Penderitaan Rakyat yang Berkepanjangan

120 IPS SMPMTs Kelas VIII mendirikan Dana Pelajar atau Studiefonds, untuk membantu para pelajar yang kurang mampu agar dapat melanjutkan sekolah. Dalam perjalanannya, pada akhir tahun 1907 dr. Wahidin Sudirohusodo bertemu dengan Sutomo, mahasiswa STOVIA di Jakarta. Sutomo menyampaikan gagasan dr. Wahidin Sudirohusodo kepada teman-temannya di STOVIA. Mahasiswa-mahasiswa STOVIA yang sudah memiliki cita- cita meningkatkan kedudukan dan martabat bangsa itu terdorong oleh kampanye yang dilakukan dr. Wahidin Sudirohusodo. Pada hari Rabu tanggal 20 Mei 1908, Sutomo dan kawan-kawannya berkumpul di ruang anatomi gedung STOVIA. Mereka sepakat mendirikan organisasi Budi Utomo. Para mahasiswa yang tergabung dalam Budi Utomo ini adalah Sutomo sebagai ketua, Moh. Sulaeman sebagai Wakil Ketua, Gondo Suwarno sebagai Sekretaris I, Gunawan Mangunkusumo sebagai Sekretaris II, Angka sebagai bendahara, Muhammad Saleh dan Suwarno sebagai komisaris. Juga beberapa nama lain yakni Suwardi, Samsu, Suradji, Sudibyo, dan Gumbrek. Dari bulan Mei sampai awal Oktober 1908, Budi Utomo merupakan organisasi pelajar dengan intinya pelajar STOVIA. Tujuan organisasi ini dirumuskan secara samar- samar, yaitu kemajuan bagi Hindia, di mana jangkauan geraknya pada penduduk Jawa dan Madura. Dalam waktu singkat di beberapa kota berdiri cabang-cabang Budi Utomo yakni Bogor, Bandung, Yogyakarta, Magelang, Surabaya, dan Probolinggo. Pada tanggal 3 – 5 Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan kongres yang pertama di Yogyakarta. Dalam kongres itu ditetapkan tujuan Budi Utomo adalah kemajuan yang selaras harmonis buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, dan kebudayaan kesenian dan ilmu. Sebagai ketua Pengurus Besar yang pertama dipilih R.T.A. Tirtokusumo, bupati Karanganyar. Ia menjabat sampai tahun 1911. Kemudian jabatan ketua Budi Utomo berturut-turut adalah Pangeran Aryo Notodirodjo 1911-1914, R.Ng. Wedyodipuro Radjiman Wedyodiningrat tahun 1914-1915, kemudian R.M. Ario Suryo Suparto 1915. Setelah kepengurusan Budi Utomo dipegang golongan tua maka para pelajar menyingkir dari barisan depan. Budi Utomo semakin lamban kegiatannya setelah keluarnya Cipto Mangunkusumo dan Suryodiputro. Aktivitas Budi Utomo pada waktu itu terbatas pada penerbitan Majalah Goeroe Desa. Sejak tahun 1912 ketika Pangeran Notodirodjo menjabat ketua, Budi Utomo berusaha mengejar ketinggalan tetapi tidak banyak hasilnya Sumber: Album Pahlawan Bangsa, PT. Mutiara Sumber Widya, hal. 133 Gambar 6.12 dr. Wahidin Sudirohusodo Sumber: Album Pahlawan Bangsa, PT. Mutiara Sumber Widya, hal. 19 Gambar. 6.133 dr. Sutomo IPS SMPMTs Kelas VIII 121 karena saat itu muncul organisasi-organisasi lain seperti Sarekat Islam dan Indishce Partij. Sejak pecahnya Perang Dunia I pada tahun 1914 sampai 1919 terlihat usaha- usaha Budi Utomo terjun ke bidang politik. Akan tetapi karena tidak mendapat dukungan massa maka kedudukan secara politik kurang begitu penting. Namun ada hal yang penting yakni bahwa Budi Utomo merupakan organisasi sosial kebangsaan yang pertama berdiri di Indonesia dan di situlah terdapat benih semangat nasional yang pertama. Oleh karena itu tanggal kelahiran Budi Utomo, 20 Mei, diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional.

b. Sarekat Islam SI

Pada tahun 1909, Raden Mas Tirtoadisuryo mendirikan perkumpulan dagang di Jakarta dengan nama Sarekat Dagang Islam SDI. H. Samanhudi seorang pedagang batik dari Laweyan Solo merasa tertarik dengan organisasi dagang ini. Akhirnya ia mendirikan Sarekat Dagang Islam di Solo pada akhir tahun 1911. Tujuannya adalah untuk memaju- kan agama, dan untuk memperkuat diri bagi golongan pedagang-pedagang Indonesia terhadap pedagang- pedagang Cina. Pada waktu itu pedagang Cina memegang peranan penting dalam leveransir bahan-bahan yang diperlukan oleh perusahaan batik. Dalam mendirikan Sarekat Dagang Islam di Solo, H. Samanhudi mengajak pedagang-pedagang batik terkenal di antaranya M.Asmodimejo, M. Kertotaruno, M. Sumowerdoyo, dan H.M. Abdulrajak. Organisasi yang baru didirikan tersebut diketuai oleh H. Samanhudi. Berdirinya Sarekat Islam selain didorong oleh faktor ekonomi juga dilandasi oleh faktor agama. Pada tanggal 10 September 1912, Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam. Hal ini dilakukan atas saran Haji Oemar Said Tjokroaminoto, seorang pelajar Indonesia yang bekerja pada perusahaan dagang di Surabaya. Alasan perubahan nama ini adalah agar perkumpulan itu jangkauannya lebih luas tidak terbatas pada golongan pedagang saja. Tujuan Sarekat Islam sesuai anggaran dasarnya adalah sebagai berikut. 1 Memajukan perdagangan. 2 Memberikan pertolongan kepada anggota-anggota yang mengalami kesulitan. 3 Memajukan kepentingan rokhani dan jasmani dari penduduk asli. 4 Memajukan kehidupan agama Islam. Dalam waktu singkat Sarekat Islam berhasil mendapat anggota di kalangan rakyat banyak sehingga meluas menjadi organisasi massa yang pertama di Indonesia. Hal ini berbeda dengan Budi Utomo yang dalam praktiknya hanya beranggotakan rakyat dari golongan atas. Sumber: Album Pahlawan Bangsa, PT. Mutiara Sumber Widya, hal. 9 Gambar 6.144 H. Samanhudi