Pengaruh Perluasan Kekuasaan Kolonial

IPS SMPMTs Kelas VIII 109 kehidupan rakyat semakin tergantung kepada pengusaha dan pemilik modal sebagai penyewa tanah dan pembeli tenaganya. Tingkat kehidupan ekonomi rakyat masih tetap rendah. Perbedaan di bidang ekonomi, sosial, dan politik antara golongan Barat asing dengan golongan pribumi sangat besar. Bahkan diskriminasi berdasarkan warna kulit semakin kuat. Penderitaan dan keterbelakangan rakyat yang berkepanjangan akibat penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial menimbulkan rasa kebencian yang mendalam. Di tambah adanya diskriminasi terhadap warna kulit untuk golongan Bumi Putera maka kebencian dan rasa tidak puas semakin memuncak, yang akhirnya timbul keberanian untuk bangkit dan menentang kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial dan ada sebagian rakyat yang mengadakan perlawanan untuk membela martabat rakyat dan bangsanya. Itulah semangat nasionalisme mulai muncul pada diri rakyat Indonesia.

2. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Barat

Kebutuhan akan tenaga-tenaga terdidik dan ahli, mendorong pemerintah untuk mendirikan sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah pamongpraja. Juga didirikan beberapa perguruan tinggi seperti Perguruan Tinggi Kedokteran, Perguruan Tinggi Teknik, Perguruan Tinggi Hukum, dan Perguruan Tinggi Pertanian. Bidang pendidikan ini tidak hanya dilaksanakan oleh pemerintah tetapi juga oleh swasta, yaitu swasta asing missie dan zending, dan swasta pribumi. Dari hasil pendidikan telah menum- buhkan suatu golongan cerdik-pandai di kalangan rakyat Indonesia. Golongan ini sadar akan dirinya dan keadaan yang serba terbelakang dari masyarakatnya. Mereka mulai bangkit menjadi suatu kekuatan sosial baru, yang berjuang untuk perbaikan nasib bagi rakyat Indonesia. Tidak hanya kesejahteraan yang mereka tuntut tetapi juga kemerdekaan nasional. Gerakan yang mereka lakukan disebut Pergerakan Nasional. Menghadapi keadaan baru di kalangan rakyat tersebut, di pihak kolonialis terdapat perbedaan pendapat. Di satu pihak ada pendapat bahwa nasionalisme dapat dihadapi dengan memperluas lembaga-lembaga pendidikan, dan alat-alat pemerintahan dalam bidang sosial. Kepada pemerintah dianjurkan agar menilai situasi Indonesia sesuai dengan keadaannya. Di pihak lain para penguasa, terutama gubernur jenderal sangat mengkhawatirkan akan perkembangan baru ini, karena dipandang dapat mengancam kelangsungan hidup kolonialisme Belanda. Keadaan serupa juga terdapat di kalangan Belanda yang konservatif, baik pegawai pemerintah maupun Sumber: Pemuda Indonesia, Kurnia Esa Jkt, hal 66 Gambar 6.33 Mahasiswa-mahasiswa yang sedang belajar di STOVIA inilah yang mulai menanamkan kesadaran berbangsa 110 IPS SMPMTs Kelas VIII pengusaha-pengusaha. Untuk itu munculnya Nasionalisme Indonesia selalu diawasi oleh pemerintah kolonial Belanda. Didirikannya sekolah-sekolah pada zaman kolonial sudah tentu tujuannya yang utama adalah untuk kepentingan pemerintah kolonial. Jenis, tingkat, dan mutu sekolah tersebut juga disesuaikan dengan kebutuhan pada waktu itu. Terutama untuk memperoleh tenaga-tenaga bawahan kasar yang terdidik. Karena itu menjelang akhir abad ke-19 sekolah yang disebut ”modern” terbatas sekali. Mula-mula diperkenalkan kepada rakyat pribumi dua macam sekolah dasar, yaitu sebagai berikut. a. Sekolah Kelas Dua , ialah sekolah untuk mendidik calon-calon pegawai rendah; muridnya berasal dari golongan masyarakat biasa. b. Sekolah Kelas Satu , khusus untuk anak-anak dari golongan masyarakat menengah. Untuk anak-anak Eropa dan orang asing lainnya didirikan sekolah yang hanya khusus untuk mereka. Sejak awal abad ke-20 diperkenalkan sistem sekolah desa. Penyelenggaraan sekolah ini tergantung kepada kemampuan masyarakat setempat. Pemerintah hanya memberikan subsidi dan pengawasan. Lama belajar adalah tiga tahun. Mata pelajaran yang diajarkan ialah membaca, menulis, dan berhitung. Jadi sangat terbatas sekali. Tetapi murid-murid yang terpandai dan terpilih dapat melanjutkan ke sekolah sambungan. Sekolah setingkat SD untuk anak keturunan Eropa adalah ELS Europese Lagere School . Ada juga sekolah guru Kweek School, dan sekolah menengah dagang modern MMHS. Untuk anak-anak golongan atas didirikan sekolah HIS =Sekolah Dasar. Pada sekolah ini bahasa Belanda juga menjadi bahasa pengantar. Setelah lulus mereka dapat melanjutkan ke MULO =SMP dan seterusnya ke AMS =SMA. Akan tetapi tidak semua murid yang lulus dapat melanjutkan pelajarannya. Ada beberapa syarat tertentu yang harus dipenuhi. Antara lain harus mengikuti testing, dan ditinjau kedudukan dan penghasilan orang tuanya. Untuk melanjutkan ke perguruan tinggi pada mulanya tentu harus ke Eropa Negeri Belanda. Sejak tahun 1920 keadaan itu agak berkurang karena beberapa perguruan tinggi telah ada di Indonesia. Seperti sekolah kedokteran STOVIA, sekolah hukum Rechts Hoge School, sekolah teknik THS. Di samping sekolah umum juga ada sekolah kejuruan. Seperti sekolah pamongpraja, sekolah guru, sekolah teknik, sekolah dagang, dan sebagainya. Sudah tentu di samping adanya sekolah pemerintah juga ada sekolah swasta. Baik swasta Sumber: SNI V, Mawarti D, Balai Pustaka hal 330 Gambar 6.44 Soetomo dan teman-temannya para siswa STOVIA tahun 1908 sedang praktikum anatomi IPS SMPMTs Kelas VIII 111 asing maupun swasta pribumi. Sekolah yang diusahakan swasta asing, yaitu missi dan zending, di beberapa daerah bahkan mengalahkan peranan sekolah pemerintah. Seperti di daerah bahkan mengalahkan peranan sekolah pemerintah. Seperti di daerah Sulawesi Utara dan Tapanuli Utara. Sekolah swasta pribumi biasanya didirikan oleh organisasi partai atau organisasi keagamaan. Seperti sekolah-sekolah yang didirikan Sarekat Islam dan Muhammadiyah. Juga terkenal sekolah-sekolah Taman Siswa, Ksatrian Institut, Perguruan Rakyat dan INS Kayutanam. Penyebaran pendidikan melalui sekolah, walaupun tidak merata, telah terjadi di seluruh Indonesia. Daerah di mana kekuasaan pemerintah telah berakar sampai ke desa-desa, penyebarannya sudah luas sekali. Umumnya antara tahun 1910 – 1930 merupakan masa subur bagi perluasan pendidikan. Penyebaran pendidikan yang bercorak Barat, berbagai macam ilmu diajarkan, memperluas pula dengan cepat lapangan kerja baru. Seseorang akan menjadi ahli hanya pada ilmu yang dipelajarinya. Ia akan bekerja sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Di samping itu pelajar-pelajar dan mahasiswa yang berasal dari lingkungan dan adat-istiadat yang berbeda, kini memiliki pola berpikir yang sama. Dengan demikian komunikasi antara mereka menjadi lebih mudah. Hal ini sangat menguntungkan dalam Pergerakan Nasional. Dan dengan ilmu yang mereka terima, mereka menjadi lebih dapat mengenal lingkungan masing-masing. Inilah yang kemudian mendorong munculnya Nasionalisme Indonesia.

3. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Islam

Pertumbuhan corak pendidikan modern yang diusahakan oleh pemerintah, juga mempengaruhi tumbuhnya sekolah swasta. Beberapa perguruan swasta seperti Taman Siswa, Ksatrian Institut, INS Kayutanam dan Perguruan Rakyat berusaha juga mengembangkan budaya nasional untuk mengimbangi pengaruh budaya Barat. Di samping itu sekolah-sekolah agama mulai pula memperbaharui sistem dan metode pengajaran mereka. Berbagai jenis pengajaran umum mulai diperkenalkan, terutama sekolah-sekolah yang diusahakan oleh pembaharu-pembaharu Islam. Di beberapa daerah, sekolah jenis ini berkembang dengan pesat, seperti sekolah-sekolah Islam di Sumber: SNI 3, Nugroho Depdikbud hal 24 Gambar 6.55 Gedung STOVIA sekarang dikenal dengan nama Gedung Kebangkitan Nasional Sumber: SNI V, Balai Pustaka Marwati D, hal 331 Gambar 6.66 Pembukaan Sekolah Hukum tahun 1909