Partai Nasional Indonesia PNI

227 1 Mengadakan perubahan-perubahan ketatanegaraan; 2 Menghapus perbedaan-perbedaan politik dan intelektual; 2 Mengusahakan kedua hal itu dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan hukum.

f. Perhimpunan Bangsa Indonesia PBI dan Partai Indonesia

Raya Parindra Perhimpunan Bangsa Indonesia PBI berdiri tahun 1935. PBI didirikan di Surabaya oleh dr. Sutomo. Selanjutnya PBI disatukan menjadi Parindra yang lahir pada bulan Desember 1935. Parindra merupakan fusi dari Budi Utomo dan PBI. Parindra bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia Raya. Dalam bidang politik, Parindra mulai menggalang persatuan politik setelah kegagalan Petisi Sutardjo. Penggalangan persatuan politik itu menuju pada pembentukan badan konsentrasi nasional yang nanti disebut Gabungan Politik Indonesia GAPI pada bulan Mei 1939.

g. Gabungan Politik Indonesia GAPI

Gabungan Politik Indonesia didirikan atas prakarsa Muhammad Husni Thamrin pada tanggal 21 Mei 1939. Pembentukan GAPI ini di antaranya dilatarbelakangi oleh: 1 kegagalan Petisi Sutardjo; 2 sikap pemerintah Kolonial Belanda yang kurang memperhatikan kepentingan- kepentingan bangsa; 3 semakin gawatnya situasi internasional sebagai akibat meningkatnya pengaruh fasisme. Petisi Sutardjo adalah petisi yang diajukan oleh Sutardjo dalam dewan rakyat Volksraad. Ia mengusulkan kepada pemerintah Hindia-Belanda agar diadakan konferensi Kerajaan Belanda untuk membahas status politik Hindia- Belanda dalam 10 tahun mendatang yang berupa status otonomi. Hal itu dimaksudkan agar tercapai kerja sama yang mendorong rakyat untuk menentukan kebijakan politik, ekonomi, dan sosial. Petisi itu tidak seluruhnya diterima oleh anggota dewan. Hal itu disebabkan petisi dianggap merendahkan martabat bangsa dengan jalan meminta-minta pada Pemerintah Hindia-Belanda. Secara mayoritas, anggota dewan menyetujui petisi ini, tetapi pemerintah Hindia- Belanda berpandangan lain. Usulan dalam petisi itu dianggap tidak wajar dan masih terlalu prematur. Langkah-langkah yang diambil GAPI kemudian adalah mengadakan aksi dan menuntut pembentukan parlemen, tetapi bukan parlemen seperti Volksraad 228 Kegiatan 7.3 yang sudah ada. Parlemen yang dimaksud adalah parlemen yang disusun dan dipilih oleh rakyat Indonesia. Menghadapi tuntutan GAPI Indonesia Berparlemen maka dibentuklah Komisi Visman yang bertugas menyelidiki dan mempelajari sejauhmana kehendak rakyat dengan perubahan-perubahan ketatanegaraan atau pemerintahan. Selanjutnya untuk memperjelas tuntutan, GAPI membentuk suatu panitia yang bertugas menyusun bentuk dan susunan ketatanegaraan Indonesia. Hasil panitia itu, kemudian disampaikan dalam pertemuan antara wakil-wakil GAPI dengan Komisi Visman pada tanggal 14 Februari 1941. Hasilnya ternyata bahwa Indonesia masih ingin tetap berada dalam ikatan kerajaan Belanda.

4. Organisasi Pergerakan Perempuan

Ketika Indonesia memasuki masa penjajahan, kedudukan perempuan Indonesia sampai akhir abad ke-19 belum membawa perkembangan yang berarti. Selain karena adat-istiadat, kebijakan kolonial juga seolah membedakan antara kedudukan perempuan dan laki-laki. Lihat dalam soal pendidikan. Perempuan cukup di rumah dengan mengerjakan pekerjaan rumah, mengurus suami atau mengerjakan keterampilan praktis kerumahtanggaan. Berdasarkan keadaan tersebut, ada beberapa tokoh perempuan yang berusaha mendobrak kearah kemajuan. Keharusan perempuan untuk keluar dari rumah mulai diperjuangkan, perlunya pendidikan, penentangan poligami juga mulai diperjuangkan. Usaha terobosan terhadap perjuangan kaum perempuan ternyata datangnya dari kaum perempuan juga. Mereka menginginkan persamaan hak dan kedudukan yang setara dengan pria. Tokoh yang menjadi pelopor atau emansipasi kaum perempuan adalah R.A. Kartini 1879-1904 yang cita-citanya termuat dalam Habis Gelap Terbitlah Terang. Tokoh lainnya, antara lain: Raden Dewi Sartika 1884-1947 melalui Sekolah Kaoetamaan Istri , Budi Utomo melalui Putri Mardika 1912, dan beberapa perkumpulan perempuan Kerajinan Anai Setia di Padang 1914, Pawiyatan Perempuan 1915 di Magelang, Percintaan Ibu kepada Anak Temurunannya PIKAT tahun 1917, Purborini 1917 di Tegal, Aisiyah di Yogyakarta, dan Perempuan Sosilo di Pemalang. Dari berbagai organisasi pergerakan nasional di atas, kelompokkan oleh kalian organisasi-organisasi yang kooperatif dan nonkooperatif dengan pihak kolonial dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Kumpulkan hasilnya pada guru Kalian