Pasar Konkret Pasar Nyata

202 IPS SMPMTs Kelas VIII Sumber: lesehan.or.id Gambar 10.5 Sekaten di Yogyakarta adalah contoh pasar tahunan

3. Pasar Berdasarkan Waktunya

Berdasarkan waktunya pasar dapat dikelompokkan sebagai berikut.

a. Pasar Harian

Pasar harian adalah pasar yang terjadi hampir setiap hari dan menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Contoh: pasar tradisional, toserba, dan swalayan.

b. Pasar Mingguan

Pasar mingguan adalah pasar yang terjadi seminggu sekali. Contohnya, pasar mobil di halaman kantor TVRI Stasiun Yogyakarta yang diselenggarakan setiap hari Minggu.

c. Pasar Bulanan

Jika kamu amati ada juga pasar yang beraktivitas sebulan sekali. Pasar ini disebut pasar bulanan, yaitu pasar yang terjadi setiap bulan sekali. Contohnya pasar di daerah perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara yang dikenal dengan nama Pajak terjadi setiap bulan sekali. Apakah di daerahmu juga terdapat pasar bulanan?

d. Pasar Tahunan

Pasar tahunan adalah pasar yang terjadi setahun sekali. Pasar ini biasanya diadakan karena ada peristiwa-peristiwa tertentu yang diperingati setiap tahun. Contoh: Sekaten di Yogyakarta dan Surakarta, Pekan Raya Jakarta, Pekan Raya Semarang, dan Vancouver Fair di Kanada.

e. Pasar Temporer

Pasar temporer adalah pasar yang terjadi sewaktu-waktu dalam waktu yang tidak tertentu. Contoh: pasar tiban, pasar murah, dan bazar.

4. Pasar Berdasarkan Jenis Barang yang Diperjual- belikan

Berdasarkan jenis barang yang diperjualbelikan, pasar dapat dikelompokkan sebagai berikut. IPS SMPMTs Kelas VIII 203

a. Pasar Barang Konsumsi Pasar Output

Pasar barang konsumsi adalah pasar yang digunakan untuk memperjualbelikan barang konsumsi. Contoh: pasar sehari-hari, pasar buah, pasar sayur-sayuran, pasar ikan, dan sebagainya.

b. Pasar Faktor Produksi Pasar Input

Pasar faktor produksi, yaitu pasar yang digunakan untuk memperjualbelikan faktor-faktor produksi, seperti bahan baku, tenaga kerja, dan mesin yang dapat digunakan untuk memproduksi barang lain. Pasar Tradisional di Tengah Modernisasi Kejar Ilmu Rencana besar Kota Yogyakarta dan Solo, dan juga kota lainnya, untuk mendatangkan investasi besar- besaran dalam bentuk pembangunan mal dan pusat perbelanjaan, disambut kegelisahan pedagang pasar tradisional dan mengundang respon masyarakat luas. Keberatan yang disam-paikan oleh Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia, pendirian hypermarket selama ini dikhawatirkan semakin mematikan usaha pedagang pasar tradisional yang memiliki keterbatasan modal dan akses bisnis. Lagi-lagi kita harus bertanya tentang keber- pihakan pemerintah terhadap arah perkembangan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tentu masih hangat dalam ingatan, contoh gejolak masyarakat terhadap rencana renovasi Pasar Klewer menjadi mal di Kota Solo, melahirkan kegelisahan dan keresahan sosial, dan kemudian memunculkan arus penolakan yang begitu deras. Bisingnya pasar karena mekanisme harga luncur, penentuan harga lewat tawar-menawar, akan hilang digantikan dengan mekanisme harga pasti. Dari sebuah ruang yang penuh kegiatan, riuh rendah perdagangan, menjadi pasar yang diam. Menjadi pasar yang bertemu untuk saling menyembunyikan warna sebuah interaksi, inilah yang disebut pasar modern mal, hypermarket, supermarket. Secara ekonomis, pasar tradisional mampu menghidupi ribuan orang. Ini tentu berbeda dengan mal, tenaga kerja yang terserap tak akan melebihi jumlah yang bekerja di pasar tradisional. Di pasar tradisional, dijumpai pedagang besar hingga pedagang oprokkan. Dan tak lupa bahwa perkembangan ekonomi dengan pasar tradisional sebenarnya membuka ruang bagi pemberdayaan ekonomi lokal. Dalam pasar tradisional masih berjalan mekanisme harga yang ditentukan lewat tawar-menawar, bahkan pola ngalap nyaur dalam pembayaran barang. Mekanisme ini memiliki potensi yang tak ternilai bagi terbangunnya perasaan saling mempercayai trust , saling menghormati, sampai pada perasaan empati pada sesama, nilai-nilai yang sulit kita temui pada mekanisme perdagangan di pasar modern. Pasar tradisional hendaklah dipahami tidak sekedar tempat transaksi jual beli, namun secara alami telah terbentuk komunitas dari berbagai kelompok sosial. Komunitas yang telah lama terbangun, terbentuk atas berbagai unsur mulai dari pedagang, penarik becak, kuli angkut, pedagang kaki lima, pedagang oprokan hingga pemasok supplier, juga konsumen. Komunitas ini tidak bisa dengan semena-mena dicerai berai karena setiap unsur dalam komunitas ini memiliki sumbangsih sendiri bagi kehidupan pasar. Kesemuanya meng-gantungkan hidup dari pasar. Tak dapat disangkal, rencana malisasi ini sangat mungkin akan mematikan potensi lokal sistem budaya, sosial, dan ekonomi. Perubahan dalam mekanisme pasar dari pasar tradisional ke pasar modern, tentu buah dari perubahan pola relasi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Dari pasar tradisional yang me- ngedepankan pola hubungan yang intim, menjadi pola hubungan impersonal khas pasar modern. Apa yang mesti dilakukan pemerintah sebagai pengelola kebijakan dalam kerangka usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tanpa terjebak kekuatan modal? Harapannya, tentu setiap