IPS SMPMTs Kelas VIII
125
menanggung risiko sebagai pejuang demi kepentingan bangsa dan negara, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan.
2. Masa Radikal
a. Perhimpunan Indonesia PI
Pada tahun 1908 di Negeri Belanda berdirilah organisasi para mahasiswa Indonesia yang belajar di sana. Semula organisasi ini bernama
Indische vereeniging.
Pendirinya antara lain Sultan Kesayangan dan R.N. Noto Suroto. Tujuan yang ingin dicapai organisasi ini adalah untuk memajukan kepentingan bersama dari orang-
orang yang berasal dari Indonesia di Negeri Belanda.
Pada tahun 1922, Indische Vereeniging yang bersifat sosial, beralih bersifat politik dengan nama Indonesische Vereniging. Perubahan nama ini ada hubungannya dengan
timbulnya Kesadaran Nasional setelah Perang Dunia I, kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij yang dibuang ke negeri Belanda yakni dr. Cipto Mangunkusumo,
R.M. Suwardi Suryaningrat, dan E.F.F. Douwes Dekker, dan juga kedatangan mahasiswa yang belajar ke negeri Belanda yakni Ahmad Subardjo pada tahun 1919
dan Mohammad Hatta tahun 1921.
Kesadaran politik di kalangan Indische Vereeniging kemudian diperkuat lagi oleh peristiwa kedatangan Comite Indie Werbaar Panitia Ketahanan Hindia Belanda
yang mengajukan usul kepada pemerintah untuk memperkuat ketahanan Hindia Belanda di waktu perang dengan melatih orang-orang Indonesia di bidang militer.
Panitia itu terdiri atas R.Ng. Dwijosewoyo, Abdul Muis, dan Kolonel Rhemev.
Pada bulan Maret 1923, Majalah Hindia Poetra
menyebutkan bahwa asas dari organisasi Indonesische Vereeniging
adalah sebagai berikut: Mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia,
yang bertanggung jawab hanya kepada rakyat Indonesia semata-mata, bahwa hal
yang demikian itu hanya akan dapat dicapai oleh orang Indonesia sendiri
bukan dengan pertolongan siapa pun juga; bahwa segala jenis perpecahan
tenaga haruslah dihindarkan, supaya tujuan itu lekas tercapai.
Sejak tahun 1923 Indonesische Vereeniging
aktif berjuang dan mem- pelopori dari jauh perjuangan kemerdekaan untuk seluruh rakyat Indonesia. Majalah
Hindia Poetra pada tahun 1924 diubah menjadi Indonesia Merdeka, dan pada tahun
1925 organisasi Indonesische Vereeniging diubah menjadi Perhimpunan Indonesia
Sumber: SNI V, BP, hal. 339
Gambar 6.177 Para pemimpin Perhimpunan Indonesia. Dari kiri ke kanan: Gunawan Mangunkusumo, Mohammad Hatta, Iwa
Kusumasumantri, Sastro Mulyono, dan R.M. Sartono.
126
IPS SMPMTs Kelas VIII
Sementara itu kegiatan PI meningkat menjadi nasional - demokratis, nonkooperasi dan meninggalkan sikap kerja sama dengan kaum penjajah, bahkan lebih bersifat
internasional dan anti kolonial. Jadi asas perjuangan PI adalah self help dan non kooperatif
yakni berjuang dengan kekuatan sendiri dan tidak minta bantuan pemerintah kolonial Belanda. Bagaimana menurut pendapatmu sikap Perhimpunan
Indonesia yang demikian ini? Dalam kongres ke-6 Liga Demokrasi Internasional untuk Perdamaian di Paris
Prancis bulan Agustus 1926, Moh. Hatta dengan tegas menyatakan tuntutan untuk kemerdekaan Indonesia. Hal ini menambah kecurigaan pemerintah Belanda terhadap
PI. Moh. Hatta atas nama PI menandatangani perjanjian rahasia dengan Semaun tokoh PKI pada tanggal 5 Desember 1926. Isinya perjanjian menyatakan bahwa
PKI mengakui kepemimpinan PI dan akan dikembangkan menjadi suatu partai rakyat kebangsaan Indonesia, selama PI secara konsekuen tetap menjalankan politik
untuk kemerdekaan Indonesia.
Semakin aktifnya tokoh-tokoh PI berhubungan dengan tokoh-tokoh
politik bangsa Indonesia maupun kegiatan internasional sejak adanya
manifesto politik tahun 1925, me- nimbulkan reaksi keras dari pemerintah
Belanda. Pada tanggal 10 Juni 1927 empat anggota PI yakni Moh. Hatta, Nazir
Pamuncak, Abdul Majid Joyodiningrat, dan Ali Sastroamijoyo ditangkap dan
ditahan pemerintah Belanda. Mereka akhirnya dibebaskan karena tidak
terbukti bersalah. Inilah sikap dari para pejuang yang memegang teguh prinsip
berani karena benar.
PI merupakan organisasi politik bangsa Indonesia yang berada di luar negeri yang berhasil mempengaruhi pergerakan kebangsaan Indonesia secara berangsur-
angsur. Lebih-lebih setelah munculnya pernyataan politik tahun 1925. PI ternyata berperan sebagai penyemangat kepada pergerakan nasional di tanah
air. Lahirnya Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia PPPI tahun 1926, Partai Nasional Indonesia PNI tahun 1927, dan Jong Indonesia Pemuda Indonesia tahun
1927 secara langsung mendapat ilham dari Perhimpunan Indonesia.
b. Partai Komunis Indonesia PKI
Pada masa sebelum Perang Dunia I, paham komunis masuk ke Indonesia dibawa
oleh seorang pimpinan buruh Negeri Belanda bernama H.J.F.M. Sneevliet. Ia adalah anggota Partai Buruh Sosial Demokrat atau Sociaal Democratische Arbeiderspartij.
Semula ia tinggal di Surabaya sebagai staf redaksi sebuah surat kabar kemudian dipindahkan ke Semarang dan menjadi sekretaris pada Semarangse Handelsblad.
Sumber: Empat Mahasiswa Indonesia di Negeri Belanda Tahun 1927, Idayu hal. 6
Gambar 6.188 Empat orang mahasiswa ”Perhimpunan Indonesia” dengan pembela-pembela hukumnya. Dari kiri kekanan:
MR. J.E.W. Duys - Abdulmadjid Djojoadiningrat - Ali Sastroamidjojo. Mej. Mr. Eieonora. P.A. Weber - Mr. Tj. Mobach - Mohammad
Hatta dan Nazir Pamuntjak.
IPS SMPMTs Kelas VIII
127
Pada tanggal 9 Mei 1914, Sneevliet bersama rekan-rekannya, J.A. Brandsteder, H.W. Dekker dan P. Bergsma, mendirikan organisasi yang dinamakan
Indische Sociaal Democratische Vereeniging ISDV. Haluan organisasi ini adalah Marxisme.
Pada mulanya ISDV tidak berkembang, maka untuk mencari anggota mereka cara menyusup ke tubuh partai-partai lain. Ketika tidak berhasil, mereka mendekati
Insulinde maka diarahkan ke dalam Sarekat Islam. Taktik ini berhasil sehingga SI pecah menjadi dua kubu dan muncullah pemimpin ranting dalam ISDV yang
berhaluan marxis seperti Semaun dan Darsono.
Pada tanggal 23 Mei 1920, oleh Baars, Bergsma, dan Semaun beserta kawan- kawannya, ISDV diubah menjadi Partai Komunis Hindia. Kemudian pada bulan
Desember 1920, Partai ini diubah menjadi Partai Komunis Indonesia PKI. Susunan pengurus baru organisasi ini, antara lain Semaun sebagai ketua, Darsono sebagai
wakil ketua, Bergsma sebagai sekretaris, Dekker sebagai bendahara, Baars, Sugono, dan lain-lain sebagai anggota pengurus.
Pada tahun 1923, PKI semakin kuat dengan bergabungnya tokoh-tokoh seperti Alimin Prawirodirdjo pemimpin SI merah dan Musso dari PKI cabang Jakarta.
Setelah merasa kuat, PKI melakukan aksinya dengan mengobarkan pemberontakan di Jakarta pada tanggal 13 November 1926, disusul dengan tindakan kekerasan di
Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur serta pemberontakan di Sumatra Barat pada tanggal 1 Januari 1927. Pemberontakan ini dapat ditumpas oleh Pemerintah
Hindia Belanda. Pemberontakan PKI ini merupakan tindakan yang sia-sia karena massa PKI sama sekali tidak siap di samping organisasinya masih kacau.
Pemberontakan PKI ini mengakibatkan korban ribuan rakyat dihasut untuk ikut serta dalam pemberontakan sehingga sekitar 13.000 orang ditangkap, mereka
yang dihukum sejumlah 4.500 orang, dan yang dibuang ke Tanah Merah, Digul Atas, Irian Jaya sekitar 1.300 orang. Oleh Pemerintah Hindia Belanda, PKI dinyatakan
sebagai partai terlarang. Akibat buruk lainnya yang menimpa perjuangan bangsa Indonesia akibat pemberontakan PKI adalah berupa penindasan yang luar biasa
terhadap para pemimpin perjuangan. Itulah suatu tindakan PKI yang merugikan perjuangan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
c. Partai Nasional Indonesia PNI
Pada tahun 1925, Ir. Soekarno mendirikan perkumpul-an Algeemene Studie Club di Bandung. Atas insiatif perkumpulan ini maka pada tanggal 4 Juli 1927
berdirilah partai politik baru yaitu Partai Nasional Indonesia. Para pendirinya adalah Ir. Soekarno, Dr. Tjipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Mr. Sartono, Mr. Iskaq
Tjokrohadisuryo, Mr. Sunaryo, Mr. Budiarto, dan Dr. Samsi. Dari 8 orang pendiri ini, 5 orang merupakan mantan anggota Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda.
Tujuan PNI adalah untuk mencapai Indonesia Merdeka. Adapun asasnya adalah
Self help, non kooperatif, dan marhaenisme. Pada waktu rapat di Bandung tanggal 17 - 18
Desember 1927, PNI dapat menggalang persatuan dengan Partai Sarekat Islam Indonesia, Budi Utomo, Pasundan, Sumatranche Bond, Kaum Betawi, Indonesische
Studieclub , dan Algeemene Studieclub dengan membentuk Pemufakatan