SARAN KESIMPULAN DAN SARAN
                                                                                Uditomo,  Purwa  dkk.  Zakat    Empowering,  Evaluasi  dan  Kaji  Dampak Program Layanan Kesehatan Cuma-Cuma. Jurnal Pemikiran dan
Gagasan, vol. 2, Juni 2009. Usman,  Husaini  dan  Akbar,  Purnomo  Setiady.  Metodologi  Penelitian
Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Warjowarsito, S. dan W, Tito. Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia,
Indonesia-Inggris. Bandung: T.p.n.,1980. Weller, Barbara F. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta: EGC, 2005.
Wiramihardja,  Sutardjo  A.  Pengantar  Psikologi  Klinis.  Bandung:  PT. Refika Aditama 2007.
BULETIN
Elly  Hotnida  Gultom. “Buletin  Ilmiah  Populer  RSKO  Tantangan
Penanganan  Masalah  Adiksi  NAPZA  Peran  Perawat  dalam Program  Terapi  dan  Pemberdayaan  Pasien  dengan  Dual
Diagnosis”.  Jakarta:  Instalasi  Penelitian  dan  Pengembangan RSKO.
Fauzy  Masjhur,  “Buletin  Ilmiah  Populer  RSKO  Jakarta:  Peran  Rumah Sakit Ketergantungan Obat Dalam Penanganan  Masalah NAPZA
di  Indonesia”.  Jakarta:  Instalasi  Penelitian  dan  Pengembangan RSKO, 2008.
JURNAL
Fakultas  Psikologi  Universitas  Surabaya.    Art  Therapy.  No.  39  vol.  10 April-Juni. Surabaya: Anima 1995.
KAMUS
Departemen  Pendidikan  Nasional.    Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2001.
Departemen  Pendidikan  dan  Kebudayaan.  Kamus  Besar  Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Tim  Penyusun  Kamus  Pusat  Pembinaan  dan  Pengembangan  Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
UNDANG-UNDANG
Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor  35  Tahun  2009  Tentang
Narkotika pasal 1
Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor  35  Tahun  2009  Tentang Narkotika pasal 6
INTERNET
Adam. “Arti  DefinisiPengertian  Zat  Adiktif.”  Artikel  diakses  pada  23
Februari    2014  dari http:www.organisasi.org20140223arti-
def.html Al. Qur’an Online. “Surah Al-Maidah Ayat 90 dan 91”. Artikel diakses
pada 3 Januari 2014 dari http:m.alquranonline.web.idalquran.php
American  Art  Therapy  Association  AATA. “The  History  of  Art
Therapy. ”  Artikel  diakses  pada  10  Mei  2014  dari
http:www.Arttherapyjournal.org20140510index.html Collingwood,  Jane.
“Art Therapy: Beneficial Schizophrenia Treatment?.” Artikel
diakses pada
10 Mei
2014 dari
http:psychcentral.comlibart-therapy-beneficial-schizophrenia- treatment00015622
Dedi. “Dampak  Langsung  dan  Tidak  Langsung  Penyalahgunaan
Narkoba.”  Artikel  diakses  pada  3  Januari  2014  dari http:dedihumas.bnn.go.idreadsectionartikeldampak-langsung-
dan-tidak-langsung-penyalahgunaan-narkoba Fajrin,  Yan.  “Skizofrenia  Diagnosis.”  Artikel  diakses  pada  23  Februari
2014  dari http:www.news-medical.nethealthSchizophrenia-
Diagnosis-28Indonesian29.aspx Fitranta, Johny Bayu.
“Klasifikasi Gangguan Jiwa.” Artikel diakses pada 3 januari 2014 dari
http:www.medicinesia.comkedokteran- klinisneurosains-kedokteran-klinisklasifikasi-gangguan-jiwa
Kardenti, Denti. “Metode-Metode Pekerjaan Sosial,” Artikel diakses pada 27 Agustus 2014 dari
http:scribd.comMetode- metodePekerjaanSosial20140827-html
Kelompok  Perawat.  “Asuhan  Keperawatan  Klien  dengan  Sindrom  Putus Zat  NAPZA.”  Artikel  diakses  pada  3  Januari  2014  dari
http:madiun-gleekapay.blogspot.com20140103index.html Lestari,  Iis  “Narkoba  dan  NAPZA  serta  Psikotropika.”  Artikel  diakses
pada 3 Januari 2014 dari http:www.kamuslife.comindex.html
Morgan,  Lee. “Art  Therapy.”  Artikel  diakses  pada  10  Mei  2014  dari
http:www.healthline.com20140510html Nawazir.
“Pengertian  Terapi.”  Artikel  diakses  pada  8  Mei  2014  dari http:www.id.shvoong.compengertian-terapi20140508html
. Noegraha, Agoes.
“Mengenal Penggolongan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya.
” Artikel diakses pada 23 Februari 2014 dari http:web.unair.ac.idartikel_Napza-
MengenalPenggolonganNarkotikaPsikotropikadanZatAdiktifLa innya.html
Priya. “Definisi  NAPZA.”  Artikel  diakses  pada  23  Februari  2014  dari
https:www.k4health.orgsitesdefaultfilesNAPZALENGKAP Purwanto. S, Admin Setiyo.
“Mengenali dan Mengembangkan Kreativitas Peserta  Didik.
”  Artikel  diakses  pada  23  Februari  2014  dari www.elearn.bpplsp-reg5.go.id20140223.html
Raharjo,  Santoso  Tri.  “Pendekatan  Sistem  dalam  Praktik  Pekerjaan Sosial,”  artikel  diakses  pada  27  Agustus  2014  dari
http:kesos.unpad.ac.id20140827p=578.html Rakyat  Media.  “Kepala  BNN:Tahun    2014-2015  Pengguna  Narkoba
Meningkat.”  Artikel  diakses  pada  3  Januari  2014  dari http:rakyatmedia.com20140103.html
Sandra,  Arsepta  Kurnia.  “Art  Therapy.”  Artikel  diakses  pada  3  Januari 2014 dari
http:www.goodtherapy.orgart-therapy.html Servasius.
“Dual Diagnosis Treatment.” Artikel diakses pada 23 Februari 2014  dari
http:www.dualdiagnosis.orgyou-should-know-about- treatment
Syaifudin,  Achmad. “Mengenal  Dampak  Narkoba.”  Artikel  diakses  pada
23 Februari
2014 dari
http:www.Makassarkota.go.id20140223index.html .
Tuasikal, Muhammad Abduh. “Narkoba Dalam Pandangan Islam.” Artikel
diakses  pada  3  Januari  2014  dari http:muslim.or.idfiqh-dan-
muamalahnarkoba-dalam-pandangan-islam.html Universitas  Sumatera  Utara  USU.
“Asuhan  Keperawatan  Klien  dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa,” artikel diakses pada 3
Januari 2014
dari http:usupress.usu.ac.idAsuhanKeperawatanKliendenganMasala
hPsikososialdanGangguanJiwa
SKRIPSI
Melawati,  Lidya. “Evaluasi Program Layanan Kesehatan Rumah Bersalin
Gratiis  RBG  bagi  O rang Miskin  di Jakarta Timur.”  Skripsi S1
Fakultas  Ilmu  Dakwah  dan  Ilmu  Komunikasi,  Universitas  Islam Negeri Jakarta, 2011.
Mulyana,  Fitrah.  “Aplikasi  Art  Therapy  Karoke  Bersama  Terhadap Psikososial  Warga  Binaan  Sosial  di  Panti  Sosial  Karya  Wanita
Pasar Re bo Jakarta Timur.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu  Komunikasi  Universitas  Islam  Negeri  Syarif  Hidayatullah Jakarta, 2013.
Mutmainah,  Siti.  “Pelaksanaan  Terapi  Seni  Dalam  Pengembangan Kreatifitas  Pasien  NAZA  di  Rumah  Sakit  Ketergantungan  Obat
RSKO  Cibubur  Jakarta  Timur. ”  Skripsi  S.1  Fakultas  Ilmu
Dakwah  dan  Ilmu  Komunikasi  Universitas  Islam  Negeri  Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
Suryati. “Evaluasi Program Unit Usaha Bisnis Barang Bekas Berkualitas BARBEKU  di  Yayasan  Imdad  Mustadh’afin  YASMIN
Cirendeu.”  Skripsi  S.1  Fakultas  Ilmu  Dakwah  dan  Ilmu Komunikasi  Universitas  Islam  Negeri  Syarif  Hidayatullah
Jakarta, 2013.
DOKUMENTASI
Studi Dokumen. Buletin RSKO Tahun 2008. Studi Dokumen. Brosur Profil RSKO.
Studi Dokumen. Instalasi Rekam Medik. Total Data Rekap Pasien RSKO Jakarta.
Studi Dokumen, Buku Rekam Medik Pasien RSKO. Klien “AHG”.
Studi Dokumen. Buku Rekam Medik Pasien RSKO,.Klien “IW”. Studi Dokumen. Buku Rekam Medik Pasien RSKO, klien “T”.
Studi  Dokumen  Buku  Standar  Pelayanan  Rumah  Sakit  Ketergantungan
Obat Jakarta. Studi Dokumen. Walking Paper Residen Instalasi Rehabilitasi.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH
Art Therapy :  Terapi  yang  menggunakan  seni  sebagai  alatsarana  untuk
mengekspresikan  diri,  terutama  bagi  orang-orang  yang  sulit mengkomunikasikan diri secara verbal.
Dual Diagnosis : Istilah yang digunakan untuk menggambarkan pasien dengan
kedua penyakit mental berat terutama gangguan psikotik dan bermasalah obat danatau penggunaan alkohol.
Narkoba : Narkotika dan Obat-obatan Terlarang.
NAPZA : Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya.
BNN : Badan Narkotika Nasional.
Skizofrenia :  Suatu  deskripsi  sindrom  dengan  variasi  penyebab  banyak
belum diketahui dan perjalanan penyakit tidak selalu bersifat kronis  yang  luas,  serta  sejumlah  akibat  yang  tergantung  pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Ansietas :  Kondisi  yang  ditandai  dengan  kecemasan  dan  kekhawatiran
berlebihan  atas  peristiwa  kehidupan  sehari-hari  tanpa  alasan yang jelas untuk mencemaskanmengkhawatirkannya.
Depresi :  Gangguan  mental  umum  yang  ditandai  dengan  kesedihan,
kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi,  tidur  terganggu,  nafsu  makan  berubah  dan
energi rendah.
Halusinasi :  Persepsi  yang  kuat  atas  suatu  peristiwa  atau  objek  yang
sebenarnya tidak ada.
Delusi : Kesalahpahaman tentang apa  yang mereka lihat,  dengar, atau
pikir.
Anti Sosial :  Gangguan  di  mana  penderitanya  tidak  peduli  dengan  hak
orang lain.
Gangguan Klinis :
Pola perilaku
abnormal gangguan
mental yang
menyebabkan  kendala  fungsi  dan  perasaan  tertekan  pada individu.
AdiksiKecanduan :  Kebutuhan  yang  kompulsif  untuk  menggunakan  suatu  zat
pembentuk  kebiasaan,  atau  dorongan  tak  tertahankan  untuk terlibat dalam perilaku tertentu.
Intoksikasi :  Dikenal  dengan  keracunan,  yaitu  masuknya  zatsenyawa
kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang terkena.
Detoksifikasi : Penghapusan toksik zat beracun dari dalam tubuh seseorang.
Rehabilitasi :  Upaya  kesehatan  yang  dilakukan  secara  utuh  dan  terpadu
melalui pendekatan non medis, psikologi, sosial, dan religi agar pengguna  narkoba  yang  menderita  sindroma  ketergantungan
dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin.
Rehabilitasi Medis :  Cabang  ilmu  kedokteran  yang  menekankan  pada  pemulihan
agar aktivitas fisik,  psikososial,  kejuruan, dan rekreasinya bisa kembali normal.
Primary :  Fase  awal  yang  bertujuan  untuk  mengarahkan  residen
menerima  dan  menyadari  bahwa  dirinya  adalah  seorang pecandu yang membutuhkan pertolongan.
Re-Entry :  Fase  lanjutan  guna  mengembangkan  sikap  dan  perilaku
bertanggung  jawab  dan  proses  pengenalan  serta  pemantapan sikap  dan  perilaku  hidup  sehat  di  dalam  keluarga  dan
lingkungan sosial.
Special Programme  : Fase ini diperuntukan bagi residen yang mempunyai maslaah kecanduan  terhadap  narkoba  dan  dengan  diagnosa  gangguan
fisik dan atau gangguan mental.
Aftercare Programme :  Fase  ini  merupakan  satu  tingkat  dimana  seorang  pecandu kembali  membangun  hidup  dengan  keluarga  di  lingkungan
masyarakat.
Residen :  merupakan  sebutan  untuk  pasien  yang  menjalani  rehabilitasi
di RSKO.
TC :  Therapeutic  Community  merupakan  sekelompok  orang  yang
mempunyai  masalah  yang  sama  dan  mereka  berkumpul  untuk saling membantu dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.
NA :  Narcotics  Anonymous  sebagai  persaudaraan  nirlaba  atau
masyarakat  yang  terdiri  dari  pria  maupun  wanita  yang mempunyai masalah dengan NAPZA.
Preventif :  Cabang  kedokteran  yang  terutama  berkaitan  dengan
pencegahan penyakit.
Kuratif :  Pengobatan  yang  diarahkan  untuk  memberantas  satu  atau
lebih penyebab kondisi pasien.
Intravena : Secara harfiah berarti “dalam pembuluh darah”. Sebuah jalur
intravena mengacu ke tabung yang dimasukkan ke dalam vena, yang memungkinkan pemberian solusi obat.
Putauw : Heroin yang termasuk kedalam golongan Narkoba.
Shabu :  Psikotropika  yang  sangat  berbahaya  karena  potensi
menimbulkan ketergantungannya kuat.
Amphetamine :  Sejenis  obat-obatan  yang  berbentuk  pil,  kapsul,  dan  serbuk
yang dapat memberikan rangsangan bagi perasaan manusia.
Sakaw : Rasa sakit karena ketagihan atau gejala putus obat.
Remisi :  Hilangnya  secara  lengkap  atau  parsial  dari  tanda-tanda  dan
gejala  penyakit  sebagai  respon  terhadap  pengobatan,  masa  di mana  penyakit  berada  di  bawah  kontrol.  Remisi  tidak  selalu
berarti kesembuhan.
Prevalensi :  Seberapa  sering  suatu  penyakit  atau  kondisi  terjadi  pada
sekelompok orang.
Zat Psikoaktif :  Zat  atau  bahan  yang  apabila  masuk  ke  dalam  tubuh  manusia
akan  mempengaruhi  tubuh,  terutama  susunan  saraf  pusat, sehingga  menyebabkan  perubahan  aktivitas  mental-emosional
dan perilaku.
PEDOMAN OBSERVASI
1. Melakukan observasi kondisi Instalasi Rehabilitasi Medik di RSKO Jakarta.
2. Melakukan observasi kondisi pasien dual diagnosis di RSKO Jakarta.
3. Melakukan observasi kondisi Pekerja Sosial medis di RSKO Jakarta.
4. Melakukan observasi sebelum berlangsungnya kegiatan art therapy di RSKO
Jakarta. 5.
Melakukan  observasi  selama  proses  kegiatan  art  therapy  berlangsung  di RSKO Jakarta.
6. Melakukan  observasi  setelah  kegiatan  art  therapy  berlangsung  di  RSKO
Jakarta.
LEMBAR OBSERVASI DAN DOKUMENTASI KARAKTERISITIK KONDISI INSTALASI REHABILITASI MEDIK
Lokasi : Instalasi Rehabilitasi Medik RSKO Jakarta
Alamat :Jl.  Lapangan  Tembak  no.  75  Cibubur,  Jakarta
Timur. Hari, Tanggal Observasi
: Senin  14 April 2014. Pukul
No.  Aspek yang Diamati Deskripsi Hasil Pengamatan
Keterangan
1. Kondisi fisik ruangan
Instalasi Rehabilitasi
Medik IRM
Rumah Sakit
Ketergantungan  Obat  Jakarta terletak
di jalan
Lapangan Tembak  no.  75  Cibubur, Jakarta
Timur. Letaknya
berdekatan dengan  pasar Cibubur.  Memiliki
kondisi  fisik  bangunan  yang sudah baik dan memenuhi syarat
untuk
menunjang proses
pelayanan  kesehatan  terhadap pasien  rawat  inap.  Selain  itu,
RSKO  juga  memiliki  sub  divisi dalam
pelayanan rehabilitasi
medik,  termasuk  didalamnya pelayanan Pekerja Sosial Medis.
2. Potensi spesialis
Memiliki kualifikasi
yang bermutu  dan  memadai  karena
spesialis merupakan
Dokter profesional,
Pekerja Sosial
Medis,  Psikolog,  dan  Perawat yang  memiliki  latar  belakang
pendidikan yang baik.
3. Potensi karyawan
Sudah lengkap mulai dari bagian loket,
administrasi, Instalasi
Psikososial, Instalasi
Rehabilitasi  Medik,  hingga  ke bagian  pelayanan  umum  dan
rawat inap.
4. Fasilitas  Media
Sangat terfasilitasi,
dengan tersedianya
peralatan yang
membantu  proses  pemulihan pasien.
5. Ruang  instalasi  bagian
rehabilitasi Masih terawat dengan baik.
6. Administrasi
Karyawan Sudah  lengkap  dengan  adanya
koordinator Instalasi
Rehabilitasi  Medik  dan  Bagian
Instalasi Psikososial. 7.
Data pasien Ada, terorganisir secara baik.
8. Data tenaga medis
Ada. 9.
Data Dokter Spesialis Ada.
10.  Data Pekerja
Sosial Medis
Ada. 11.  Kesehatan lingkungan
Terjamin, dengan
adanya cleaning  service.  Selain  itu,
tersedianya  tempat  pembuangan sampah
organik dan
non organik.
12.  Penataan ruangan Ruangan  tersususn  atau  tertata
dengan baik. 13.  Pencahayaan
Ruangan  sudah  baik,  cukup cahaya.  Namun,  hanya  bagian
lorong kamar
pasien yang
sedikit  gelap  karena  tertutup dinding  bangunan  yang  tinggi.
Jika  lampu  dinyalakan  sangat membantu
memberikan penerangan bagi ruangan pasien.
14.  Fasilitas yang
mendukung proses
pelayanan Telepon dan alat-alat tulis.
15.  Jumlah Pekerja Sosial Saat  ini  Pekerja  Sosial  yang
bertugas  di  Instalasi  Psikososial ada  dua  orang  dan  satu  orang
bertugas  di  bagian  Porgram Terapi
Rumatan Metadon
PTRM. 16.  Jumlah Konselor
Saat ini
Konselor yang
menangani para
pasien di
Instalasi  Rehabilitasi  berjumlah 13 orang.
LEMBAR OBSERVASI KARAKTERISTIK KONDISI PASIEN
Ruangan : Instalasi Rehabilitasi Medik RSKO Jakarta
Hari  Tanggal Observasi : Rabu, 16 April 2014.
Pukul : 11. 00 WIB.
No. Aspek yang Diamati
Deskripsi Hasil Pengamatan
Keterangan
1. Suasana di IRM RSKO
Sangat Kondusif
2. Kemampuan untuk
sembuh Ada
Rajin melakukan art therapy dan terapi
yang ada di RSKO. 3.
Keluarga saling membantu pasien
Ada 4.
Perilaku pasien di dalam IRM RSKO
Baik Hubungan komunikasi
baik.
LEMBAR OBSERVASI KARAKTERISTIK KONDISI PEKERJA SOSIAL MEDIS
Ruangan : Instalasi Rehabilitasi Medik RSKO Jakarta
Pada  saat  Pekerja  Sosial  sedang  melaksanakan kegiatan  art  therapy  bersama  pasien  dual
diagnosis
Hari  Tanggal Observasi : Rabu  16 April 2014.
Pukul : 11.30 WIB
– 12.15 WIB.
No.  Aspek yang Diamati Deskripsi Hasil Pengamatan
Keterangan
1. Suasana di ruangan
Kondusif. 2.
Penyampaian motivasi Baik.
3. Strategi pelayanan
Baik. 4.
Metode pelayanan Pengarahan
atau instruksi
terhadap pasien rehabilitasi. 5.
Penggunaan bahasa Baik,  mudah  dipahami,  bisa
menempatkan diri
dengan berbagai kultur.
6. Penggunaan waktu
Tepat waktu. 7.
Teknik bertanya Mempersilahkan  pasien  untuk
mengungkapkan perasaan
sebelum dan
sesudah mengikuti  kegiatan  art  therapy
tingkat  keberhasilan  usaha Pekerjaan Sosial Medis.
8. Penggunaan media
Laporan catatan. 9.
Respon  pasien  terhadap Pekerja Sosial
Baik dan menerima keberadaan Pekerja Sosial.
PEDOMAN WAWANCARA LEMBAGA
1. Sejak kapan RSKO didirikan?
2. Siapa yang mencetuskan didirikannya RSKO?
3. Bagaimana latar belakang berdirinya RSKO?
4. Apa visi dan misi RSKO?
5. Fasilitas apa saja yang tersedia di RSKO?
6. Bagaimana struktur kepemimpinan RSKO?
7. Bagaimana deskripsi pekerjaan dari Pekerja Sosial di RSKO?
8. Seperti  apakah  penerapan  kebijakan  dan  alur  pengambilan  keputusan  di
RSKO? 9.
Apa rencana jangka pendek, menengah, dan panjang RSKO? 10.
Siapa saja target layanan RSKO? 11.
Apakah RSKO memiliki kriteria dalam memilih pasien? 12.
Bagaimana proses penjangkauan dan perekrutan pasien di RSKO? 13.
Bagaimana dengan penanganan pasien yang mengalami masalah ekonomi? 14.
Bagaimana alur penerimaan pasien di RSKO? 15.
Bagaimana  latar  belakang  pendidikan  staff  atau  pegawai  yang  bekerja  di RSKO?
16. Bagiamana RSKO melakukan monitoring dan evaluasi?
17. Bagaimana cara RSKO dalam mengembangkan keterampilan staff?
18. Dari manakah sumber dana RSKO?
19. Bagaimana ruang lingkup jejaring RSKO?
HASIL WAWANCARA PENULIS DENGAN PIHAK RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA
1. Sejak kapan RSKO didirikan?
 RSKO  dahulu  bernama
Drug  Dependence  Unit  DDU.  Nama  tersebut diberikan  pada  tanggal  06  November  1971  dan  letaknya  belum  di
Cibubur.  Pada  tanggal  12  April  1972,  DDU  diresmikan  untuk  mulai beroperasi di kompleks Rumah Sakit Fatmawati.
2. Siapa yang mencetuskan didirikannya RSKO?
 RSKO digagas pada tahun 1971 oleh Bapak Ali Sadikin. Pada waktu itu,
Bapak  Ali  Sadikin  menjabat  sebagai  Gubernur  DKI  Jakarta.  Beliau menggagas  berdirinya  RSKO  tidak  sendirian  tetapi  bekerjasama  dengan
dr.  Herman  Susilo,  MPH  sebagai  kepala  dinas  kesehatan  DKI  Jakarta, Prof. Dr. Kusumanto Setyonegoro sebagai kepala DITKESWA DepKes,
dan bagian psikiatri FKUI.
3. Bagaimana latar belakang berdirinya RSKO?
 RSKO  didirikan  pada  tahun  1972,  yang  sebelumnya  merupakan  salah
satu  unit  RSUP  Fatmawati  Jakarta.  Semula  RSKO  bernama Drug
Dependence Unit DDU yang diresmikan oleh Bapak Ali Sadikin selaku Gubernur  Jakarta  pada  waktu  itu.  Pada  tahun  1974  DDU  berubah  nama
menjadi Lembaga Ketergantungan Obat LKO, dimana tujuan utamanya adalah penanganan ketergantungan obat  yang komperhensif  dan bersifat
jangka  panjang,  meliputi  bidang  preventif,  kuratif,  dan  rehabilitatif. Kemudian  pada  tahun  1978,  status  LKO  ditingkatkan  menjadi  rumah
sakit tipe C dengan nama Rumah Sakit Ketergantungan Obat RSKO di bawah Departemen Kesehatan RI sebagai unit pelaksana fungsional dari
Ditjen  Pelayanan  Medik.  RSKO  di  Cibubur  resmi  digunakan  pada tanggal 15 Oktober 2002 secara bertahap dilakukan pemindahan seluruh
aktivitas rumah sakit dari Fatmawati ke Cibubur. terhitung sejak tanggal 1  Februari  2007  hingga  saat  ini  RSKO  hanya  berada  pada  satu  lokasi,
yaitu di Jalan Lapangan Tembak no. 75, Cibubur, Jakarta Timur.
4. Apa visi dan misi RSKO?
 Visi RSKO:
sebagai pusat layanan dan kajian nasional maupun regional dalam bidang gangguan yang berhubungan dengan zat GBZ.
 Misi RSKO:
a. Melaksanakan upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif bagi
masyarakat umum dalam bidang gangguan yang berhubungan dengan zat GBZ dan penyakit terkait serta memberikan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat umum.
b. Melaksanakan  pendidikan  dan  pelatihan  bagi  tenaga  profesi  serta
masyarakat umum dalam bidang gangguan yang berhubungan dengan zat GBZ.
c. Melaksanakan  penelitian  dan  pengembangan  dalam  bidang  gangguan
yang berhubungan dengan zat GBZ. 5.
Fasilitas apa saja yang tersedia di RSKO? 
Fasilitas  layanan  kesehatan  yang  tersedia  antara  lain:  Instalasi  Gawat Darurat  terdapat  Pelayanan  Umum  dan  NAPZA,  Instalasi  Rawat  jalan
terdapat Poliklinik Umum dan Poliklinik Spesialis meliputi; Klinik Jiwa, Klinik  Napza,  Klinik  Penyakit  Dalam,  Klinik  Saraf,  Klinik  Kebidanan
dan Kandungan, Klinik Anak, Klinik Kulit dan Kelamin, Klinik Gigi dan Mulut, Klinik Psikologi dan Klinik Gizi. Kemudian Instalasi Rawat Inap
terdapat  Ruang  perawatan  Napza,  yaitu  Detoksifikasi  VIP,  Kelas  I, Kelas  II,  Kelas  III  dan  Rehabilitasi  Kelas  III,  Ruang  Komplikasi
Medik,  Ruang  High  Care  Unit,  dan  Fasilitas  Penunjang  Medik.  Selain itu,  terdapat  Instalasi    Farmasi,  Instalasi  Laboratorium  Toksiologi,
Instalasi  Laboratorium  Patologi  Klinik,  Instalasi  Radiologi,  Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi Gizi, dan Instalasi Pemusalaraan Jenazah
6. Bagaimana struktur kepemimpinan RSKO?
 Pada  dasarnya  struktur  kepemimpinan  di  RSKO  terbagi  menjadi  dua
Direktorat. Pertama Direktorat Medik dan Keperawatan. Kemudian yang kedua  Direktorat  Keuangan  dan  Administrasi  Umum.  Masing-masing
memiliki  tugas  tersendiri.  Untuk  lebih  lengkapnya  lagi  dapat  dilihat  di brosur RSKO.
7. Bagaimana deskripsi pekerjaan dari Pekerja Sosial di RSKO?
 Deskripsi pekerjaan, atau yang dilakukan Pekerja Sosial di RSKO antara
lain:  melakukan  evaluasi  sosial,  melaksanakan  terapi  relaksasi  kepada pasien,  dinamika  kelompok,  kunjungan  rumah  atau  home  visit,
melakukan  bimbingan  sosial,  melakukan  bimbingan  rohani,  melakukan terapi  rekreasi,  dan  melaksanakan  wisata  alam  terpadu.  Selain  itu,
melaksanakan  tugas-tugas  lainnya  seperti  melaksanakan  prevensi  dan promosi  pada  masyarakat  baik  itu  pelajar,  guru,  pekerja,  pendidik  serta
mahasiswa dan dosen dan juga lain sebagainya.
Sejauh ini peran pekerja sosial  di  RSKO  sudah  dijalankan  dengan  baik,  walaupun  pekerja  sosial
tidak bisa bekerja sendirian. 8.
Seperti  apakah  penerapan  kebijakan  dan  alur  pengambilan  keputusan  di RSKO?
 Penerapan kebijakan dan alur pengambilan keputusan yang ada di RSKO
adalah  yang  pertama  dari  jajaran  direksi  yaitu  Direktur  Utama  dan  para komite  yang  membuat  kebijakan  lalu  turun  keseksi-seksi  yang  ada  di
RSKO  lalu  turun  ke  kepala  Instalasi  dan  sampai  kepada  anak  buahnya atau  jajaran  yang  ada  dibawahnya.  Sama  halnya  dengan  pengambilan
keputusan  yang  mutlak  adalah  Direktur  Utama,  beliau  yang  berhak mengambil keputusan baru diserahkan kepada para seksi dan selanjutnya
baru turun kepada kepala instalasi-instalasi yang ada di RSKO Jakarta.
9. Apa rencana jangka pendek, menengah, dan panjang RSKO?
 Rencana  jangka  pendek  dan  menengah  dilaksanakan  selama  satu  tahun
sekali  dalam  bentuk  pengajuan  dan  perencanaan  kegiatan,  antara  lain: mengusulkan  kebutuhan  ATK,  bahan-bahan  computer,  barang  cetakan,
peningkatan keterampilan staff, penelitian, dan lain-lain.
 Rencana  jangka  panjang  merupakan  sesuatu  yang  akan  dicapai  dalam
jangka  satu  sampai  dengan  lima  tahun.  Tujuan  yang  ditetapkan  telah mengacu  kepada  visi  dan  misi  RSKO.  Rencana  jangka  panjang  RSKO,
diantaranya:
a. Meningkatkan  pemahaman  dan  kesadaran  masyarakat  tentang
NAPZA. b.
Memperluas  cangkupan  layanan tentang NAPZA RSKO sudah bisa memberikan pelayanan bagi pasien dual diagnosis.
c. Meningkatkan  pendapatan  RSKO  guna  meningkatkan  kualitas
pelayanan Rumah Sakit. d.
Menyelenggarakan pemeliharaan saran dan prasarana sesuai standar. e.
Mewujudkan RSKO sebagai Rumah Sakit pendidikan. f.
Meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia SDM. g.
Meningkatkan penelitian dan pengembangan dalam bidang gangguan yang berhubungan dengan zat GBZ.
10. Siapa saja target layanan RSKO?
 Pada  dasarnya  yang  menjadi  target  layanan  RSKO  adalah  pasien  yang
mengalami  ketergantungan  obat.  Namun,  RSKO  juga  melayani  pasien umum.  Deskripsi  layanan  khusus  pasien  ketergantungan  obat,  yaitu
ketika  pasien  baru  masuk  dilakukan  detoksifikasi  penghilangan  racun. Mengikuti  rehabilitasi  dengan  program  TC  Terapeutik  Community
berbasis  Rumah  Sakit  setelah  itu  After  Care.  Selain  itu  melakukan kegiatan  untuk  rawat  jalan,  baik  yang  mengikuti  program  rumutan
methadonesubtitusi  maupun  dengan  proses  simptomatis  diobati  sesuai dengan kebutuhan.
11. Apakah RSKO memiliki kriteria dalam memilih pasien?
 RSKO  tidak  memilih-milih  karakteristik  pasien,  jika  pasien  memang
membutuhkan pertolongan medis maka akan dilayani oleh medis karena peraturan Rumah Sakit.
12. Bagaimana proses penjangkauan dan perekrutan pasien di RSKO?
 Proses  perekrutan  di  Rumah  Sakit  Ketergantungan  Obat  yang  terjadi
sampai saat ini ialah pasien datang ke RSKO baik dia datang sendiri, di antar kelurga dan ada juga dari putusan pengadilan dan terakhir biasanya
rujukan  dari  LP  Lembaga  Pemasyarakatan.  Dalam  penjangkauannya,
Pihak  RSKO  menerima  pasin  secara  umum  Nasional  bahkan  WNA asalkan mereka merupakan pasien yang berhubungan dengan zat maupun
penyakit  bawaannya.  Sedangkan  perekrutannya  sendiri,  Klien  langsung mendatangi  RSKO,  baik  secara  individual,  diantar  oleh  pihak  keluarga
maupun  berdasarkan  rujukan  pihak  kepolisisan  termasuk  putusan pengadilan.
13. Bagaimana dengan penanganan pasien yang mengalami masalah ekonomi?
 Bagi  mereka  yang  mempunyai  masalah  dalam  hal  ekonomi,  bisa
mengurus  persyaratan  seperti  Kartu  Pelayanan  JAMKESMAS,  BPJS, KJS,  GAKIN  maupun  SKTM,  dengan  penambahan  data  seperti  KK,
KTP, Surat rujukan Puskesmas sesuai kebutuhan.
14. Bagaimana alur penerimaan pasien di RSKO?
 Untuk alur penerimaan pasien bisa dilihat gambarannya di brosur RSKO
atau di bingkai di dekat pendaftaran pasien. 15.
Bagaimana  latar  belakang  pendidikan  staff  atau  pegawai  yang  bekerja  di RSKO?
 Berdasarkan tingkatan pendidikannya, staff atau pegawai yang bekerja di
RSKO antara lain: S2 16 orang, Specialis 14 orang, S1 64 orang, D3 98 orang, SMK 14 orang, STM 9 orang, SMEA 8 orang, SMA 26
orang, SLTP 8 orang, SMF 2 orang, SPK 3 orang, SPRG 2 orang, SMKK 1 orang, dan SMAK 1 orang.
16. Bagaimana RSKO melakukan monitoring dan evaluasi?
 Monitoring  dan  evaluasi  bisa  dilakukan  dengan  bimbingan  lanjut  ketika
pasien sudah berada diluar lingkungan  RSKO,  yaitu dengan melakukan home  visit.  Jadi  untuk  home  visit  instansi  memiliki  biaya  khusus  untuk
bimbingan  lanjut,  yaitu  dengan  program  home  visit  yang  diajukan setahun  sekali.    Jadi  home  visit  tidak  hanya  memperdalam  data-data
tetapi  bisa  dilakukan  saat  pasien  berada  di  dalam,  misalnya  untuk  dapat memberi
pelayanan kepada
pasien kita
harus mengetahui
permasalahannya  secara  mendalam  bisa  dilakukan  home  visit.  Namun untuk home visit seperti itu bukanlah untuk monitoring dan evaluasi.
 Dalam hal monitoring dan evaluasi proses penyembuhan pasienresiden
terdapat beberapa alasan kenaikan fase diantaranya: 1.
Kondisi atau progress yang sudah layak naik fase. Kriteria layak yaitu residen  memahami  program  dan  mengetahui  apa  kebutuhan  untuk
pemulihan dirinya sesuai fase yang ia jalani. 2.
Bahwa  kenaikan  fase  dibutuhkan  klien  untuk  melanjutkan  hidupnya secara produktif.
17. Bagaimana cara RSKO dalam mengembangkan keterampilan staff?
 RSKO  sudah  melakukan  pemetaan  SDM  untuk  ditempatkan  sesuai
dengan  latar  belakang  pendidikan  dan  profesi  untuk  menjadi  seluruh tenaga kerja RSKO ditempatkan sesuai profesi masing-masing. Jadi tidak
ada lagi perawat yang bekerja dibidang administrasi. Kriteria umur tidak ada,  pada  prinsipnya  tidak  membedakan  karyawan  laki-laki  dan
perempuan. Selain itu staff diberi pelatihan terkait dengan profesinya.
18. Dari manakah sumber dana RSKO?
 Rumah  Sakit  Ketergantungan  Obat  Jakarta  mendapatkan  sumber  dana
selama  ini  melalui  Kementrian  Kesehatan  yang  didapatkan  setiap  satu tahun  sekali.  Dana  tersebut  berasal  dari  alokasi  APBN  yang
dipergunakan  untuk  menggaji  karyawan  dan  BLU  hasil  pendapatan sendiri  yang  dipergunakan  untuk  belanja  barang  dan  modal.  Selain  itu,
di RSKO menerapkan sistem transparansi internal dengan jelas.
19. Bagaimana ruang lingkup jejaring RSKO?
 Selama  ini  RSKO  telah  dan  sedang  melakukan  kerja  sama  dengan
berbagai  pihakinstitusiinstansi  baik  lokal  nasional,  regional  maupun internasional.  Peran  RSKO  di  dalam  jejaring  tersebut  dapat  sebagai
anggota,  supervisor,  narasumber,  pelaksana,  penyedia  layanan  rujukan dalam bidang NAPZA dan penyakit terkait lainnya termasuk HIVAIDS.
PEDOMAN WAWANCARA PROFIL PROGRAM ART THERAPY
1. Apa yang dimaksud dengan program art therapy?
2. Siapa yang awal mulanya membentuk program art therapy di RSKO?
3. Pada tahun berapakah art therapy dibentuk?
4. Apakah ada fenomena luar negeri yang mendasari terbentuknya program art
therapy di RSKO? 5.
Apa tujuan secara umum dari program art therapy? 6.
Apa tujuan dari program art therapy yang dijalankan di RSKO? 7.
Apa saja manfaat dari program art therapy yang dijalankan di RSKO? 8.
Apakah kegiatan art therapy di RSKO sudah tersusun didalam jadwal? 9.
Jika sudah tersusun didalam jadwal, apa saja kegiatan yang tertera dijadwal tersebut?
10. Siapa saja peserta yang dapat mengikuti program art therapy di RSKO?
11. Mengapa program art therapy di RSKO hanya diperuntukan bagi pasien dual
diagnosis? 12.
Ada berapa orang peserta yang mengikuti program art therapy di RSKO? 13.
Apakah peserta yang mengikuti program art therapy dibatasi jumlahnya? 14.
Adakah  kriteria  khusus  yang  ditujukan  bagi  para  peserta  program  art therapy?
15. Apabila ada kriteria khusus, apa sajakah kriterianya?
16. Bagaimana alur pelayanan program art therapy di RSKO?
17. Bagaimana  prinsip  pengobatan  yang  dilakukan  RSKO  terhadap  pasien  dual
diagnosis? 18.
Peralatan  apa  saja  yang  dibutuhkan  dalam  melaksanakan  program  art therapy?
19. Apakah peralatan yang digunakan dalam melaksanakan program art therapy
disini sudah lengkap? 20.
Apa saja tahapan dalam melaksanakan kegiatan art therapy? 21.
Siapa saja yang berperan dalam pelaksanaan program art therapy di RSKO? 22.
Berapa  orang  pendamping  yang  bertugas  dalam  melaksanakan  program  art therapy di RSKO?
23. Apakah  para  pendamping  yang  ditugasi  sudah  pernah  mengikuti  pelatihan
tentang art therapy? 24.
Jika para pendamping sudah pernah mengikuti pelatihan tersebut, berapa kali pelatihan yang telah diikuti?
25. Apakah  pelaksanaan  program  art  therapy  di  RSKO  diberikan  secara  gratis
atau cuma-Cuma? 26.
Jika  program  art  therapy  di  RSKO  berbayar,  berapa  tarifbiaya  yang ditentukan pihak RSKO untuk setiap peserta?
27. Berapa  kali  dalam  seminggu  program  art  therapy  yang  dilaksanakan  di
RSKO? 28.
Apakah  ada  Standard  Operating  Procedure  SOPprogram  art  therapy  di RSKO?
29. Apa sajakah standar pemberian program dengan baik?
30. Apakah  pernah  dilakukan  evaluasi  terkait  dengan  program  kegiatan  art
therapy di RSKO?
31. Apakah program art therapy efektif bagi pasien dual diagnosis?
32. Apakah program art therapy efisien bagi pasien dual diagnosis?
33. Berdasarkan  tujuan  program  art  therapy  yang  sudah  dipaparkan,  point
keberapakah yang lebih banyak dicapai? 34.
Apakah terlihat perubahan pada pasien secara fisik, psikis, dan sosial?
HASIL WAWANCARA PROFIL PROGRAM ART THERAPY
Penulis  melakukan  wawancara  dengan  Pekerja  Sosial  di  Rumah  Sakit Ketergantungan  Obat  RSKO  Jakarta,  yaitu  Bapak  Syarifuddin  terkait  dengan
profil program art therapy yang ada di RSKO Jakarta. Wawancara dilakukan pada hari Rabu, 22 April 2014.
1. Apa yang dimaksud dengan program art therapy?
 Suatu  kegiatan  yang  dapat  membantu  seseorang  terutama  yang  sedang
dalam  masalah  pada  psikisnya  supaya  dapat  menyalurkan  seni  dan ekspresinya secara lepas.
2. Siapa yang awal mulanya membentuk program art therapy di RSKO?
 Awal  mula  yang  membentuk  program  art  therapy  adalah  Pak  Isrizal.
Beliau adalah mantan Psikolog di RSKO. 3.
Pada tahun berapakah art therapy dibentuk? 
Art  therapy  dibentuk  pada  tahun  2007  sekitar  bulan  Maret-April. Tepatnya  ketika  awal-awal  RSKO  beroperasi  di  Cibubur.  Dahulu  pada
tahun  2007  Pak  Isrizal  mengajak  saya  Syarifuddin  sebagai  Pekerja Sosial  RSKO  untuk  mengikuti  kegiatan  art  therapy  bersama  dengan
Beliau.
4. Apakah ada fenomena luar negeri yang mendasari terbentuknya program art
therapy di RSKO? 
Menurut beberapa ahli, art therapy merupakan salah satu saluran karena pasien  dual  diagnosis  kaya  akan  fantasi  yang  luar  biasa.  Sehingga,  art
therapy dapat mewadahi. Dengan kata lain, seni dapat dijadikan sebagai kegiatan  untuk  mengekspresikan  diri  atau  menceritakan  pengalaman
pasien.  Art  therapy  mengubah  keadaan  seseorang  dari  kurang  baik menjadi lebih baik karena pasien dapat mencurahkan isi hatinya sehingga
menjadi alternatif penyembuhan diri.
5. Apa tujuan secara umum dari program art therapy?
 Tujuan  art  therapy  secara  umum  agar  pasien  tidak  merasa  bosan  atau
jenuh,  membantu  proses  berpikir  atau  kognitif  pasien,  melatih  motorik pasien,  memberikan  kesempatan  kepada  pasien  untuk  mengungkapkan
masalah didalam dirinya inner problem, pasien dapat memproyeksikan dirinya  ke  dalam  seni,  mempelajari  perasaan  dan  emosi  pasien  dalam
membaca  suatu  puisi,  meningkatkan  pemahaman  dan  rasa  percaya  diri dan  pemahaman  akan  lingkungan,  memberikan  simulasi  peran  dalam
drama  supaya  pasien  dapat  menerapkan  perannya  ke  dalam  lingkungan masyarakat  pasien  dapat  bersosialisasi  dengan  baik,  dan  juga  dapat
meningkatkan kreatifitas pasien.
6. Apa tujuan dari program art therapy yang dijalankan di RSKO?
 Tujuan diadakan program art therapy di RSKO dikarenakan antara lain:
tugas  yang  sudah  diprogramkan  oleh  Instalasi  Rehabilitasi,  art  therapy diharapkan  dapat  mengisi  waktu  luang  pasien,  art  therapy  sebagai
program terapi penunjang bagi pasien dual diagnosis atau pasien SP, dan art therapy dapat melatih emosi pasien agar dapat lebih stabil.
7. Apa saja manfaat dari program art therapy yang dijalankan di RSKO?
 Manfaat dari program art therapy antara lain: art therapy berfungsi untuk
memperbaiki  sel-sel  otak,  memberikan  pemikiran  yang  positif, menyegarkan  kembali  semangat  pasien,  membangun  rasa  percaya  diri
pasien,  mengontrol  perasaan  pasien,  meredakan  stress  dan  kecemasan, meredakan sakit, mengekspresikan diri pasien sepenuhnya melalui kreasi
seni, dan memulihkan trauma.
8. Apakah kegiatan art therapy di RSKO sudah tersusun didalam jadwal?
 Sebenarnya kalau untuk kegiatan didalam jadwal sudah tersedia namun,
dalam  pelaksanaannya  yang  berbeda.  Pelaksanaannya  disesuaikan dengan  kondisi  pasien  dan  kegiatan  tersebut  kita  kembangkan
improvisasi agar tidak monoton.
9. Jika sudah tersusun didalam jadwal, apa saja kegiatan yang tertera dijadwal
tersebut? 
Berbagai kegiatan atau materi art therapy yang diberikan kepada pasien antara  lain:  minggu  pertama  pasien  membuat  foto  dengan  perantara
kertas  yang  dibolongi  bersegi  empat,  minggu  kedua  pasien  membuat puisi  dan  membacakannya  dan  permainan  musik  bumi,  minggu  ketiga
pasien lomba membaca puisi dan menceritakan makna yang terkandung, minggu  keempat  pasien  menggambar  berdua  dengan  menarik  garis  atau
titik awal, minggu kelima pasien menggambar diri orang lain dan pasien mengolah  vokal  serta  mempraktekkan  membaca  cepat,  minggu  keenam
pasien  observasi  dan  menyatukan  gambar  yang  terpisah-pisah,  minggu ketujuh  materi  tentang  nama  yang  dibalik  dan  sejarah  nama,  minggu
kedelapan menulis tujuan hidup, mengolah vokal dan permainan, minggu kesembilan  pasien  diminta  menggambar  teman  dan  permainan  botol,
mingggu kesepuluh pasien diminta membuat puisi perjuangan. Kegiatan tersebut,  sewaktu-waktu  dapat  berubah  dan  terkadang  ada  materi  yang
lain.
10. Siapa saja peserta yang dapat mengikuti program art therapy di RSKO?
 Peserta yang mengikuti program art therapy adalah para pasien dual
diagnosis yang sedang menjalani rehabilitasi di RSKO Special Programme.
11. Mengapa program art therapy di RSKO hanya diperuntukan bagi pasien dual
diagnosis?
 Karena pasien dual diagnosis memiliki ruang gerak yang terbatas dalam
menjalankan aktivitas ataupun kegiatan. Mereka cenderung menutup diri mereka  dan  sulit  untuk  diajak  komunikasi  secara  interaktif.  Maka  dari
itu,  dibuatlah  program  art  therapy  sebagai  salah  satu  terapi  penunjang bagi pemulihan pasien dual diagnosis.
12. Ada berapa orang peserta yang mengikuti program art therapy di RSKO?
 Jumlah pasien dual diagnosis yang mengikuti rehabilitasi 15 lima belas
orang, tetapi tidak semua pasien  dual diagnosis siap mengikuti kegiatan art therapy. Biasanya pasien yang mengikuti kegiatan art therapy sekitar
8 delapan sampai 12 dua belas orang saja. Disesuaikan dengan konsisi pasien pada saat ingin melakukan kegiatan art therapy.
13. Apakah peserta yang mengikuti program art therapy dibatasi jumlahnya?
 Pasien dual diagnosis yang mengikuti program art therapy tidak dibatasi
jumlahnya. Ketika jumlah pasien dual diagnosis di RSKO banyak, maka semua mengikuti serangkaian program yang sudah ditetapkan di Instalasi
Rehabilitasi  RSKO.  Akan  tetapi  sebanyak-banyaknya  pasien  dual diagnosis yang ada di RSKO tidak lebih dari 20 orang.
14. Adakah  kriteria  khusus  yang  ditujukan  bagi  para  peserta  program  art
therapy? 
Untuk kriteria RSKO tidak terlalu mematok kriteria pasien, tetapi tentu saja ada kriteria bagi pasien yang akan mengikuti program art therapy.
15. Apabila ada kriteria khusus, apa sajakah kriterianya?
 Kriteria pasien yang mengikuti program art therapy di RSKO antara lain:
secara  fisik  terlihat  sehat,  pasien  dapat  diajak  berkomunikasi  walaupun yang  tidak  dapat  diajak  berkomunikasi  juga  diperbolehkan  mengikuti
program art tehrapy, dan pasien dapat mengikuti intruksi atau arahan dari petugasinstruktur.
16. Bagaimana alur pelayanan program art therapy di RSKO?
 Alur  pelayanannya  yaitu,  pasien  datang  ke  bagian  pendaftaran,  lalu
pasien dibagi menjadi kategori pasien NAPZA dan pasien tersebut dibagi lagi  masuk  ke  kategori  pasien  baru  atau  pasien  lama.  Kemudian  pasien
melakukan  pembayaran  ke  kasir  atau  bagian  administrasi.  Setelah  itu, pasien  masuk  ke  Rehabilitasi  Medik  atau  Instalasi  Rehabilitasi  untuk
menjalani  rawat  inap.  Pada  saat  pasien  masuk  untuk  menjalani rehabilitasi,  pasien  dibagi  menjadi  tiga  tahap  antara  lain:  fase  primary,
fase  Special  Programme,  dan  fase  Re-entry.  Jenis  rehabilitasi  di  RSKO adalah Therapeutic Community TC. Pasien yang mengikuti program art
therapy  yaitu  pasien  SP.  TC  menggabungkan  art  therapy  sebagai  terapi penunjang bagi pemulihan pasien SP.
17. Bagaimana  prinsip  pengobatan  yang  dilakukan  RSKO  terhadap  pasien  dual
diagnosis?
 Prinsip  pengobatan  yang  dilakukan  RSKO  terhadap  pasien  dual
diagnosis  terbagi  menjadi  dua:  pengobatan  farmakoterapi  dan  non farmakoterapi. Pengobatan farmakoterapi merupakan pengobatan kepada
pasien dengan cara memberikan obat-obatan yang harus diminum secara rutin. Sedangkan non farmakoterapi terbagi menjadi dua yaitu psikoterapi
dan  psikoedukasi.  Program  art  therapy  masuk  ke  dalam  pengobatan psikoterapi.
18. Peralatan  apa  saja  yang  dibutuhkan  dalam  melaksanakan  program  art
therapy? 
Idealnya kegiatan art therapy memerlukan berbagai macam alat-alat seni, namun peralatan yang tersedia di RSKO sangat terbatas.
19. Apakah peralatan yang digunakan dalam melaksanakan program art therapy
disini sudah lengkap? 
Selama  ini  peralatan  yang  digunakan  memang  belum  lengkap.  RSKO hanya  menyediakan  spidol,  pulpen,  buku  gambar,  dan  cat  air.  Ruangan
juga bagian dari media dalam pelaksanaan art therapy, termasuk adanya petugas medis maupun profesional di bidangnya.
20. Apa saja tahapan dalam melaksanakan kegiatan art therapy?
 Tahap-tahap  pelaksanaan  kegiatan  art  therapy  antara  lain:  memulai
kelompok, membantu anggota agar terlibat, mengatur iklim yang positif, klarifikasi  tujuan  kelompok,  menjelaskan  peranan  leader,  menjelaskan
bagaimana  terapi  akan  dijalankan,  membantu  anggota  menyampaikan harapannya,  mengecek  kenyamanan  anggota,  menjelaskan  aturan  terapi,
menjelaskan  istilah-istilah  khusus  yang  mungkin  akan  digunakan, mencermati  interaksi  angggota  kelompok,  menjawab  pertanyaan,
membantu  anggota  untuk  memperhatikan  anggota  lainnya  guna  melatih kepedulian dan kepekaan satu  sama lainnya, dan  yang terakhir menutup
sesi dengan berdoa bersama.
21. Siapa saja yang berperan dalam pelaksanaan program art therapy di RSKO?
 Yang berperan dalam pelaksanaan kegiatan art therapy adalah Psikolog
dan  Pekerja  Sosial,  karena  dahulu  Pak  Isrizal  sebagai  Psikolog  yang membentuk  kegiatan  art  therapy  bagi  pasien  dual  diagnosis  di  RSKO.
Namun kini pelaksanaannya ditangani oleh Pekerja Sosial saja.
22. Berapa  orang  pendamping  yang  bertugas  dalam  melaksanakan  program  art
therapy di RSKO? 
Jumlah petugas yang mendampingi berjalannya kegiatan art therapy ada dua orang yang berprofesi sebagai Pekerja Sosial di RSKO Jakarta.
23. Apakah  para  pendamping  yang  ditugasi  sudah  pernah  mengikuti  pelatihan
tentang art therapy? 
Saya dan rekan sebagai Terapis belum pernah mengikuti pelatihan terkait dengan kegiatan art therapy.
24. Jika para pendamping sudah pernah mengikuti pelatihan tersebut, berapa kali
pelatihan yang telah diikuti? 
Belum pernah. 25.
Apakah  pelaksanaan  program  art  therapy  di  RSKO  diberikan  secara  gratis atau cuma-Cuma?
 Program  art  therapy  merupakan  paket  dari  keseluruhan  program
rehabilitasi. Maka dari itu, pasien sudah pasti dikenakan tarif atau biaya. 26.
Jika  program  art  therapy  di  RSKO  berbayar,  berapa  tarifbiaya  yang ditentukan pihak RSKO untuk setiap peserta?
 Biaya  art  therapy  yang  dikenakan  kepada  pasien  setiap  tahunnya
mengalami  perubahan.  Jadi,  untuk  tahun  2014  menggunakan  tarif  yang ditetapkan  pada  tahun  2013  karena  penetapan  biaya  tahun  2014  masih
dalam  perencanaan.  Biaya  yang  dikenakan  untuk  program  kegiatan  art therapy sebesar Rp. 50.000,- per orang.
27. Berapa  kali  dalam  seminggu  program  art  therapy  yang  dilaksanakan  di
RSKO? 
Program  art  therapy  dilaksanakan  setiap  seminggu  sekali  dan  waktu pelaksanaannya hanya berlangsung selama 45 menit.
28. Apakah  ada  Standard  Operating  Procedure  SOP  program  art  therapy  di
RSKO? 
Belum ada Standard Operating Procedure SOP program art therapy di RSKO. Kalau standar pemberian program dengan baik ada.
29. Apa sajakah standar pemberian program yang baik?
 Standar pemberian program  yang baik antara lain: kegiatan disesuaikan
dengan  kemampuan  pasien,  pasien  merasa  nyaman  dan  senang  setelah mengikuti
kegiatan, dan
terpenuhinya fasilitas
pasien dalam
melaksanakan kegiatan. 30.
Apakah  pernah  dilakukan  evaluasi  terkait  dengan  program  kegiatan  art therapy di RSKO?
 Dahulu  sewaktu  Pak  Isrizal  masih  bertugas  sebagai  psikolog di  RSKO,
ketika  melaksanakan  kegiatan  art  tehrapy  beliau  pernah  melakukan evaluasi  setelah  kegiatan  art  therapy  dilaksanakan.  Evaluasi  tersebut
dilakukan  selama  dua  minggu  sekali.  Akan  tetapi  setelah  Pak  Isrizal sudah  tidak  bertugas  di  RSKO,  sejauh  ini  belum  ada  evaluasi  atau
penilaian.
31. Apakah program art therapy efektif bagi pasien dual diagnosis?
 Menurut  saya  efektif  karena  program  art  therapy  sebagai  terapi
penunjang  yang  membantu  pemulihan  pasien  dual  diagnosis.  Dalam pelaksanaannya pasien bisa merasa senang, nyaman, rasa percaya dirinya
meningkat, dan menuangkan kreatifitas mereka.
32. Apakah program art therapy efisien bagi pasien dual diagnosis?
 Iya  bisa  dikatakan  efisien  karena  dalam  pelaksanaan  program  kita
memanfaatkan  peralatan  yang  ada  dan  pasien  terlihat  senang  mengikuti kegiatan art therapy yang dilakukan seminggu sekali.
33. Berdasarkan  tujuan  program  art  therapy  yang  sudah  dipaparkan,  point
keberapakah yang lebih banyak dicapai? 
Yang  paling  banyak  dicapai  antara  lain:  menghibur  diri  pasien, meningkatkan kognitif dan motorik mereka, menambah rasa percaya diri,
dan menambah semangatmotivasi pasien. 34.
Apakah terlihat perubahan pada pasien secara fisik, psikis, dan sosial? 
Kalo  fisik  belom  kelihatan,  tapi  psikisnya  dan  sosialnya  sudah  ada perubahan.  Misalnya,  pasien  jadi  lebih  aktif  dalam  berkomunikasi,
terlihat antusiasme, dan lain-lainnya.
PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN A.
Wawancara dengan Pekerja Sosial
Penulis  melakukan  wawancara  dengan  Pekerja  Sosial  di  RSKO,  yaitu Bapak Agus Darmawan. Pada saat itu, beliau sedang berada di ruang psikososial
RSKO. Wawancara dilakukan pada hari Rabu, 22 April 2014. Indikator  Evaluasi  Program  Art  Therapy  di  Rumah  Sakit  Ketergantungan
Obat Jakarta. 1.
Indikator InputMasukan a.
Siapa pendiri program art therapy di RSKO? b.
Sejak tahun berapa program art therapy dibentuk di RSKO? c.
Apa  alasan  yang  mendasari  dibentuknya  program  art  therapy  di RSKO?
d. Apakah ada fenomena luar negeri, terkait dengan kegiatan art therapy
yang bisa membantu proses penyembuhan bagi pengguna napza? e.
Apa tujuan diadakannya program art therapy di RSKO? f.
Apa  saja  tugas  pokok  dan  fungsi  Bapak  sebagai  Pekerja  Sosial  di RSKO?
g. Siapa saja yang berperan dalam program art therapy di RSKO?
h. Berapa  orang  pendampingpetugas  yang  mendampingi  kegiatan
program art therapy di RSKO? i.
Apa  latar  belakang  pendidikan  dari  pendampingpetugas  yang mendampingi kegiatan art therapy?
j. Apakah  sebelumnya  para  pendampingpetugas  yang  berperan  dalam
kegiatan program art therapy sudah mengikuti pelatihan? k.
Siapa saja peserta yang mengikuti program art therapy di RSKO? l.
Mengapa  program  art  therapy  di  RSKO  hanya  diperuntukan  bagi pasien dual diagnosis?
m. Berapa orang peserta yang mengikuti program art therapy di RSKO?
n. Berapa jumlah pasien dual diagnosis di RSKO?
o. Bagaimana  tanggapan  Bapak  terkait  dengan  jumlah  pasien  dual
diagnosis tersebut? p.
Apakah  jumlah  Pekerja  Sosial  yang  ada  sudah  cukup  untuk menangani  pasien  dual  diagnosis  ketika  kegiatan  art  therapy
berlangsung? q.
Berapa rata-rata usia pasien dual diagnosis di RSKO? r.
Bagaimana  latar  belakang  pasien  dual  diagnosis  yang  menjalani pemulihan di RSKO?
s. Seperti apa kriteria pesertapasien yang dapat mengikuti program  art
therapy di RSKO? t.
Apakah program art therapy di RSKO diberikan secara gratis? u.
Jikalau  program  art  therapy  dikenakan  biaya,  berapa  biaya  yang ditentukan untuk perorangnya?
v. Apakah  pernah  ada  keluhan  dari  pihak  keluarga  pasien  mengenai
biaya kegiatan art therapy yang sudah ditetapkan?
w. Apakah pendampingpetugas sebelumnya sudah memiliki pengalaman
dalam kegiatan art therapy di tempat lain? x.
Bagaimana  Standard  Operating  Procedure  SOP  program  art therapy di RSKO?
y. Apa sajakah standar pemberian program art therapy yang baik?
                