Sebab Khusus Perlawanan Diponegoro 1825 – 1830

8 6 IPS SMPMTs Kelas VIII Dari Plered, pertahanan Pangeran Diponegoro dipindahkan lagi ke Deksa. Belanda mengalami kesulitan dalam menghadapi pasukan Diponegoro. Belanda terpaksa mendatangkan pasukan tambahan dari negeri Belanda. Namun, pasukan tambahan Belanda tersebut dapat dihancurkan oleh pasukan Diponegoro. Akibat berbagai kekalahan perang pada periode tahun 1825 – 1826 Belanda pada tahun 1827 mengangkat Jenderal De Kock menjadi panglima seluruh pasukan Belanda di Jawa. Belanda menggunakan siasat perang baru yang dikenal dengan ”Benteng Stelsell”, yaitu setiap daerah yang dikuasai didirikan benteng untuk mengawasi daerah sekitarnya. Antara benteng yang satu dan benteng lainnya dihubungkan oleh pasukan gerak cepat. Benteng Stelsell atau Sistem Benteng ini mulai dilaksanakan oleh Jenderal De Kock pada tahun 1827. Tujuannya adalah untuk mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro dengan jalan mendirikan pusat-pusat pertahanan berupa benteng- benteng di daerah-daerah yang telah dikuasainya. Sumber: Atlas Sej. Ind dan Dunia, PT. Pembina hal 26 Gambar 5.19 Kyai Maja seorang penasihat Perang Diponegoro, beliau seorang ulama dari daerah Surakarta, meninggal pada tanggal 20 Desember 1849 di Tondano Sumber: Atlas Sej. Ind dan Dunia, PT Pembina hal 26 Gambar 5.20 Sentot Ali Basyah seorang kepala pasukan Diponegoro yang terkenal menyerah pada tahun 1829 dan meninggal pada tanggal 17 April 1855 di Bengkulu Sumber: Atlas dan Lukisan Sej. Nas. Indo. CV. Baru hal. 149 Gambar 5.21 Benteng Stelsell LAUT JAWA PEKALONGAN SEMARANG S e m a r a n g Magelang Muntilan BANYUMAS Banyumas

K. Serayu

Kemit Panjar MERDEN KEMIRI Pengasi Brosol Bantul Dekso YOGYAKARTA Pasargede Kalasan Troyan Lenokong SURAKARTA D e l a n g g u Kejiwan Jatinom SURAKARTA ”Benteng Stelsel Belanda 1827-1830 Benteng Belanda di daerah Yogyakarta dan Surakarta Dengan adanya siasat baru ini perlawanan pasukan Diponegoro makin lemah. Di samping itu Belanda berusaha menjauhkan Diponegoro dari pengikutnya. IPS SMPMTs Kelas VIII 8 7

d. Akhir Perlawanan

Penyerahan para pangeran ini secara berturut-turut sangat memukul perasaan Diponegoro. Dalam menghentikan perlawanan Diponegoro, Belanda menempuh jalan yang mungkin. Rupanya Belanda memakai prinsip menghalalkan cara untuk mencapai tujuan dalam menghadapi Diponegoro. Belanda mengajak Pangeran Diponegoro untuk berunding di Magelang, Belanda berjanji seandainya perundingan gagal, Pangeran Diponegoro boleh melanjutkan kembali ke medan perang. Perundingan ini baru dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 1830, setelah Diponegoro beristirahat selama 20 hari karena bulan Ramadhan. Ternyata perundingan ini menemui kegagalan dan dalam perundingan itulah Pangeran Diponegoro ditangkap. Belanda telah mengkhianati Diponegoro. Belanda telah mengkhianati janjinya. Dari Magelang Diponegoro dibawa ke Semarang dan Batavia. Akhirnya diasingkan ke Manado tanggal 3 Mei 1830. Pada tahun 1834 ia dipindahkan ke Makasar sekarang Ujung Pandang dan wafat tanggal 8 Januari 1855 dalam usia 70 tahun.

4. Perlawanan Hasanudin di Sulawesi Selatan

a. Latar Belakang Terjadinya Perlawanan

Perkembangan politik, ekonomi, dan sosial di Sulawesi Selatan pada abad-abad yang lalu sangat dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan itu yang besar pengaruhnya adalah kerajaan Gowa dan kerajaan Bone. Kerajaan Gowa kemudian bersatu dengan kerajaan Tallo, terkenal dengan nama kerajaan Gowa-Tallo. Kerajaan Gowa-Tallo ini bersikap anti Belanda oleh karena Belanda menjalankan politik monopoli perdagangan rempah-rempah, politik ekstirpasi dan mencampuri urusan penggantian tahta politik devide et impera. Di samping itu, Belanda berusaha membatasi pelayaran perahu pinisi orang-orang Makasar di Maluku. Raja-raja Gowa-Tallo berpendapat, bahwa Tuhan Yang Maha Esa menciptakan laut, oleh karena itu siapa pun boleh melayarinya untuk mencari nafkah. Orang-orang suku Makasar dengan perahu pinisinya melayari laut-laut di kepulauan Maluku untuk berdagang rempah-rempah.

b. Jalannya Perlawanan