5. Psikoterapi  psiko-dinamik,  yaitu  menganalisa  dan  menguraikan  proses
dinamika  kejiwaan  yang  dapat  menjelaskan  mengapa  seseorang  terlibat penyalahgunaanketergantungan  NAZA  dan  upaya  untuk  mencari  jalan
keluarnya. 6.
Psikoterapi  perilaku,  yaitu  memulihkan  gangguan  perilaku  maladaptif akibat  penyalahgunaanketergantungan  NAZA  menjadi  perilaku  yang
adaptif,  yaitu  mantan  penyalahgunaketergantungan  NAZA  dapat berfungsi  kembali  secara  wajar  dalam  kehidupannya  sehari-hari  baik  di
rumah. Sekolahkampus, di tempat kerja dan lingkungan sosialnya. 7.
Psikoterapi  keluarga,  yaitu  ditujukan  tidak  hanya  kepada  individu penyalahgunaketergantungan  NAZA  tetapi  juga  kepada  keluarganya.
Dengan  terapi  ini  diharapkan  hubugan  kekurangan  dapat  pulih  kembali dalam suasana harmonis dan religius sehingga resiko kekambuhan dapat
dicegah. Secara  umum  tujuan  dari  psikoterapi  tersebut  di  atas  adalah  untuk
memperkuat  struktur  kepribadian  mantan  penyalahgunaketergantungan NAZA,  misalnya  meningkatkan  citra  diri  self  esteem,  mematangkan
kepribadian  maturing  personality ,  memperkuat  “ego”  ego  strength,
mencapai  kehidupan  yang  berarti  dan  bermanfaat  meaningfulness  of  life, memulihkan  kepercayan  self  confidence,  mengembangkan  mekanisme
pertahanan  diri  defense  mechanism  dan  lain  sebagainya.  Keberhasilan psikoterapi  dapat  dilihat  apabila  mantan  penyalahgunaketergantungan
NAZA  tadi  mampu  mengatasi  masalah  kehidupan  tanpa  harus  melarikan
diri ke NAZA. Selama proses psikoterapi berlangsung, terapi psikofarmaka dan psikoreligius dapat diintegrasikan secara bersamaan.
c. Terapi Medik-Somatik
Terapi  medik-somatik  adalah  penggunaan  obat-obatan  yang berkhasiat
terhadap kelainan-kelainan
fisik baik
sebagai akibat
dilepaskannya  NAZA  dari  tubuh  detoksifikasi,  yaitu  gejala  putus  NAZA withdrawal  symptoms  maupun  kompilkasi  medik  berupa  kelainan  organ
tubuh akibat penyalahgunaanketergantungan NAZA. d.
Terapi Psiko-Sosial Terapi  psiko-sosial  adalah  upaya  untuk  memulihkan  kembali
kemampuan  adaptasi  penyalahgunaketergantungan  NAZA  ke  dalam kehidupannya
sehari-hari. Sebagaimana
diketahui akibat
penyalahgunaanketergantungan  NAZA  adalah  gangguan  mental  dan perilaku  yang  bercorak  anti-sosial.  Dengan  terapi  psiko-sosial  ini
diharapkan  perilaku  anti-sosial  tersebut  dapat  berubah  menjadi  perilaku secara sosial dapat diterima adaptive behavior.
e. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan
psikoreligius terhadap
pasien penyalahgunaketergantungan  NAZA  ternyata  memegang  peranan  penting,
baiki dari segi pencegahan prevensi, terapi, maupun rehabilitasi. Clinebell 1981 menyampaikan hasil penelitiannya pada 1st  Pan Pasific Conference
on  Drugs  and  Alcohol  di  Canberra,  Australia.  In  the  Prevention  and Treatment of Addiction The Growth and Councelling Perspectives.
Dari  hasil  penelitian  itu  ditemukan  bahwa  setiap  diri  manusia meskipun  ia  atheis  sekalipun  terdapat  kebutuhan  dasar  spiritual  basic
spiritual needs. Kebutuhan dasar spiritual ini adalah kebutuhan kerohanian, keagamaan  dan  ke-Tuhan-an  yang  karena  paham  materialisme  dan
sekulerisme  menyebabkan  kebutuhan  dasar  tadi  terabaikan  dan  terlupakan tanpa disadari.
Berdasarkan  jenis-jenis  terapi  yang  sudah  penulis  paparkan  di  atas, psikoterapi  terbagi  lagi  menjadi  beberapa  bagian.  Dalam  penelitian  ini,  art
therapy bagi pasien dual diagnosis masuk ke dalam kategori psikoterapi atau terapi kejiwaan.
Psikoterapi  adalah  salah  satu  cara  pengobatan  atau  penyembuhan terhadap  suatu  gangguan  atau  penyakit  yang  dilakukan  oleh  seseorang  yang
terlatih  dalam  hubungan  profesional  secara  sukarela,  dengan  tujuan  untuk menghilangkan,  mengubah,  atau  menghambat  gejala-gejala  yang  ada,
mengoreksi perilaku
yang terganggu,
dan menumbuhkembangkan
kepribadian  yang  positif.  Psikoterapi  umunya  dilakukan  melalui  wawancara terapi atau melalui metode-metode tertentu, misalnya: relaksasi, bermain, dan
sebagainya.  Dapat  dilakukan  secara  individual  atau  kelompok.  Tujuan utamanya  adalah  untuk  menguatkan  daya  tahan  mental  penderita,
mengembangkan  mekanisme  pertahanan  diri  yang  baru  dan  lebih  baik,  serta untuk mengembalikan keseimbangan adaptifnya.
26
26
Benjamin.  J  dan  Virginia  A.  Sadock,  Buku  Ajar  Psikiatri  Klinis  Edisi.  2  Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC, 2010, h. 142.
3. Pengertian Terapi Seni Art Therapy
Art  therapy  terapi  seni  memiliki  latar  belakang  sebagai  sebuah profesi kesehatan mental di tahun 1930. Dalam hal ini melibatkan penerapan
berbagai modalitas seni termasuk lukisan, gambar, tanah liat dan patung.  Art therapy memungkinkan ekspresi pikiran atau perasaan ketika verbalisasi sulit
dilakukantidak mungkin dilakukan. Aspek estetika penciptaan seni dianggap mengangkat  suasana  hati  seseorang,  meningkatkan  kesadaran  diri  dan
meningkatkan harga diri. Terapi seni juga memungkinkan kesempatan untuk latihan  mata  dan  tangan,  meningkatkan  koordinasi  tangan  dan  mata,  dan
merangsang saraf dari jalur otak ke tangan.
27
Istilah  art  therapy  terapi  seni  sudah  ada  sejak  tahun  1942  oleh Adrian Hill, seorang seniman dan guru  Bahasa  Inggris  yang mewakili  karya
terapeutiknya dengan pasien-pasien temannya di Sanatorium Tuberkulose. Di Amerika  Serikat,  Margaret  Nuambrung  adalah  seorang  pionir  utama  yang
bekerja di  awal  tahun 1940 pada  Institute Psikiatri negara bagian New York di  bawah  sponsor  psikoanalisis  Nolan  D.C.  Lewis  dan  Bender  dalam
karyanya  dengan  anak-anak  autis  juga  termasuk  yang  mula-mula  memakai seni untuk terapi.
28
Pengertian terapi seni ternyata tidak dapat hanya disimpulkan dalam pengertian  tunggal  saja  melainkan  yang  bersumber  dari  beberapa  ahli.  Di
bawah ini beberapa pengertian terapi seni dari para ahli, antara lain:
27
Lee  Morgan,  “Art  Therapy,”  artikel  diakses  pada  10  Mei  2014  dari http:www.healthline.com20140510html
28
Fakultas  Psikologi  Universitas  Surabaya,    Art  Therapy,  no.  39  vol.  10  April-Juni Surabaya: Anima 1995 h. 11.
a. Elinor  Ulman  menyatakan:  terapi  dengan  seni  art  therapy  meliputi
serangkaian  pemanfaatan  terapeutik  dari  bahan-bahan  seni  visual.  Pada satu  ujung  spectrum  ditekankan  seni  sebagai  cara  berkomunikasi  non-
verbal,  dalam  kaitannya  dengan  asosiasi  verbal  dan  interpretasi  produk- produk  seni  yang  berfungsi  untuk  membantu  pengertian  dan  resolusi
masalah-masalah  emosional.  Disisi  lain  pada  satu  ujung  spectrum  yang lain ditekankan terapi yang diperoleh dari proses artistik itu sendiri.
29
b. Menurut Waller dan Gilory: terapi dengan seni art therapy digunakan
sebagai media seni  yang berbeda dimana ada seorang pasien yang dapat bekerjasama  secara  bersungguh-sungguh  yang  kemudian  membawanya
dalam  bentuk  terapi.  Terapi  dan  klien  ini  merupakan  pasangan  yang mencoba  untuk  saling  memahami  proses  dan  hasil  karya  seni  dalam
sebuah  pertemuan.  Dalam  hubungan  ini  terdapat  karya  seni  yang memberikan  sebuah  nilai  “dimensi”  ketiga  atau  “tiga  cara
berkomunikasi”.
30
c. Menurut Tessa Dalley: in simple term, art therapy is the use of art and
other  viual  media  in  a  therapeutic  or  treatment  setting.
31
Secara sederhana,  terapi  seni  adalah  penggunaan  seni  dan  media  visual  lainnya
dalam sebuah terapeutik atau pengaturan perlakuan. d.
Menurut Judith Aron Rubin:  The essence of  art therapy is  that is  must partake of both parts of its name-it must I volve art and therapy. The goal
of the art activity, therefore, must be primarily therapeutic. This might, of
29
Ibid., vol. 10, h. 110.
30
Ibid., vol. 10, h. 110.
31
Caroline  Case  and  Tessa  Dalley,  The  Handbook  of  Art  Therapy  London  and  New York: Rouledge, 1992, h. 3.
course,  include  diagnosis  as  well  as  treatment;  for  in  order  to  be  an effective therapist, you must understand who and what you are treating.
You  must  know  about  the  nature  of  the  treatment  relationship,  and  the mechanisms  that  underlie  helping  others  to  change.
32
Esensi  terapi menurut suku kata terbagi atas seni dan terapi. Tujuan dari kegiatan seni
ini  pada  dasarnya  haruslah  bersifat  terapeutik.  Mungkin  juga  dan tentunya,  termasuk  diagnosis  yang  sesuaisebaik  dengan  perawatannya;
untuk dapat menjadi seorang terapis, anda harus mengerti siapa dan apa yang  harus  mendapatkan  perawatan.  Anda  harus  mengerti  tentang
kelainanpembawaaan  dari  sebuah  hubungan  perawatan  dan  mekanisme yang menjadi dasar dalam membantu orang lain menuju suatu perubahan.
e. Menurut American Art Therapy Association AATA: Art therapy is the
use  of  art  creation  as  a  form  of  psychotherapy  for  people  experiencing trauma  or  illness,  seeking  personal  development,  or  struggling  to  deal
with  the  day-to-day  act  of  living.  Through  the  act  of  creating  art  and thinking about the process and medium, people are able to develop skills
that increase cognitive ability, increase awareness of self and others, and help them cope with the distressing symptoms or limitations imposed by
disability  or  disease.
33
Terapi  seni  adalah  penggunaan  penciptaan  seni sebagai  bentuk  psikoterapi  untuk  orang  yang  mengalami  trauma  atau
penyakit, mencari perkembangan pribadi, atau berjuang untuk menangani kehidupan  sehari-hari.  Melalui  tindakan  menciptakan  seni  dan  berpikir
32
Judith Aron Rubin, Child Art Therapy New York: Van Nostrand Reinhold Company Inc, 1984,  second edition, h. 292.
33
American  Art  Therapy  Association  AATA,  “The  History  of  Art  Therapy,”  artikel diakses pada 10 Mei 2014 dari
http:www.Arttherapyjournal.org20140510index.html
tentang proses dan media, orang mampu mengembangkan keahlian yang meningkatkan  kemampuan  kognitif,  meningkatkan  kesadaran  diri  dan
orang  lain,  dan  membantu  mereka  mengatasi  gejala  menyedihkan  atau keterbatasan yang ditetapkan oleh cacat atau penyakit.
Studi mengenai art therapy sebagai suatu wawasan baru dalam dunia psikologi, psikoterapi, pekerjaan sosial, dan pendidikan seni saat ini telah
banyak digunakan di pusat-pusat penelitian, rehabilitasi, rumah sakit, dan Departemen  Kesehatan.  Penerapannya  dibeberapa  tempat  tersebut
membuktikan  kesanggupannya  untuk  berperan  sebagai  alat  bantu  dan sebagai metode utama dalam program treatment.
Seni  tidak  harus  selalu  dikaitkan  dengan  seniman  seperti  penari, pelukis,  atau  penyanyi.  Seni  bersifat  universal  dan  bisa  digunakan  oleh
siapa  saja.  Tidak  hanya  untuk  memuaskan  mata  dan  menyenangkan telinga, seni juga bisa menjadi obat. Terapi seni atau yang dikenal dengan
art  therapy,  bisa  membantu  mengatasi  trauma  serta  masalah  tekanan mental  lainnya.  Seni  merupakan  hal  yang  menyenangkan  dan
menenangkan.  Penderita  trauma  mental  atau  gangguan  emosi,  dapat menjadikan terapi seni ini sebagai metode pilihan. Terapi ini didasarkan
pada keyakinan bahwa proses kreatif seperti menggambar, melukis, atau membuat  kerajinan  lainnya  bersifat  menyembuhkan    dan  menguatkan
kehidupan.