akan menjadi karakter yang kuat, dari sisi akademis mereka mampu bersaing dan sisi spritualnya mereka juga kuat.
6. Strategi apa yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mencapai
keberhasilan pendidikan karakter?
Jawaban : Strategi yang kita lakukan dengan cara menyampaikan materi secara kontinu dan dengan pembiasan-pembiasaan. Kemudian langkah strategi
untuk mencapai keberhasilan pendidikan karakter adalah dengan memberikan kesempatan, satu melakukan kegiatan-kegiatan yang bernafaskan spiritual dan
memberi kesempatan setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama. Contoh kasus, anak setiap harinya diadakan ikrar, pembacaan janji siswa,
tadarus, maka untuk membimbing anak mendapatkan kesempatan sesuai dengan regu piket. Sehingga dengan begitu tidak ada anak yang tidak tampil,
semuanya tampil entah satu minggu sekali atau minggu sekali. Kalau kelas bawah sifatnya masih bimbingan, tapi mereka yang sudah kelas atas
melakukan sendiri, paling kalau ada kesalahan ucapan ditegur atau diingatkan.
7. Bagaimana metode yang digunakan pada pembiasaan pendidikan
karakter akademik dan non akademik di sekolah?
Jawaban : Metodenya itu bisa dengan penugasan, seperti tadi yang sesuai jadwal piket untuk pembacaan di depan semua anak dan dengan demostrasi,
artiya mereka langsung demonstrasikan apa yang dilakukan sesuai dengan tanggung jawab mereka di hari itu. Mungkin disanah dikaitkan dengan RPP
ada metode ceramah, artinya mereka diberikan penugasan melalui ceramah tetapi bukan ceramah pada umumnya.
8. Menurut BapakIbu, apakah yang dimaksud dengan keteladanan?
Bagaimana guru-guru di sekolah ini memberikan teladan kepada siswa- siswa?
Jawaban : Keteladanan sama dengan figur atau contoh, jadi yang dimaksud dengan keteladanan itu memberikan contoh kepada anak hal-hal yang baik
tentunya, atau kita sebagai seorang guru harus bisa menjadi figur yang baik buat mereka, dimulai dari pakaian, dari tutur kata, dari sikap. Pakaian kalau
misal kita akan memberikan peneguran kepada anak, ya.. gurunya harus rapih
dulu. Kalau anak diminta untuk bersalaman dan mengucapkan salam, maka kita tidak meminta anak mengucap salam, tapi kita juga diusahakan terlebih
dahulu memberikan salam kepada mereka. Kemudian pembiasaan sholat dhuha atau sholat fardhu, maka sebelum anak-anak digiring untuk menuju
masjid, ya.. gurunya sudah berwudhu dulu dan sudah siap untuk melakukan sholat, sehingga ketika kita mengingatkan anak untuk sholat, bukan ‘nak
sholat nak’, tapi kita mengajak ‘nak mari kita sholat’, jadi istilah kita
mengajak bukan merintah dan itu salah satunya suatu figur atau keteladanan bagi guru.
9. Apakah BapakIbu memberikan pengawasan terhadap pelaksanaan
pembiasaan karakter di sekolah ini?
Jawaban : Pengawasan saya dimulai dari evaluasi penjadwalan, jadi ketika pelaksanaan misalnya sholat dhuha atau sholat
fardhu berjama’ah itu kadang ada beberapa guru saat itu mungkin tidak bisa karena ada keperluan lain yang
mengharuskan mereka tidak berjama’ah, terutama kepada ibu-ibu yang kadang ada menstruasi maka kita buatkan jadwal. Dari jadwal itu yang dibuat oleh
wa kil qiro’ati, kita bisa evaluasi siapa-siapa saja yang tidak hadir dalam
sholat. Kemudian untuk siswanya, saya langsung yang memberikan arahan dan mengingatkan secara langsung, bisa dari segi tata cara wudhu yang belum
benar dan langsung diperbaiki oleh si anak itu sendiri.
10. Apa saja kendala dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah?