4. Komponen-komponen dalam Pendidikan Karakter
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen stakeholders harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,
pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan
sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler, peneladanan tenaga
pendidik dan kependidikan, pemberdayaan sarana perasarana, pembiayaan, dan seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Komponen-komponen dalam pendidikan karakter meliputi: a.
Kurikulum Menurut Zakiah Daradjat kurikulum merupakan suatu
program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.
48
Mengingat k
urikulum adalah “ruh” dari pendidikan itu sendiri. Kurikulum dirancang untuk memberikan peluang seluas-
luasnya bagi sekolah dan tenaga pendidik untuk melakukan praktik-praktik pendidikan dalam rangka mengembangkan semua
potensi yang dimiliki peserta didik, baik melalui proses pembelajaran di kelas maupun melalui program pengembangan
diri. Karena
sekolah yang
telah berkomitmen
untuk mengembangkan karakter tentunya sudah ada di dalam kurikulum,
baik dalam kurikulum tertulis maupun kurikulum tersembunyi. Menurut Mansur Muchlis, hal ini mencakup apa yang
sering disebut dengan istilah 1 kurikulum tersembunyi, hidden
curriculum: upacara
dan prosedur
sekolah, keteladanan guru, hubungan siswa dengan guru, straf sekolah,
kebijakan disiplin, penilaian pembelajaran, pengelolaan lingkungan sekolah, kebijakan disiplin; 2 kurikulum
akademik, academic curriculum: mata pelajaran inti, termasuk kurikulum kesehatan jasmani; dan 3 program-
program ekstrakurikuler, extracurricular programs: tim
48
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2014, Cet. 11, h. 122
olahrga, klub, proyek pelayanan, dan kegiatan-kegiatan setelah jam sekolah.
49
Pada prinsipnya, pengembangan kurikulum pendidikan karakter tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan, tetapi
terintegrasi ke dalam mata-mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah.
Tabel. 2.1 Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum Sekolah
50
No Implementasi Pendidikan
Karakter Bentuk Pelaksanaan Kegiatan
1 Integrasi dalam mata
pelajaran yang ada Mengembangkan silabus dan RPP
pada kompetensi yang telah ada sesuai dengan nilai yang akan
diterapkan.
2 Mata pelajaran dalam
muatan lokal mulok Ditetapkan oleh sekolah daerah.
Kompetensi dikembangkan oleh sekolah daerah.
3 Kegiatan pengembangan
diri Pembudayaan dan pembiasaan,
berupa: pengondisian, kegiatan rutin,
kegiatan spontanitas,
keteladanan, dan
kegiatan terprogram.
Ekstrakurikuler, seperti Pramuka, PMR, kantin kejujuran, UKS,
KIR, olahraga dan seni, OSIS dan sebagainya.
49
Mansur Muslich, Pendidikan
Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011, Cet. II, h. 130
50
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsepsi Implementasinya secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, h. 109
Bimbingan konseling,
yaitu pemberian layanan bagi anak
yang mengalami masalah.
b. Guru
Dalam kamus besar bahasa Indonesia guru adalah seseorang yang profesinya mengajar. Dalam bahasa Arab disebut
mu’alim dan dalam bahasa Inggris disebut Teacher. Itu semua memiliki arti
yang sederhana yakni “A Person Occupation is Teaching Other”
artinya Guru ialah seorang yang pekerjaannya mengajar.
51
Dalam UU Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005, disebutkan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
52
Guru merupakan SDM yang memberikan pengalaman kepada peserta didik sebagai wujud komitmennya terhadap implementasi
pendidikan karakter.
53
Artinya, guru memegang peranan penting untuk mengarahkan, mendidik, melatih, dan mengevaluasi peserta
didik dalam mengembangkan serta membentuk karakter siswa. Dalam pengembangan pendidikan karakter peserta didik di
sekolah, guru memiliki posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Beberapa strategi yang dapat memainkan peranannya secara
optimal dalam hal penerapan pendidikan karakter, sebagai berikut: 1
Optimalisasi peran guru dalam proses pembelajaran.
54
Artinya guru berperan sebagai seseorang yang membimbing, dan
51
Aris Shoimin, Guru Berkarakter Untuk Implementasi Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Gava Media, 2014, Cet. I, h. 8
52
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Pendidikan Karakter: Konsep Dan Implementasinya Di Sekolah, Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2012, h. 81
53
Ibid.,. 50
54
Aris Shoimin. Ibid., h. 79
memfasilitasi dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat menemukan hasil belajarnya.
2 Integrasi materi pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran.
55
Artinya guru dituntut untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan karakter.
3 Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan diri yang berwawasan
pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia.
56
Dalam hal ini para
guru menjadikan
pembiasaan pada
kegiatan pengembangan akhlak mulia.
4 Penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh
dan berkembangnya karakter peserta didik.
57
Artinya guru harus memfasilitasi serta melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter 5
Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam pengembangan pendidikan karakter.
58
6 Menjadi figur teladan bagi peserta didik.
59
Dalam uraian di atas telah menggambarkan bahwa guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah yang
berkedudukan sebagai seseorang yang menghasilkan perubahan pada peserta didik. Bagi peranan sebagai orang yang
mempengaruhi lingkungan sekolah, maka keteladanan seorang guru merupakan faktor yang mutlak dalam pengembangan
pendidikan karakter
peserta didik
yang efektif,
karena kedudukannya sebagai figur yang dapat ditiru oleh peserta didik.
c. Siswa
Siswa atau peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-
55
Ibid.,
56
Ibid.,
57
Ibid.,
58
Ibid., h. 80
59
Ibid.,
mengajar. Tanpa adanya pelaku siswa, maka sekolah tidak akan bisa melangsungkan proses pendidikan.
Komponen siswa, yaitu subjek belajar yang akan melalui proses transformasi nilai-nilai luhur dalam implementasi
pendidikan karakter di sekolah.
60
Dalam hal ini, peranan adanya pelaksanaan pendidikan karakter maka akan memberi pengaruh
kepada siswa, terutama pada perubahan tingkah laku. d.
Sarana dan Prasarana Komponen lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan
kegiatan adalah faktor sarana prasarana dan dana. Sering terjadi kegiatan pendidikan karakter dilaksanakan karena kurangnya dana
dan fasilitas
pendukung. Karenanya
pendidikan karakter
merupakan kegiatan secara tidak tertulis atau yang biasa disebut dengan hidden curriculum, namun peran yang memiliki oleh
kegiatan ini dalam konteks pembentukan manusia seutuhnya sama pentingnya dengan kegiatan-kegiatan kurikuler.
Yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah semua fasiltas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang
bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien.
Pada penelitian ini yang dimaksud dengan sarana adalah fasilitas fisik yang digunakan dalam kegiatan program pendidikan
karakter, seperti
halnya pengajaran
di kelas,
kegiatan ekstrakurikuler akan dapat berjalan lancar jika ditunjang dengan
tersedianya sarana prasarana yang memadai. Dalam rangka menerapkan pendidikan karakter pihak sekolah
menambah tempat sampah dan memisahkan sampah basah dan kering dengan warna yang berbeda. Disediakan kotak temuan
60
Novan Ardy Wiyani,. Op, Cit., h. 50
barang hilang di depan kantor kepala sekolah dan juga disediakan buku kejujuran.
61
B. Implementasi Program Pendidikan Karakter