap adalah, pasien akan menjalankan proses detoksifikasi atau penghilangan
racun-racun yang terdapat didalam tubuh pasien. Setelah melakukan detoksifikasi, jika pasien merupakan rujukan dari keluarga maka pasien
bisa memilih apakah akan melanjutkan ke program selanjutnya, yaitu program rehabilitasi atau langsung kembali ke lingkungannya masing-
masing, namun biasanya pihak Rumah Sakit akan memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke program rehabilitasi. Jika pasien
merupakan putusan pengadilan maka ia wajib melanjutkan program rehabilitasi untuk menjalani perawatan sesuai dengan keputusan
pengadilan. Pasien yang diutuskan melanjutkan ke program rehabilitasi maka mereka akan menjalankan beberapa program dan fase. Namun
sebelum itu, pasien juga akan menjalani evaluasi psikososial untuk menyesuaikan program yang akan didapatkan oleh pasien sesuai dengan
hasil diagnosa atau evaluasi psikososial kesehatan tersebut. Program rehabilitasi ini menggunakan terapi komunitas
Therapeutic Community berbasis Rumah Sakit dan 12 step Narcotic Anonymous dalam proses penyembuhannya. Selama menjalani proses
pemulihannya, seorang klien akan menjalani empat tahapanfase residensial sebagai satu kesatuan treatment yang terpadu, dengan
3
Wawancara Pribadi dengan Agus Darmawan, Jakarta 21 April 2014.
menunjukkan tingkat kemajuan yang bergantung kepada “performance based
”. Adapun fasetahapan program dalam halmahera house diantaranya:
a. Reguler Programme, terbagi menjadi empat yakni fase induction, yang
merupakan tahap adaptasi guna menyesuaikan diri klien terhadap program pemulihannya yang akan dijalani. Kemudian fase awal
primary, yang bertujuan untuk mengarahkan klien menerima dan menyadari bahwa dirinya adalah seorang pecandu yang membutuhkan
pertolongan. Selanjutnya fase menengah pre re-entry, yang merupakan proses stabilitasi sikap dan perilaku hidup sehat. Setelah itu,
fase lanjut re-entry yang meliputi pengembangan sikap dan perilaku tanggung jawab dan proses pengenalan serta pemantapan sikap dan
perilaku hidup sehat di dalam keluarga dan lingkungan sosial. b.
Special Programme, merupakan program yang diperuntukan bagi klien yang mempunyai masalah kecanduan terhadap narkoba dan dengan
diagnosa gangguan fisik dan atau gangguan mental. c.
Aftercare Programme, merupakan satu tingkat dibandingkan re-entry. Dimana seorang pecandu kembali membangun hidup dengan keluarga
di lingkungan masyarakat.
4
4. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi bisa dilakukan dengan bimbingan lanjut ketika pasien sudah berada diluar lingkungan RSKO, yaitu dengan
melakukan home visit. Jadi untuk home visit instansi memiliki biaya
4
Studi Dokumen, Brosur Profil RSKO.
khusus untuk bimbingan lanjut, yaitu dengan program home visit yang diajukan setahun sekali. Jadi home visit tidak hanya memperdalam data-
data tetapi bisa dilakukan saat pasien berada di dalam, misalnya untuk dapat memberi pelayanan kepada pasien kita harus mengetahui
permasalahannya secara mendalam bisa dilakukan home visit. Namun untuk home visit seperti itu bukanlah untuk monitoring dan evaluasi.
Perbedaan antara monitoring dan evaluasi yakni, monitoring dilakukan sambil berjalan ketika pasien masih berada di dalam atau di luar
tapi pelayanan belum selesai. Sedangkan evaluasi dilakukan ketika pelayanan sudah selesai. Fasilitas monitoring dan evaluasi bisa melalui
home visit.
5
Dalam hal monitoring dan evaluasi proses penyembuhan pasienresiden terdapat beberapa alasan kenaikan fase diantaranya:
1. Kondisi atau progress yang sudah layak naik fase. Kriteria layak yaitu
residen memahami program dan mengetahui apa kebutuhan untuk pemulihan dirinya sesuai fase yang ia jalani.
2. Bahwa kenaikan fase dibutuhkan klien untuk melanjutkan hidupnya
secara produktif. Beberapa syarat untuk naik fase yaitu keluarga diundang dalam
kegiatan Family Dialog sebelum residen diperkenankan naik fase untuk membicarakan kelanjutan perencanaan program supaya keluarga bisa
menunjang program pemulihannya. Pada saat Family Dialog keluarga harus menyetujui dan mendukung program yang akan dijalankan residen.
5
Wawancara Pribadi dengan Agus Darmawan, Jakarta 21 April 2014.
Konselor bertidak sebagai fasilitator dimana konselor akan menyamakan visi misi antara keluarga dengan klienresiden.
6
E. Jangkauan Layanan 1. Deskripsi Target Layanan
Layanan yang di mulai ialah pasien mulai ia masuk dilakukan detoksifikasi penghilangan racun. Mengikuti rehabilitasi dengan program TC
Terapeutik Community berbasis Rumah Sakit setelah itu After Care. Selain itu melakukan kegiatan untuk rawat jalan, baik yang mengikuti program
rumutan methadonesubtitusi maupun dengan proses simptomatis diobati sesuai dengan kebutuhan.
2. Penjangkauan dan Perekrutan
Proses perekrutan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat yang terjadi sampai saat ini ialah pasien datang ke RSKO baik dia datang sendiri, di antar
kelurga dan ada juga dari putusan pengadilan dan terakhir biasanya rujukan dari LP Lembaga Pemasyarakatan. Dalam penjangkauannya, Pihak RSKO
menerima pasin secara umum Nasional bahkan WNA asalkan mereka merupakan pasien yang berhubungan dengan zat maupun penyakit
bawaannya. Sedangkan perekrutannya sendiri, Klien langsung mendatangi RSKO, baik secara individual, diantar oleh pihak keluarga maupun
berdasarkan rujukan pihak kepolisisan termasuk putusan pengadilan.
7
Bagi mereka yang mempunyai masalah dalam hal ekonomi, bisa mengurus persyaratan seperti Kartu Pelayanan JAMKESMAS, GAKIN
6
Wawancara Pribadi dengan Konselor RSKO, Jakarta 15 April 2014.
7
Wawancara Pribadi dengan Agus Darmawan, Jakarta 21 April 2014.
maupun SKTM, dengan penambahan data seperti KK, KTP, Surat rujukan Puskesmas sesuai kebutuhan.
8
3. Kriteria Pemilihan Pasien
RSKO tidak memilih-milih karakteristik pasien, jika pasien memang membutuhkan pertolongan medis maka akan dilayani oleh medis karena
peraturan Rumah Sakit.
9
4. Proses Penerimaan Pasien
TERLAMPIR
F. Sumber Daya Manusia SDM 1. Latar Belakang Pendidikan
Berdasarkan tingkatan pendidikannya, staff atau pegawai yang bekerja di RSKO dapat dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 3 Latar Belakang Pendidikan SDM
S2 = 16 orang STM = 9 orang
SPK = 3 orang Specialis = 14 orang
SMEA = 8 orang SPRG = 2 orang
S1 = 64 orang SMA = 26 orang
SMKK = 1 orang D3 = 98 orang
SLTP = 8 orang SMAK = I orang
SMK = 14 orang SMF = 2 orang
SD = 3 orang
2. Gender dan Keragaman Etnis
Berdasarkan gender, para staff dan pegawai di RSKO lebih dominan perempuan dibandingkan laki-lakinya. Kemudian, di RSKO terdiri dari
8
Studi Dokumen, Brosur Profil RSKO.
9
Wawancara Pribadi dengan Agus Darmawan, Jakarta 21 April 2014.