Strategi Program Pendidikan Karakter

upaya menggerakkan atau mendorong anak untuk mengaplikasikan nilai-nilai karakter. 75 c. Peneladanan Pentingnya keteladanan dalam mendidik anak menjadi pesan kuat dari Al- Qur’an. Sebab keteladanan adalah sarana penting dalam pembentukan karakter seseorang. Oleh karena itu, keteladanan merupakan syarat utama dalam suatu proses pendidikan karakter. Tidak ada makna pendidikan karakter jika tidak ada keteladanan. 76 d. Pembiasaan Dalam pendidikan dan pembinaan karakter melalui pola pembiasaan bagi anak, maka orang tua atau guru harus dapat berperan sebagai pembimbing spritiual yang mampu mengarahkan dan memberikan contoh, menuntun, mengarahkan sehingga anak berada pada jalan yang baik. 77 e. Penegak Aturan Bentuk usaha lain yang dapat diterapkan untuk membentuk karakter anak adalah penegakan aturan. Esensi penegakan aturan adalah memberikan batasan yang tegas dan jelas mana yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan, serta mana yang boleh dan tidak boleh dikerjakan. Contoh kecil, siswa tau mengapa ia harus membuang sampah pada tempatnya. 78

4. Strategi Program Pendidikan Karakter

Dengan program pendidikan karakter yang sudah dibahas sebelumnya, maka dapat dilakukan strategi dalam pengintegrasian karakter yang diterapkandilaksanakan pada lembaga formal pendidikan, dengan menyisipkan ke dalam kegiatan-kegiatan yang ada 75 Ibid., h. 83 76 Ibid., h. 85 77 Ibid., h. 89 78 Ibid., h. 90 di sekolah misalkan dengan program pengembangan budaya sekolah yang kemudian dilaksanakan melalui pengembangan diri siswa dan diterapkan dengan berbagai cara demi ketercapaiannya pendidikan karakter pada siswa. Penerapan pendidikan budi pekerti dapat dilakukan dengan berbagai strategi pengintegrasian. Strategi yang dapat dilakukan adalah 1 pengintegrasian dalam kegiatan sehari-hari, dan 2 pengintegrasian dalam kegiatan yang diprogramkan. a. Pengintegrasian dalam kegiatan sehari-hari Pelaksanaan strategi ini dapat dilakukan melalui cara berikut: i. Keteladanancontoh Kegiatan pemberi contohteladan ini bisa dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, staf administrasi di sekolah yang dapat dijadikan model bagi peserta didik. ii. Kegiatan spontan Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilaksanakan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui sikaptingkah laku peserta didik yang kurang baik, seperti meminta sesuatu dengan berteriak, mencoret dinding. iii. Teguran Guru perlu menegur peserta didik yang melakukan perilaku buruk dan mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik sehingga guru dapat membantu mengubah tingkah laku mereka. iv. Pengkondisian lingkungan Suasana sekolah dikondisikan sedemikian rupa dengan penyediaan sarana fisik. Contoh: penyediaan tempat sampah, jam dinding, slogan-slogan mengenai budi pekerti yang mudah dibaca oleh peserta didik, aturantata tertib sekolah yang ditempelkan pada tempat yang strategis sehingga setiap peserta didik mudah membacanya. v. Kegiatan rutin Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus-menerus dan konsisten setiap anak. Contoh kegiatan ini adalah berbaris masuk ruang kelas, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain, membersihkan kelasbelajar. 79 b. Pengintegrasian dalam kegiatan yang di programkan Strategi ini dilaksanakan setelah terlebih dahulu guru membuat perencanaan atas nilai-nilai yang akan diintegrasikan dalam kegiatan tertentu. Hal ini dilakukan jika guru menganggap perlu memberikan pemahaman atau prinsip-prinsip moral yang diperlukan. Nilai-nilai yang diintegrasikan, antara lain: 1 Taat kepada ajaran agama diintegrasikan pada kegiatan peringatan hari-hari besar keagamaan. 2 Toleransi diintegrasikan pada saat kegiatan yang menggunakan metode tanya jawab, diskusi kelompok. 3 Disiplin diintegrasikan pada saat kegiatan olah-raga, upacara bendera, dan menyelesaikan tugas yang diberikan guru. 4 Tanggung jawab diintegrasikan pada saat tugas piket kebersihan kelas dan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. 5 Kasih sayang diintegrasikan pada saat melakukan kegiatan sosial dan kegiatan melestarikan lingkungan. 6 Gotong royong diintegrasikan pada saat kegiatan berceritadiskusi tentang gotong royong, menyelesaikan tugas-tugas keterampilan. 7 Kesetiakawanan diintegrasikan pada saat kegiatan berceritadiskusi misalnya mengenai kegiatan koperasi, pemberian sumbangan. 8 Hormat-menghormati diintegrasikan pada saat menyampaikan lagu-lagu tentang hormat menghormati, saat kegiatan bermain drama. 79 Mansur Muslich,. Op, Cit., h. 175-176 9 Sopan santun diintegrasikan pada kegiatan bermain drama, berlatih membuat surat. 10 Jujur diintegrasikan pada saat melakukan percobaan, menghitung, bermain, bertanding. 80 Pendapat serupa yang ditulis oleh Daryanto dan Suryatri dalam bukunya, bahwa untuk mengimplementasikan pendidikan karakter bisa dengan program pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu: a. Kegiatan rutin Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan, berbaris ke tika masuk kelas, berdo’a sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman. b. Kegiatan spontan Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga, misalnya, mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana. c. Keteladanan Merupakan perilaku, sikap guru, tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan- tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin kehadiran guru yang lebih awal dibanding peserta didik, kebersihan, kerapihan, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur, dan kerja keras dan percaya diri. d. Pengkondisian Pengkondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya kebersihan badan dan pakaian, toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak di sekolah dan di dalam kelas. e. Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler Terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan ektrakurikuler yang mendukung pendidikan karakter memerlukan perangkat pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia, dan revitalisasi kegiatan yang sudah dilakukan sekolah. 80 Ibid., h. 176-177 f. Kegiatan seluruh di rumah dan di masyarakat Dalam kegiatan ini di sekolah mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakater yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat. 81 Sebenarnya penerapan karakter baik dalam kehidupan sehari-hari sangat diperlukan sehingga bukan sekedar tahu karakter baik dan karakter buruk. Departemen Pendidikan Nasional 2010 berupaya melakukan penataan kembali supaya pendidikan karakter berkembang terus tanpa ada batas ruang, waktu, dan tempat. 82 Jadi, pendidikan karakter sifatnya adalah: a. Berkelanjutan; b. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah; c. Nilai tidak diajarkan, tetapi dikembangkan. 83 Di dalam lingkungan pendidikan, pendidikan karakter harus terintegrasi dalam kegiatan sekolah, seperti; a. Komunikasi label positif; b. Pemberian label positif; c. Guru dengan standar training untuk menerapkan pendidikan karakter; d. Kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan karkater. 84 Selain itu, pentingnya pelaksanaan program pendidikan karakter ini dilakukan agar dalam pembiasaan siswa di sekolah dapat berjalan dengan terencana dan nantinya siswa dapat mengerti bahwa di dalam kehidupannya perlu adanya pembiasaan diri untuk berperilaku agar dirinya menjadi manusia berkarakter yang sesungguhnya. Kelak jika dewasa, mereka dapat menemukan jati dirinya sebagai manusia dengan satu kesatuan yang utuh. 81 Daryanto dan Suryatri Darmiatun, Op. Cit., h. 75-76 82 Anas Salahudin M., dan Irwanto Alkhrienche., Op. Cit., h. 141 83 Ibid., 84 Ibid., Munculnya gagasan program pendidikan karakter dalam pendidikan di Indonesia saat ini dapat dimaklumi, sebab selama ini pendidikan masih berorientasi pada nilai akademis semata dan kurang matang dalam hal melaksanakan program di dalam sekolah. Akibatnya banyak generasi lulusan bangsa yang mempunyai pikiran cerdas tapi mental dan moralnya lemah. Contohnya saja, banyak para koruptor yang berasal dari kalangan kaum terdidik, selain itu banyaknya marak para guru dan kepala sekolah yang dengan sengaja membocorkan soal Ujian Nasional kepada siswa-siswanya membuktikan bahwa pentingnya menerapkan nilai-nilai karakter dalam pendidikan harus diawali dari perencanaan awal di dalam sekolah. Untuk mengetahui bagaimana implementasi program karakter di sekolah tempat penelitian, maka penulis memilih menggunakan strategi pendidikan karakter yang dikutip dan ditulis oleh Daryanto dan Suryatri Darmiatun bukunya, karena dengan program pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui pengembangan diri akan menghasilkan karakter siswa yang baik, sehingga anak dapat mencerminkan karakter yang bermutu untuk membawa diri ke dalam lingkungan dimana ia berada.

C. Hasil Penelitian yang Relevan