76
permukiman secara ekonomi justru akan menambah pengeluaran rumah tangga. Namun untuk investasi jangka panjang akan sangat menguntungkan dengan
meningkatnya Sumber Daya Manusia.
5.1.3. Aspek Psikologi Sosial
Dalam pengembangan modal dan gerakan sosial yaitu dengan adanya identitas sosial dan akhirnya menimbulkan sikap sosial. Dalam sikap sosial tersebut ada
dua komponen yaitu keyakinan dan perasaan, dan kedua komponen ini muncul bersama-sama. Aspek perasaan yang sering dipelajari adalah evaluasi. Evaluasi
kita menyangkut apakah suatu identitas sosial tertentu baik atau jahat, menyenangkan atau tidak menyenangkan suatu kelompok menjadi disukai atau
tidak disukai. Evaluasi dapat dibedakan menjadi direction dan intensity . Direction atau arah menyangkut apakah sikap kita positif atau negatif terhadap identitas
sosial tertentu. Arah positif disebut sosial esteem atau penghargaan sosial, sedangkan arah negatif disebut prejudice atau prasangka. Bila dikaitkan dengan
eks penderita kusta maka keberadaannya dalam masyarakat yang lebih luas masuk dalam kategori prejudice atau prasangka. Seperti yang dialami oleh salah
salah eks penderita kusta saat mengantar anaknya sekolah di Taman Kanak- Kanak di desa Kedungjambe Pak Tyo 54 mengemukakan bahwa :
” … saat saya mengantarkan anak di TK desa Kedungjambe banyak orang tua murid yang lain melihat saya dengan perasaan
aneh, dan sangat menyakitkan sekali saat anak saya mau duduk dengan murid yang lain, tapi orang tua murid tersebut tidak
mengijinkan, katanya takut ketuluaran penyakit …..“.
Dengan adanya akumulasi dari berbagai pengalaman yang dialaminya akhirnya muncullah gerakan sosial yang dikoordinir oleh beberapa orang antara lain tokoh
masyarakatagama.
5.1.4. Pengembangan Modal Sosial dan Gerakan Sosial
Social Capital Menurut Bank Dunia 1999 dalam Tonny 2004 merujuk pada institusi, relasi dan norma-norma yang membentuk kuantitas dan kualitas
interaksi sosial di dalam masyarakat. Sedangkan modal sosial sosial capital menurut Fukuyama 2000, dalam Tonny 2004 diartikan sebagai seperangkat
77
nilai-nilai internal atau norma-norma yang disebarkan di antara anggota-anggota suatu kelompok yang mengijinkan mereka untuk bekerjasama antara satu
dengan yang lain. Ia menambahkan bahwa prasyarat penting munculnya modal sosial adalah adanya kepercayaan trust, kejujuran honesty, dan timbal bailk
resiprocity. Modal sosial memiliki empat dimensi antara lain 1 Integrasi yaitu ikatan yang kuat antar anggota masyarakat; 2 Linkage pertalian yaitu ikatan
dengan komunitas lain di luar komunitas asal; 3 Integritas organisasional yaitu keefektifan dan kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya; dan
4 Sinergi yaitu relasi antara pemimpin dengan institusi pemerintahan Colletta Cullen ; 2000 dalam Tonny 2004
Bila penulis telaah secara sederhana dalam konteks program berdirinya Taman Kanak-Kanak ditinjau dari modal sosial yang dikemukan oleh Bank Dunia dan
Fukuyama serta empat dimensi modal sosial maka dalam masyarakat yang sangat sederhana pun sedikit banyak sudah menggunakan atau memanfaatkan
modal sosial dalam mengembangkan komunitasnya. Seperti yang dikemukakan oleh Bank Dunia bahwa ternyata komunitas eks penderita kusta memanfaatkan
institusi RT Rukun Tetangga dan interaksi sosial warga yang tergambung dalam kumpulan RT Rukun Tetangga sebagai media mencetuskan suatu
gagasan. Begitu juga seperti yang dikemukakan Fukuyama 2000 dalam Tonny 2004 dalam mewujudkan inisiatifnya mereka memanfaatkan kerjasama antar
warga dalam menyediakan sarana dan prasarana Taman Kanak-Kanak juga antar anggota masyarakat saling percaya, jujur serta adanya timbal balik dalam
mewujdkan berdirinya Taman Kanak-Kanak. Ditinjau dari dimensi modal sosial secara sangat sederhana komunitas eks
penderita kusta juga masuk pada dimensi keempat yaitu sinergi. Secara integrasi mereka mempunyai ikatan sangat kuat karena faktor senasib dan
sepenanggungan, secara linkage pertalian mereka bisa membangun relasi dengan orang luar komunitas yaitu ibu guru Taman Kanak-Kanak dan
mendudukan ketua yayasan Bina Putra juga berasal dari luar komunitas. Integrasi ini bisa dijalankan panti sebagai institusi negara dapat memberikan
fasilitas milik panti untuk kegiatan masyarakat di sekitar panti. Sedangkan secara sinergi dapat dijalankan oleh masing-masing ketua RT, tokoh masyarakatagama
dengan institusi pemerintahan yang dalam hal ini diwakili oleh panti.
78
Gerakan sosial dalam program ini sudah dijelaskan dengan adanya Taman Kanak-kanak akan membawa perubahan nilai, norma, sistem kepercayaan dan
budaya ke arah yang lebih baik seperti yang dikemukakann oleh Ibu Rmh 37 Guru TK bahwa:
“….waktu saya baru masuk pertama kali di Taman Kanak-kanak ini, pembicaraan anak-anak disini sangat kasar dan tidak mengenal
etika, tidak seperti kampung – kampung lain, pada saat saya menganjar di TK sebelumnya, namun setelah saya mengajar kurang
lebih satu tahun sudah ada perubahan dalam cara bicara dan pergaulan……..”.
Seperti dijelaskan di atas bahwa Gerakan sosial social movement menurut Baldridge 1986 dalam Tonny dan Utomo 2004 yaitu :
“….. suatu bentuk perilaku atau tindakan kolektif yang melibatkan sekelompok orang yang membaktikan diri untuk mendorong atau
sebaliknya menolak suatu perubahan sosial”.
Perilaku kolektif menurut Sunarto 1993 dalam Tonny dan Utomo 2004 ….. “ perilaku yang dilakukan bersama oleh sejumlah orang, tidak
bersifat rutin dan merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu “.
Bahwa untuk mengadakan perubahan di permukiman eks penderita kusta maka dalam diri masyarakat sendiri sudah ada gerakan sosial ini akbiat dari
ketertindasan sosial seperti yang dikemukakan oleh Engels Marx 1989 dalam Tonny dan Utomo 2004 dengan teori asal mula gerakan sosial menggariskan
bahwa kondisi sosial ekonomi yang sangat buruk menjadi alasan untuk seseorang memutuskan bahwa tidak ada ruginya bergabung dalam suatu
gerakan sosial revolusioner. Seperti dijelaskan pula oleh Giddens, 1990; Komblum, 1988; Light, Keller dan Calhoun 1989, dalam Tonny dan Utomo
2004 bahwa mereka mengaitkan gerakan sosial dengan deprivasi ekonomi dan sosial. Menurut penjelasan ini orang melibatkan diri dalam gerakan sosial karena
menderita deprivasi kehilangan, kekurangan, penderitaan, misalnya dibidang ekonomi seperti hilangnya peluang untuk dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pokoknya: pangan, sadang, papan. Bila ditelaah lebih mendalam bahwa gerakan sosial yang diaktualisasikan eks
penderita kusta melalui pendidikan seperti Taman Kanak-Kanak adalah bisa dikatakan akibat kondisi sosial ekonomi yang sangat buruk dan adanya deprivasi
ekonomi dan sosial . Secara ekonomi eks penderita kusta sangat sulit untuk mengakses sumber-sumber ekonomi ini disebabkan mereka tidak mempunyai
79
aset untuk dianggunkan atau kalau ada modal akan kesulitan untuk pemasaran karena masih ada ketakutan dari masyarakat bila harus membeli produk-produk
eks penderita kusta. Untuk mengoptimalkan gerakan tersebut akhirnya mereka bermusyawarah bahwa pengelolaan Taman Kanak-Kanak dimasukan dalam
Yayasan Bina Putra yang sudah sejak lama didirikan oleh warga permukiman eks penderita kusta. Bahkan supaya dapat bergerak dengan leluasa mereka
memilih ketua yang berasal dari orang luar permukiman dengan harapan dapat memperjuangkan aspirasi mereka warga eks penderita kusta yang berada di
Dusun Nganget Desa Kedungjambe Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur.
5.1.5. Kebijakan dan Perencanaan Sosial