Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

IPS SMPMTs Kelas VIII 339 Kecakapan Sosial d. Nilai Jual Bumi dan Bangunan Tidak Kena Pajak Pasal 3 ayat 3 Undang-undang N0.12 tahun 1994 menyatakan bahwa besarnya nilai jual objek pajak tidak kena pajak NJOPTKP adalah Rp8.000.000,00 untuk setiap wajib pajak. Besarnya NJOPTKP sebagai dasar perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan ini diubah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 201 KMK.042000 setinggi-tingginya sebesar Rp12.000.000,00 untuk setiap wajib pajak. Contoh Penghitungan PBB Seorang wajib pajak mempunyai objek pajak berupa tanah dengan nilai Rp25.000.000,00 dan bangunan senilai Rp30.000.000,00. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak yang ditetapkan di daerah tersebut sebesar Rp8.000.000,00. Hitunglah besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak tersebut Jawab: Nilai Jual Objek Pajak Bumi = Rp25.000.000,00 Nilai Jual Objek Pajak Bangunan = Rp30.000.000,00 + NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = Rp55.000.000,00 NJOP Tidak Kena Pajak NJOPTKP = Rp 8.000.000,00 _ NJOP untuk perhitungan PBB = Rp47.000.000,00 Nilai jual kena pajak NJKP 20 × Rp47.000.000,00 = Rp 9.400.000,00 Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang: 0,5 × Rp9.400.000,00 = Rp 47.000,00 Jadi Pajak Bumi dan Bangunan yang harus dibayar wajib pajak sebesar Rp47.000,00 empat puluh tujuh ribu rupiah Untuk mengembangkan kecakapan sosial kamu, ayo kerjakan soal berikut Bu Atin mempunyai objek pajak sebagai berikut. a. Tanah seluas 2000 m 2 dengan harga jual Rp 100.000,00 per m 2 b. Bangunan rumah seluas 500 m 2 dengan harga jual Rp 600.000,00 per m 2 . c. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Yang ditetapkan di Daerah tersebut sebesar Rp8.000.000,00 d. Persentase nilai jual kena pajak 20. Hitunglah berapa besar PBB yang harus dibayar oleh Bu Atin Bantulah temanmu yang mengalami kesulitan untuk mengerjakan tugas ini 340 IPS SMPMTs Kelas VIII

3. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dikenakan pajak karena tanah dan bangunan tersebut memberikan keuntungan bagi pemiliknya.

a. Subjek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB

Berdasarkan Undang-Undang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang menjadi subjek pajak BPTHB adalah orang atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan.

b. Objek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Yang merupakan objek bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pemindahan hak karena: jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, penggabungan usaha, peleburan usaha,dan sebagainya.

c. Tarif Pajak dan Dasar Pengenaan Pajak

Tarif pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan ditetapkan 5 lima persen. Dasar pengenaan pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB menurut UU No. 202000 adalah Nilai Perolehan Objek Pajak NPOP yaitu: harga transaksi, nilai pasar objek pajak, atau NJOP PBB.

d. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak NPOPTKP

Nilai perolehan hak atas tanah dan bangunan tidak kena pajak ditetapkan secara regional paling banyak Rp60.000.000,00, kecuali perolehan hak waris, atau hibah wasiat yang diterima seseorang dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suamiistri. NPOPTKP ditetapkan secara regional paling banyak Rp300.000.000,00. Perhitungan BPHTB BPHTB = Tarif Pajak × NPOP – NPOPTKP = Tarif Pajak × NPOPKP Contoh Perhitungan BPHTB Bapak Andi membeli tanah milik Bu Wanti dengan harga transaksi Rp200.000.000,00. Nilai Jual Objek Pajak PBB tahun yang lalu adalah Rp150.000.000,00. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar