Kondisi pendidikan Faktor-faktor yang mempengaruhi lahirnya pergerakan

217 Gambar 7.6 Gedung STOVIA Sumber: Sejarah Nasional Indonesia V, halaman 329 Pada akhir tahun 1907 melalui perjalanan kampanyenya dr. Wahidin Sudirohusodo bertemu dengan para pelajar STOVIA Sekolah Dokter Pribumi di Jakarta, satu di antaranya bernama Soetomo. Pertemuannya dengan para pelajar STOVIA dimanfaatkan untuk membicarakan kondisi nasib rakyat yang masih kurang mendapatkan pendidikan. Pembicaraan semakin berkembang dan melahirkan gagasan dan cita-cita yang sama untuk mengangkat harkat dan derajat bangsa Indonesia. Gagasan dan cita-cita tersebut kemudian dituangkan ke dalam suatu bentuk organisasi yang diberi nama Budi Utomo. Organisasi Budi Utomo ini didirikan pada hari Rabu tanggal 20 Mei 1908 dan Soetomo terpilih sebagai ketua. Untuk selanjutnya tanggal 20 Mei oleh bangsa Indonesia diperingati sebagai hari kebangkitan nasional. Gambar 7.7 Sumber: Lukisan Sejarah, halaman 33 Pada awalnya, organisasi Budi Utomo hanya bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial-budaya, seperti mendirikan sekolah-sekolah dan berusaha dr. Wahidin Sudirohusodo Dr. Soetomo 218 memelihara serta memajukan kebudayaan Jawa. Selain itu, Budi Utomo juga melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan perekonomian dan bidang lainnya. Para anggotanya pun baru sebatas suku Jawa dan Madura. Adapun tujuan yang diemban oleh organisasi Budi Utomo adalah kemajuan yang harmonis untuk nusa dan bangsa Jawa dan Madura. Budi Utomo mengalami perkembangan yang cukup pesat, dalam waktu enam bulan Budi Utomo memiliki delapan cabang, yaitu Jakarta, Bogor, Bandung, Yogya I, Yogya II, Magelang, Surabaya, dan Probolinggo. Pada bulan Oktober 1908, Budi Utomo menyelenggarakan kongres yang pertama di Yogyakarta. Dalam kongres tersebut terjadi perbedaan pendapat tentang arah yang akan dituju dan landasan perjuangan. Dalam hal ini Wahidin Sudirohusodo mengemukakan tentang perlunya pendidikan yang ditujukan kepada golongan priyayi, bukan kepada rakyat biasa. Hal itu didasarkan pada pemikiran bahwa setelah para priyayi menjadi terdidik mereka bisa mengajarkannya kepada rakyat banyak. Dengan demikian, seluruh rakyat akan mendapatkan pendidikan. Pertentangan yang lebih tajam terjadi antara dr. Rajiman Wediodiningrat dan dr. Cipto Mangunkusumo. Rajiman memandang bahwa bangsa Barat lebih cerdas daripada bangsa Timur dan pendidikan Barat tidak sama dengan peradaban Timur. Sebaliknya, Cipto berpandangan bahwa bangsa Timur tidak lebih bodoh jika dibandingkan dengan bangsa Barat, masalahnya hanya terletak pada kesempatan saja. Oleh karena itu, pendidikan bangsa Indonesia harus bisa lebih ditingkatkan dengan cara memanfaatkan pendidikan Barat. Cipto juga menghendaki Budi Utomo dijadikan sebagai partai politik dan terbuka untuk seluruh bangsa Indonesia tanpa adanya perbedaan suku bangsa dan kebudayaan. Kongres tersebut menghasilkan keputusan, di antaranya sebagai berikut. 1 Budi Utomo dibatasi untuk penduduk Jawa dan Madura. 2 Tirtokusumo sebagai Bupati Karanganyar diangkat sebagai ketua. 3 Bergerak dalam bidang pendidikan dan budaya. Oleh karena perjuangan Budi Utomo lebih cenderung memajukan pendidikan, maka pergerakan ini dianggap tidak berbahaya bagi Belanda. Dengan mudah badan hukum Budi Utomo mendapat pengesahan dari Pemerintah Hindia- Belanda. Setelah kongres pertama berakhir, Budi Utomo mengalami perkembangan yang lamban. Pada akhir tahun 1909, Budi Utomo mempunyai cabang di 40 tempat dengan jumlah anggota lebih kurang 10.000 orang. Pada perkembangan berikutnya, corak Budi Utomo mengalami perubahan. Pemimpin dan anggotanya kebanyakan adalah para pegawai negeri dan priyayi, sehingga tujuan yang dikembangkannya cenderung hanya memperhatikan kepentingan mereka. Perhatian Budi Utomo lebih difokuskan pada reaksi