IPS SMPMTs Kelas VIII
129
Melihat sepak terjang PNI yang gigih dan semakin memperoleh simpati rakyat Indonesia, pemerintah kolonial Belanda menjadi semakin cemas. Pada akhir tahun
1929 tersebar desas-desus PNI akan melakukan pemberontakan pada awal tahun 1930. Maka berdasarkan desas-desus ini pada tanggal 24 Desember 1929, pemerintah
Hindia Belanda mengadakan penggeledahan dan menangkap empat tokoh PNI, yaitu Ir. Soekarno, Gatot Mangkuprodjo, Maskoen, dan Soepriadinata. Mereka diajukan
di depan pengadilan Bandung. Dalam proses peradilan itu Ir. Soekarno melakukan pembelaan dengan judul ”
Indonesia Menggugat” akan tetapi hakim kolonial tetap
menjatuhi hukum penjara kepada keempat tokoh ini. Bagaimana pendapatmu atas nasib yang dialami para tokoh PNI tersebut?
Penangkapan terhadap para tokoh PNI merupakan pukulan berat dan menggoyahkan partai. Pada kongres luar biasa tanggal 25 April 1931 diputuskan
untuk membubarkan PNI. Hal ini menyebabkan pro dan kontra. Mereka yang setuju PNI dibubarkan mendirikan Partai Indonesia Partindo dipimpin Mr. Sartono.
Sedangkan yang tidak setuju PNI dibubarkan masuk ke dalam Pendidikan Nasional Indonesia PNI-Baru dipimpin Moh. Hatta dan Syahrir.
3. Masa Moderat
Partai-partai yang berjuang pada masa radikal bersikap non kooperasi tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda seperti Perhimpunan
Indonesia, Partai Komunis Indonesia, dan Partai Nasional Indonesia. Sejak tahun 1930, perjuangan partai-partai mulai mengubah taktiknya, partai-
partai sudah bersifat moderat agak lunak dan menggunakan taktik kooperasi artinya mau bekerja sama dengan Pemerintah Kolonial Belanda.
Hal-hal apa saja yang menyebabkan perubahan taktik perjuangan tersebut? Penyebabnya adalah karena dunia pada waktu itu dilanda krisis ekonomi malaise.
Hal ini mempengaruhi keadaan ekonomi di Hindia Belanda sehingga berpengaruh terhadap pergerakan nasional. Di samping itu juga karena Pemerintah Hindia Belanda
semakin bersikap keras terhadap partai-partai politik. Apalagi setelah PKI melakukan pemberontakan pada tahun 1926.
Ada dua partai yang bersifat moderat dengan taktik kooperasi yaitu Partai Indonesia Raya dan Gerakan Rakyat Indonesia. Bagaimana perkembangan kedua
partai tersebut? Marilah kita ikuti uraian berikut.
a. Partai Indonesia Raya Parindra
Partai Indonesia Raya merupakan fusi gabungan dari Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia PBI. Penggabungan dua organisasi ini dilaksanakan
pada kongresnya di Surakarta tanggal 25 Desember 1935. Tujuan Partai Indonesia Raya adalah untuk mencapai Indonesia mulia dan
sempurna, dengan dasar nasionalisme Indonesia. Taktik perjuangannya adalah
130
IPS SMPMTs Kelas VIII
kooperasi. Oleh karena itu, Parindra mempunyai wakilnya di Volksraad untuk membela kepentingan rakyat. Selain
perjuangan melalui volksraad Parindra juga melakukan beberapa usaha, antara lain sebagai berikut.
1 Di bidang pertanian dengan mendirikan Perhimpunan
Rukun Tani untuk membantu kehidupan petani dan mendirikan Bank Nasional Indonesia.
2 Di bidang pelayaran dengan membentuk Rukun
Pelayaran Indonesia. Kepengurusan Parindra pada awal terbentuknya organisasi
ini adalah Dr. Sutomo sebagai ketua dan Wuryaningrat sebagai wakil ketua. Sedangkan Kepala Departemen Politik dalam Pengurus besar Parindra adalah
Muhammad Husni Thamrin.
b. Gerakan Rakyat Indonesia Gerindo
Gerakan Rakyat Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937. Tokoh-tokoh partai ini adalah para pemimpin
Partindo yang dibubarkan pada tanggal 18 November 1936. Mereka ada Mr. Sartono, Mr. Amir Syarifudin, Dr. A.K. Gani,
dan Mr. Moh. Yamin. Tujuannya adalah untuk mencapai kemerdekaan di bidang ekonomi, sosial, dan politik.
Dalam waktu singkat, partai ini berkembang dengan cepat dan memperoleh posisi yang kuat sebagai partai yang berhaluan
nasional anti-fasis. Dengan menggunakan taktik kooperasi, Gerindo melakukan aksi perjuangannya. Perkembangan
Gerindo selalu diawasi pemerintah kolonial Belanda, dan pada saat Jepang masuk ke Indonesia partai ini dibubarkan.
4. Masa Bertahan
a. Fraksi Nasional
Perjuangan bangsa Indonesia juga dilakukan wakil-wakil partai yang duduk dalam Volksraad. Dengan dipelopori oleh Moh. Husni Thamrin maka pada tanggal
27 Januari terbentuklah Fraksi Nasional di Jakarta. Terbentuknya Fraksi Nasional ini didorong oleh beberapa hal, di antaranya
tindakan keras pemerintah kolonial Belanda terhadap gerakan politik dengan memperlakukan yang sama antara gerakan yang bersifat non maupun kooperasi.
Terhadap para pemimpin perkumpulan yang moderat, pemerintah kolonial juga melakukan penggeledahan.
Tujuan yang ingin dicapai oleh Fraksi Nasional adalah menjamin adanya kemerdekaan nasional dalam waktu singkat dengan mengusahakan perubahan
ketatanegaraan, menghapuskan jurang perbedaan politik, ekonomi, dan intelektual.
Sumber: Album Pahlawan Bangsa, PT. Mutiara Sumber Widya, hal. 7
Gambar 6.222 Moh. Husni Thamrin
Sumber: Ensiklopedi Indonesia 2, Van Hoeve, hal 1079
Gambar 6.233 A.K. Ghani
IPS SMPMTs Kelas VIII
131
Kegiatan yang dilakukan Fraksi Nasional antara lain pembelaan terhadap para pemimpin PNI yang ditangkap tahun 1930. Di samping itu, juga menentang
pemborosan anggaran pertahanan pemerintah kolonial karena akan mematikan pergerakan nasional. Dilihat dari perjuangannya, Fraksi Nasional ini bersifat radikal.
Perjuangan melalui volksraad ini tidak memuaskan dan suara Fraksi Nasional terpecah dalam menanggapi Petisi Sutarjo.
b. Gabungan Politik Indonesia GAPI
Pada tahun 1939 timbul kembali gagasan untuk membina kerja sama antarpartai politik dalam bentuk federasi gabungan. Pada tanggal 21 Mei 1939 di Jakarta
dibentuklah suatu organisasi kerja sama antarpartai politik dan organisasi yang diberi nama Gabungan Politik Indonesia GAPI. Beberapa peristiwa yang mendorong dan
mempercepat terbentuknya GAPI adalah: 1
Kegagalan petisi Sutarjo. 2
Kegentingan internasional akibat timbulnya fasisme. 3
Sikap pemerintah yang kurang memperhatikan kepentingan-kepentingan bangsa Indonesia.
Partisipasi dan organisasi-organisasi yang tergabung dalam GAPI adalah PSII, Gerindo, PII, Pasundan, Persatuan Minahasa, dan Partai Katholik.
Adapun yang duduk dalam sekretariat GAPI yang pertama kali yaitu Abikusno Tjokrosuyoso dari PSII Penulis Umum, Muhammad Husni Thamrin dari Parindra
Bendahara, dan Mr. Amir Syarifuddin dari Gerindo Pembantu Penulis. Di dalam konferensi pertama GAPI
tanggal 4 Juli 1939 telah dibicarakan aksi GAPI dengan semboyan ”Indonesia
Berparlemen”. Untuk menyokong aksinya, GAPI membentuk Kongres Rakyat
Indonesia. Kongres Rakyat Indonesia pertama tanggal 25 Desember 1939 di
Jakarta telah menetapkan beberapa keputusan yakni penggunaan bendera
merah putih dan lagu Indonesia Raya sebagai bendera dan lagu persatuan Indonesia, serta
peningkatan penggunaan bahasa Indonesia bagi rakyat Indonesia.
Menghadapi tuntutan Indonesia berparlemen yang disuarakan GAPI, pemerintah Belanda membentuk suatu komisi yang terkenal dengan
Komisi Visman, karena
diketuai Dr. EH. Visman. Komisi ini bertugas untuk menyelidiki dan mempelajari perubahan ketatanegaraan yang diinginkan bangsa Indonesia. Karena tidak bekerja
sungguh-sungguh maka tidak membuahkan hasil. Akhirnya situasi politik di Indonesia semakin gawat dengan adanya bayangan Perang Dunia II Perang Pasifik. Pemerintah
Hindia Belanda akan membicarakan tuntutan bangsa Indonesia setelah perang pasifik selesai. Akan tetapi selama perang pasifik, Indonesia diduduki oleh tentara Jepang.
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia V, BP, 1993, hal. 350
Gambar 6.244 Salah satu aktivitas GAPI untuk menuntut Indonesia berparlemen.