242
Kegiatan 8.1
mulai diintensifkan dan mengikutsertakan wakil Indonesia, seperti Soekarno dalam parlemen Jepang.
Pada tahun 1944, kedudukan Jepang semakin terjepit. Oleh karena itu, untuk mempertahankan pengaruh Jepang di negara-negara yang didudukinya,
Perdana Menteri Koiso mengeluarkan Janji Kemerdekaan pada tanggal
7 September 1944 dalam sidang parlemen Jepang di Tokyo. Sebagai realisasi dari janji tersebut, pada tanggal 1 Maret 1945, Letnan Jenderal Kumakici
Harada pemimpin militer di Jawa mengumumkan pembentukan Dokuritsu
Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia BPUPKI. BPUPKI bertugas untuk mempelajari dan menyelidiki
hal-hal yang penting dan perlu bagi pembentukan negara Indonesia, misalnya saja hal-hal yang menyangkut segi ekonomi dan politik.
BPUPKI ternyata tidak bertahan lama. Dalam perkembangan berikutnya, BPUPKI dibubarkan, lalu diganti dengan Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI. Badan ini diresmikan sesuai
dengan keputusan Jenderal Terauchi, yaitu seorang panglima tentara umum selatan, yang membawahi semua tentara Jepang di Asia Tenggara pada tanggal
7 Agustus 1945.
Setelah itu, diadakanlah pertemuan antara Soekarno, M. Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat
dengan Jenderal Terauchi di Dalat. Di dalam pertemuan itu, Jenderal Terauchi menyampaikan bahwa Pemerintah Jepang
telah memutuskan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia yang wilayahnya meliputi seluruh bekas wilayah Hindia-Belanda.
Dari berbagai organisasi bentukan Jepang di Indonesia, analisis oleh Kalian kegiatan-kegiatan apa yang sekarang ini masih dipakai oleh bangsa Indonesia,
terutama dalam bidang pendidikan
B. SISTEM MOBILISASI DAN KONTROL PEMERINTAH PENDUDUKAN JEPANG DI BERBAGAI DAERAH DI
INDONESIA Dalam Undang-Undang Nomor 1 tanggal
7 Maret 1942 menyatakan bahwa Balatentara Nippon melangsungkan pemerintahan militer
untuk sementara waktu di daerah yang ditempatinya, agar mendatangkan keamanan
yang sentosa dan segera . Undang-undang yang dikeluarkan oleh Letnan Jenderal Hitoshi
Kata-kata kunci
• Balatentara Nipon • Kumiai
• Romusha • Dokuritsu Junbi Cosakai
• Dokuritsu Junbi Iinkai
243 Imamura
, Panglima Tentara Keenam Belas itu sebenarnya melancarkan propaganda bahwa bangsa Jepang adalah saudara tua bangsa Indonesia.
Dengan mengatakan hal ini, maka kedatangan bangsa Jepang disambut gembira oleh bangsa Indonesia. Sebab menurut mereka, bangsa Jepang dapat melepaskan
bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan dan segera menciptakan kemerdekaan.
Apa yang dijanjikan oleh Jepang tersebut, ternyata hanyalah isapan jempol belaka. Bangsa Jepang tidak berusaha untuk memberikan kemerdekaan kepada
bangsa Indonesia, malah lebih memeras lagi dan lebih membuat bangsa Indonesia sengsara, baik secara jiwa, raga, maupun materi. Eksploitasi ekonomi terjadi
di mana-mana. Produksi pangan makin merosot, terutama beras dan kejadian ini makin membuat rakyat Indonesia makin menderita. Rakyat dipaksa untuk
menyerahkan sebagian besar, atau bahkan seluruh hasil sawah dan kebunnya kepada pemerintah. Padi yang disetor kepada pemerintah dibayar dengan
harga yang sangat rendah atau tidak dibayar sama sekali karena dianggap sebagai pajak.
Apa yang dilakukan Jepang terhadap masyarakat Indonesia adalah sebuah upaya untuk memenuhi kebutuhan Jepang. Eksploitasi terhadap sektor pertanian,
perkebunan, dan perhutanan adalah langkah-langkah Jepang untuk penyediaan keperluan perang dan konsumsi para prajuritnya. Dalam sektor pertanian,
Jepang berhasil memonopoli seluruh hasil pertanian. Dalam sektor perkebunan, rakyat Indonesia harus menanam tanaman jarak yang sangat dibutuhkan sebagai
bahan pelumas mesin pesawat terbang dan persenjataan. Begitu pula di sektor kehutanan, Jepang melakukan penebangan liar untuk dijadikan tanah pertanian
baru yang dibuka di dekat markas prajurit Jepang.
Dalam menghadapi Perang Asia Timur Raya, Jepang mengatur siasat untuk mengatur keperluan ekonominya. Salah satunya, yaitu dengan dikeluarkannya
aturan untuk melakukan pengawasan yang ketat terhadap penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang. Pemerintah Jepang juga menyita harta
dan perusahaan dengan bebas milik orang-orang barat, hal ini dilakukan agar tidak terjadi lonjakan harga. Selain itu, beberapa perusahaan vital seperti
pertambangan, listrik, telekomunikasi dan perusahaan transpor langsung dikuasai pemerintah Jepang. Apabila ada yang melanggar aturan tersebut, maka akan
diberi hukuman berat.
Dengan pola ekonomi perang yang diterapkannya, maka setiap wilayah harus melaksanakan Sistem Autarki, yaitu setiap daerah harus memenuhi
kebutuhannya sendiri serta harus dapat memenuhi kebutuhan perang. Pulau Jawa dibagi atas 17 autarki, Sumatra 3 autarki dan 3 lingkungan dari daerah
minseifu yang diperintah Angkatan Laut. Akibat sistem ekonomi tersebut maka pada tahun 1944, keadaan ekonomi makin parah. Kekurangan sandang
dan pangan terjadi di mana-mana. Hal ini akhirnya disiasati dengan pengerahan