Macam-Macam Nilai Pendidikan Karakter

Pendapat lain dari Daryanto, bahwa pendidikan karakter berfungsi 1 mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; 2 memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; 3 meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. 35 Dapat dipahami bahwa tujuan dari pendidikan karakter membentuk kepribadian yang baik bagi peserta didik, baik dalam berpikir, baik dalam berperilaku, baik dalam berakhlak mulia, ataupun dari segi kehidupan yang lainnya. Dengan tujuan pendidikan karakter maka fungsi pendidikan karakter sebagai penopang dari tingkah laku peserta didik untuk mengetahui benar salah, baik buruk, dan sesuai nilai-nilai luhur Pancasila.

3. Macam-Macam Nilai Pendidikan Karakter

Setiap satuan pendidikan mengambil nilai inti yang akan dikembangkan di sekolah masing-masing. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat visi dan misi sekolah, tradisi budaya di sekeliling, keinginan warga sekolah, kehendak para pemegang kepentingan di sekolah, kondisi lingkungan, dan sebagainya. Pengembangan atau pembentukan pendidikan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah dan stakeholders-nya untuk menjadi pijakan utama dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah. Pengembangan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Amanah UU No. 20 Tahun 2003 bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau bekarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafaskan nilai-nilai luhur agama dan bangsa. 35 Daryanto dan Suryatri Darmiatun,. Op, Cit., h. 44 Pengembangan karakter merupakan proses yang terjadi secara terus-menerus. Karakter bukanlah hasil atau produk melainkan usaha hidup. Usaha ini akan semakin efektif, ketika manusia melakukan apa yang menjadi kemampuan yang dimiliki oleh individu. Proses pendidikan karakter tidak mudah untuk dibangun pada setiap individu maupun kelompok karena dalam prosesnya banyak faktor yang menentukan keberhasilan dalam membentuk manusia karakter. Kekuatan dalam proses pembentukan karakter sangat ditentukan oleh realitas sosial yang bersifat subjektif yang dimiliki oleh individu dan realitas objektif di luar individu yang mempunyai pengaruh sangat kuat dalam membentuk pribadi yang berkarakter. 36 Pengembangan karakter sebagai proses yang tiada henti terbagi menjadi empat tahapan: pertama, pada usia dini, disebut sebagai tahapan pembentukan karakter; kedua, pada usia remaja, disebut sebagai tahap pengembangan; ketiga, pada usia dewasa, disebut sebagai tahap pemantapan; dan keempat, pada usia tua, disebut sebagai tahap pembijaksanaan. Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan knowing, perilaku acting, menuju kebiasaan habit. 37 Karakter tersebut dikembangkan melalui tahap pengetahuan, pelaksanaan, dan kebiasaan. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik, yaitu moral knowing, moral feeling atau perasaan, dan moral action atau moral perbuatan. Hal ini diperlukan agar peserta didik dan warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan mengerjakan nilai-nilai kebajikan moral. Pada dasarnya setiap individu memiliki ciri, sifat bawaan heredity, dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan sekitarnya. Ahli psikologi berpendapat bahwa kepribadian dibentuk oleh perpaduan faktor pembawaan dan lingkungan. Karakteristik bawaan, baik yang bersifat biologis maupun psikologis, dimiliki sejak lahir. Apa yang dipikirkan, dikerjakan, atau dirasakan seseorang, atau merupakan hasil 36 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kecana Prenada Media Group, 2011, ed. I, cet. I, h. 198 37 Ibid., h. 110 perpaduan antara apa yang ada di antara faktor-faktor biologis yang diwariskan dan pengaruh lingkungan sekitarnya. 38 Nilai karakter pada diri seseorang tidak bisa hanya dilihat hanya dari satu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam ajaran agama islam, semua hal yang berhubungan dengan nilai karakter selalu dikaitkan oleh sikap yang dimiliki oleh Rasulullah SWA. Beliau dikenal memiliki sifat SFAT sidiq, fathonah, amanah ,tabligh. Secara garis besar makna-makna karakter tersebut adalah sebagai berikut: a. Shidiq, bermakna kejujuran, yakni jujur di dalam ungkapan, sifat dan tindakan yang terkait dengan tanggung jawabnya sebagai pemimpin. b. Amanah, apat dipercaya. c. Fathonah artinya cerdas, juga cerdik. d. Tabligh bermakna menyampaikan perintah atau sesuatu amanah yang dipercayakan kepadanya, atau aturan-aturan yang berlaku di organisasinya kepada seluruh jajaran di bawahnya. 39 Secara sederhana, Shiddiq artinya benar atau jujur. Seorang Nabi atau Rasul pasti adalah orang yang benar dalam semua aspek hidupnya, tutur kata dan tingkah lakunya. 40 Amanah, artinya dapat dipercaya atau bertanggungjawab. Orang yang amanah menyadari apa pun yang dia dapatkan sebagai sesuatu yang pasti akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Baik itu jabatan, kepandaian, kesehatan, harta, kekayaan, bahkan diri mereka sendiri, merupakan yang mesti dipertanggungjawabkan. 41 Fathanah artinya kepandaian, kecerdasan, kapabilitas atau pun profesionalitas. Orang bisa disebut fathanah karena dia memiliki kecerdasan dan kecakapan 38 Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Pustaka Setia, 2010, cet. III, h. 12 39 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model: Pendidikan Karakter, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, cet. I, h. 97-99 40 Hamka Abdul Aziz, Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati, Jakarta: Al- Mawardi Prima, 2011, cet. II, h. 129 41 Ibid., h. 132 di posisi mana pun dia ditempatkan atau ditugaskan. Tapi satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa sifat fathanah ini bukan semata- mata kecerdasan, kemahiran maupun profesionalitas, tapi sifat ini didasari oleh moralitas yang tinggi dan akhlak yang mulia. 42 Tabligh artinya keterbukaan atau transparasi. Orang-orang yang mempunyai sifat tabligh pastilah pribadi-pribadi yang menyenangkan, karena mereka adalah pribadi yang hangat, akrab dan terbuka. Kehadiran mereka di tengah-tengah masyarakat menjadi panutan dan selalu dapat dibanggakan. 43 Dengan kata lain, segala sesuatu sifat yang ada dalam diri Rasulullah SAW hendaknya menjadi acuan untuk berperilaku agar dapat menjadi manusia yang bernilai karakter atau bersifat Uswatun Hasanah. Pendidikan karakter yang dikembangkan tidak terlepas dari budaya bangsa. Dalam rangka memperkuat pelaksanaan serta pengembangan pendidikan karakter, baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat, Pemerintah telah mengidentifikasi 18 delapan belas nilai yang bersumber dari agama, budaya dan falsafah bangsa. Nilai karakter yang harus dikembangkan dalam setiap instansi pendidikan, sebagai berikut: a. Religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. b. Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. c. Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. d. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 42 Ibid., h. 135 43 Ibid., h. 140 e. Kerja keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh- sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. f. Kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dadri sesuatu yang telah dimiliki. g. Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. h. Demokratis: cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. i. Rasa ingin tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar. j. Semangat kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. k. Cinta tanah air: cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. l. Menghargai prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain. m. Bersahabatkomunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. n. Cinta damai: sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. o. Gemar membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. p. Peduli lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. q. Peduli sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. r. Tanggung jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam alam, sosial dan budaya, Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. 44 44 Daryanto dan Suryatri Darmiatun, Op. Cit., h. 70-71 Selain itu, Ratna Megawangi, pencetus pendidikan karakter di Indonesia telah menyusun 9 sembilan pilar karakter mulia yang selayaknya dijadikan acuan dalam pengembangan pendidikan karakter, baik di sekolah maupun di luar sekolah, yaitu sebagai berikut: a. Cinta Allah dan kebenaran b. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri c. Jujur d. Hormat dan santun e. Kasih sayang, peduli, dan kerja sama f. Percaya diri, kreatif, kerja sama, dan pantang menyerah g. Adil dan berjiwa kepemimpinan h. Baik dan rendah hati i. Toleran dan cinta damai. 45 Dalam perspektif Islam, nilai-nilai karakter yang dikembangkan di atas sesungguhnya merupakan bagian dari akhlak terpuji akhlaq mahmudah, yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Perilaku Rasulullah dalam hidup kesehariannya adalah model karakter seorang Muslim yang sebenarnya. Berikut ini beberapa contoh karakter mulia yang harus diinternalisasikan dan di impelementasikan dalam setiap kehidupan Muslim, terutama pada anak-anak dalam lingkungannya sehari-hari, diantaranya: a. Keimanan dan ketakwaan b. Kejujuran c. Displin d. Percaya diri e. Tanggung jawab f. Keadilan g. Sopan santun h. Pemaaf i. Sabar, dan Peduli. 46 45 Amirulloh Syarbini,. Op, Cit., h. 39 Indikator keberhasilan pendidikan karakter menurut Agus Zaenul Fitri, antara lain: a. Religius yaitu dengan mengucapkan salam, berdoa sebelum dan sesudah belajar, melaksanakan ibadah keagamaan, merayakan hari besar keagamaan. b. Jujur yaitu dengan membuat dan mengerjakan tugas secara benar, tidak menyontek atau memberi sontekan, membangun koperasi dan kantin kejujuran, melaporkan kegiatan sekolah secara transparan, melakukan sistem perekrutan siswa secara benar dan adil, melakukan sistem penilaian yang akuntabel dan tidak melakukan manipulasi. c. Toleransi yaitu dengan memperlakukan orang lain dengan cara yang sama dan tidak membeda-bedakan agama, suku, ras, dan golongan serta menghargai perbedaan yang ada tanpa melecehkan kelompok yang lain. d. Disiplin yaitu guru dan siswa hadir tepat waktu, menegakkan prinsip dengan memberikan punishment bagi yang melanggar dan reward bagi yang berprestasi, dan menjalankan tata tertib sekolah. e. Mandiri yaitu dengan melatih siswa agar mampu bekerja secara mandiri dan membangun kemandirian siswa melalui tugas-tugas yang bersifat individu. f. Komunikatif yaitu dengan saling menghargai dan menghormati, guru menyayangi siswa dan siswa menghormati guru, tidak menjaga jarak, dan tidak membeda- bedakan dalam berkomunikasi. g. Tanggung jawab yaitu dengan mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik, bertanggung jawab yang telah ditetapkan, mengerjakan tugas kelompok secara bersama- sama. 47 Hal yang paling mendasar dalam proses pendidikan adalah membentuk dan mengembangkan karakter seorang anak yang terlibat langsung secara aktif dalam proses tersebut. Namun perlu disadari bahwa setiap anak didik memiliki latar belakang yang berbeda-beda, mereka dikarunia oleh beragam macam potensi yang diberikan oleh Sang Pencipta-Nya. Oleh karena itu, pengembangan karakter diperlukan untuk menanamkan cita-cita setiap anak, guna membentuk karakter yang kuat dalam menghadapi kehidupannya. 46 Ibid., h. 40 47 Agus Zaenul Fitri, Op. Cit., h. 40-43 Jadi dengan adanya pendidikan karakter, dapat tumbuhnya nilai moral yang selama ini sedikit-sedikit mulai hilang tergerus oleh perkembangan zaman sehingga nantinya akan berpengaruh pada dunia pendidikan yang selama ini telah berperan banyak dalam pengembangan dan pembangunan karakter pada siswa-siswanya. Karena pendidikan karakter merupakan pondasi utama yang harus dikembangkan dalam setiap diri masing-masing siswa, kemudian proses pengembangan nilai karakter ini harus ditanamkan dan dibiasakan sehingga kelak tidak habis dimakan waktu dan akan terus melekat pada diri individu. Sejalan dengan nilai-nilai karakter di atas, setiap individu dapat membentuk karakter yang khas pada dirinya sesuai dengan lingkungannya yang dapat diharapkan. Dari uraian di atas dapat ditegaskan kembali, bahwa untuk menyukseskan pendidikan dalam perkembangan si anak perlu dilakukan identifikasi nilai-nilai karakter, karena pendidikan karakter tanpa identifikasi nilai-nilai karakter hanya menjadi perjalanan panjang tanpa ujungnya. Oleh karena itu, dalam pendidikan sudah sepatutnya mengembangkan pedidikan yang berlandaskan nilai karakter. Nilai- nilai karakter tersebut bisa bersumber dari ajaran agama maupun budaya bangsa, atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam penelitian ini, karakter yang digunakan berpacu pada 18 nilai-nilai karakter yang telah di keluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai grand desain yang ada dalam pendidikan karakter. Acuan 18 nilai karakter ini ialah hal mendasar yang harus diutamakan dalam institusi-institusi pendidikan di Indonesia. Dengan tujuan nilai-nilai yang diterapkan oleh setiap anak agar menghasilkan generasi bangsa yang tidak cerdas dalam akademis saja tetapi juga cerdas akan akhlaq, moral, dan berperilaku sesuai nilai agama dan bangsa yang berlaku.

4. Komponen-komponen dalam Pendidikan Karakter