Kepercayaan Kerajaan Mataram Kuno berpusat di Jawa Tengah

45 salah seorang keturunan Mpu Sindok. Berdasarkan berita dari Cina, disebutkan bahwa Dharmawangsa pada tahun 990 M melakukan serangan ke Sriwijaya sebagai upaya mematahkan monopoli perdagangan Sriwijaya. Serangan tersebut gagal, malahan Sriwijaya berhasil menghasut Raja Wurawari sekitar Banyumas untuk menyerang istana Dharmawangsa pada tahun 1016. Akhirnya Sri Dharmawangsa yang mempunyai ambisi untuk meluaskan kekuasaannya, pada tahun 1016 M mengalami kehancuran Pralaya di tangan seorang raja bawahannya sendiri yaitu Raja Wurawari. Peristiwa ini terjadi pada saat Sri Dharmawangsa sedang melangsungkan acara pernikahan putrinya dengan Airlangga . Seluruh keluarga raja tewas termasuk Dharmawangsa, Airlangga yang berhasil menyelamatkan diri dan bersembunyi di Wonogiri hutan gunung. Di sana ia hidup sebagai seorang pertapa. Pada tahun 1019, Airlangga yang merupakan menantu Dharmawangsa yang berasal dari Bali dinobatkan oleh para pendeta Buddha menjadi raja menggantikan Dhamawangsa. Ia segera mengadakan pemulihan hubungan baik dengan Sriwijaya, bahkan membantu Sriwijaya ketika diserang Raja Colamandala dari India Selatan. Pada tahun 1037 M Airlangga berhasil mempersatukan kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Dharmawangsa, meliputi seluruh Jawa Timur Kemudian pada tahun 1037, Airlangga memindahkan ibu kota kerajaannya dari Daha ke Kahuripan. Pada tahun 1042, Airlangga mengundurkan diri dari takhta kerajaan, lalu hidup sebagai petapa dengan nama Resi Gentayu Djatinindra. Menjelang akhir pemerintahannya Airlangga menyerahkan kekuasaannya kepada putrinya Sangrama Wijaya Tunggadewi . Namun, putrinya itu menolak dan memilih untuk menjadi seorang petapa dengan nama Ratu Giriputri. Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi dua kerajaan. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya perang saudara di antara kedua putranya yang lahir dari selirnya. Kerajaan itu adalah: Kerajaan Janggala di sebelah timur diberikan kepada putra sulungnya yang bernama Garasakan Jayengrana, dengan ibu kota di Kahuripan Jiwana meliputi daerah sekitar Surabaya sampai Pasuruan, dan Kerajaan Panjalu Kediri di sebelah barat diberikan kepada putra bungsunya yang bernama Samarawijaya Jayawarsa, dengan ibu kota di Kediri Daha, meliputi daerah sekitar Kediri dan Madiun. Gambar 2.10 Airlangga sedang menunggang garuda Sumber: Chalif Latif, 2000, Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia, halaman 10