dulu. Kalau anak diminta untuk bersalaman dan mengucapkan salam, maka kita tidak meminta anak mengucap salam, tapi kita juga diusahakan terlebih
dahulu memberikan salam kepada mereka. Kemudian pembiasaan sholat dhuha atau sholat fardhu, maka sebelum anak-anak digiring untuk menuju
masjid, ya.. gurunya sudah berwudhu dulu dan sudah siap untuk melakukan sholat, sehingga ketika kita mengingatkan anak untuk sholat, bukan ‘nak
sholat nak’, tapi kita mengajak ‘nak mari kita sholat’, jadi istilah kita
mengajak bukan merintah dan itu salah satunya suatu figur atau keteladanan bagi guru.
9. Apakah BapakIbu memberikan pengawasan terhadap pelaksanaan
pembiasaan karakter di sekolah ini?
Jawaban : Pengawasan saya dimulai dari evaluasi penjadwalan, jadi ketika pelaksanaan misalnya sholat dhuha atau sholat
fardhu berjama’ah itu kadang ada beberapa guru saat itu mungkin tidak bisa karena ada keperluan lain yang
mengharuskan mereka tidak berjama’ah, terutama kepada ibu-ibu yang kadang ada menstruasi maka kita buatkan jadwal. Dari jadwal itu yang dibuat oleh
wa kil qiro’ati, kita bisa evaluasi siapa-siapa saja yang tidak hadir dalam
sholat. Kemudian untuk siswanya, saya langsung yang memberikan arahan dan mengingatkan secara langsung, bisa dari segi tata cara wudhu yang belum
benar dan langsung diperbaiki oleh si anak itu sendiri.
10. Apa saja kendala dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah?
Serta upaya apa yang dilakukan oleh pihak sekolah?
Jawaban : mungkin bukan kendala tapi tantangan buat saya, tantangan itu artinya membuat kita semangat untuk selalu meningkatkan apa yang menjadi
kekurangan kita, karena memang tidak ada pekerjaan yang kita lakukan itu hasilnya sempurna pasti ada kekurangan atau kelemahan, maka dari tantangan
atau kelemahan itulah kita belajar, kita perbaiki dan kita carikan solusi.
11. Selama ini, sejauh mana atau hasil apa yang telah dicapai sekolah dalam
menerapkan pendidikan karakter di sekolah? Bagi siswa?
Bagi tenaga pendidik guru ?
Jawaban : Untuk siswa, Alhamdulillah untuk saat ini di bawah bimbingan dewan guru tidak ada dan jangan sampai ada, dengan adanya kenakalan-
kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak kita, baik saat mereka berada di lingkungan
kita atau di luar. Walaupun, yaa… kita bukan malaikat yang selalu memantau mereka ketika mereka di luar lingkungan sekolah, tetap mereka
murid kita walaupun secara formal mereka bukan tanggung jawab kita. Pendidikan itu juga dipengaruhi oleh lingkungan juga, tapi kita juga berusaha
sebaik mungkin untuk membentuk karakter mereka yang baik dan karakter yang berbudi selama masih dibawah tanggung jawab kita. Serta selama
mereka masih belajar di sekolah ini, kita selalu memberikan nasehat-nasehat kepada mereka bahwa dimanapun mereka berada harus tetap bersikap karakter
yang berakhlakul karimah. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya kepercayaan masyarakat yang menyekolahkan anaknya disini, karena dipandang ketika
orang tua memasukkan anaknya di sini, maka mereka dapat melihat perubahan-perubahan baik pada diri anak mereka masing-masing.
Adapun bagi tenaga pendidik, sampai sejauh ini tidak ada sih dari apa yang sudah kita coba buatkan programnya itu, tidak ada pendidik yang
menolak atau keberatan dengan program pengembangan karakter itu, tadi kalaupun itu ada kendala itu sifatnya bukan kendala tapi tantangan untuk
memperbaiki hal-hal yang belum kita capai secara maksimal.
Mengetahui,
Interviewee Interviewer
Kepala Sekolah Penulis
Abdullah, S.Pd.I Nuning Yulistika
Lampiran 5
Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Bidang Kurikulum
Nama : Hendra Gumilar, S.Sos.I
Jabatan : Wakil Kepala Bidang Kurikulum
HariTanggal : Jum’at, 14 Oktober 2016
Tempat : Kantor Wakil Kepala Sekolah
Waktu : 10.15 WIB
1. Bagaimana pendapat BapakIbu mengenai pendidikan karakter pada