120
Dalam pengelolaannya dilaksanakan secara hirarkis mulai Pembina yang dijabat oleh Kepala Panti, dibawahnya koordinator lalu pendamping, pengurus KUBE
dan yang paling bawah pengurus kelompok KBS - KUBE. Secara struktural pengurus KBS – KUBE akan melaporkan permasalahan kelompok kepada
Pengurus KUBE selanjutnya pengurus KUBE melanjutkan kepada Koordinator KUBE dan seterusnya sampai kepada Pembina KUBE.
Namun yang terjadi pengurus KBS – KUBE baik kelompok KBS – KUBE Bangkit Mulia maupun Sumber Makmur tidak berfungsi sehingga diambil alih oleh ketua
RT masing-masing yang secara langsung juga menjadi pengurus KUBE. Bagi kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia yang mempunyai Ketua RT rajin dan sering
mengadakan monitoring maka KBS – KUBE dapat berkembang namun untuk kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur sedikit mengalami hambatan dalam
perkembagannya. Ketua RT tidak bisa selalu memonitor perkembangan KBS – KUBE akhirnya anggota KBS – KUBE bertindak sesuai dengan kebutuhan yang
dia rasakan seperti menjual kambing untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bila ditelaah lebih dalam mekanisme kerja KUBE secara hirarkis
petanggungjawaban antar unit organisasi tidak jelas adanya jabatan rangkap yang disandang oleh pengurus KUBE. Selain sebagai pengurus KUBE mereka
juga menjadi ketua RT yang bertanggungjawab terhadap perkembangan KUBE. Kelemahan dari mekanisme kerja KUBE karena masing-masing unit tidak
mengetahui siapa bertanggungjawab kepada siapa, karena tidak ada penjelasan secara tertulis dan mekenisme tersebut hanya diketahui orang-orang yang
berada dalam panti tanpa melibatkan pengurus dan anggota KBS-KUBE yang ada.
6.2.2. Aspek Kultur dalam kelembagaan KBS - KUBE
Banyaknya unsur-unsur kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat maka untuk memahami kelompok KBS - KUBE, pengamatan dibatasi pada nilai dan
norma kelompok, dan tata perilaku dalam kelompok.
6.2.2.1. Sistem Nilai dan Norma dalam Kelompok KBS - KUBE
Sistem tata nilai yang diperankan oleh anggota-anggota kelompok dalam masyarakat mencerminkan tata nilai dari masyarakat itu sendiri, begitu juga
121
sebaliknya tata nilai masyarakat itu mencerminkan tata nilai dari anggota- anggota masyarakat. Begitu juga yang terjadi pada anggota – anggota kelompok
KBS - KUBE dalam komunitas eks penderita kusta. Sistem tata nilai dan norma yang dianut oleh kedua kelompok KBS – yaitu pada KBS-KUBE Bangkit Mulia
kepatuhan pada peraturan lebih baik dibanding dengan KBS – KUBE Sumber Makmur ini dapat dilihat pada perilaku penjualan kambing yang dilakukan oleh
anggota kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur lebih banyak dibanding kelompok Bangkit Mulia. Disamping penjualan kambing juga masalah
pengguliran Kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia lebih banyak jumlah kambing yang digulirkan bahkan sudah membentuk kelompok baru.
Penjualan yang terjadi pada kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur ini disebabkan karena tingkat ekonomi kelompok sumber Makmur sangat rendah
dan sering sakit – sakitan sehingga kambing dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dipakai untuk pengobatan. Dalam kehidupan sehari-hari Eks
penderita kusta mempunyai semangat hidup dan semangat kerja yang lebih tinggi dibanding dengan masyarakat di dusun sekitar permukiman Dusun
Nganget ini sesuai dengan pernyataan Pak Mstr 55 yaitu : “………..bahwa yang membedakan eks penderita kusta dengan
warga di Dusun lainnya adalah semangat kerja dan keinginannya untuk tetap hidup lebih besar dibanding dengan warga dusun
lainnya……….”
Hakekat hidup dan hakekat kerja ini dapat diamati melalui pola kerja atau waktu lamanya mereka bekerja. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Rph 42 yaitu :
“……….Kulo niku pak nyambut dhamel milai injing ngantos suruf, tangi jam 04.00 terus sholat subuh, masak, umbah-umbah bakdho
niku angen dateng saben kulo sambi nburuh tandur ngantos bade dhuhur manthuk sekedap, mangke jam 13,00 berangkat malih
dateng saben nerusake mburuh ngantos jam 16.00, saksampune niku mendhet mendho kalih pados suket kangge nedo medho
menawi dhalu ngantos jam 17,30 ……..”
artinya saya ini pak mulai bekerja dari pagi sampai metahari tenggelam, mulai bangun jam 04.00 pagi terus menjalankan sholat subuh, masak,
mencuci setelah itu pergi mengembala kambing sambil menjadi buruh tani sampai hampir dhuhur, pulang sebentar sampai pukul 13.00 lalu berangkat
lagi melanjutkan bekerja sebagai buruh tani sampai pukul 16.00, sesudah itu pergi mengambil kambing sekalian mencari rumput untuk makan
kambing pada waktu malam hari selesai sampai pukul 17.30
Para eks penderita kusta bekerja selama 12 jam setiap harinya dengan kualitas pekerjaan yang berat, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
122
6.2.2.2. Tata Perilaku Dalam Kelompok KBS - KUBE
Tata perilaku dalam kelompok juga merupakan perwujudan dari perilaku yang ditujukkan oleh suatu masyarakat. Tata perilaku tersebut merupakan wujud
sistem norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat di permukiman eks penderita kusta Dusun Nganget. Jadi baik buruhnya suatu perilaku suatu
kelompok tergantung pada seberapa kuat nilai dan sistem norma yang dijalankan oleh kelompok tersebut. Untuk mengamati perilaku individu dalam kelompok KBS
- KUBE di permukiman eks penderita kusta Dusun Nganget ada tiga hal yang pokok yaitu perilaku kerjasama, perilaku persaingan dan disiplin kerja.
Kerjasama adalah suatu bentuk interaksi sosial ketika tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain atau tujuan kelompok
yang lain secara keseluruhan sehingga setiap individu hanya dapat mencapai tujuan apabila individu yang lain juga mecapai tujuan. Persaingan suatu bentuk
interaksi sosial ketika seorang individu dapat mencapai tujuan sehingga individu lain akan terpengaruh dalam mencapai tujuan tersebut atau suatu proses sosial
ketika individukelompok saling berusaha dan berebut untuk mencapai keuntungan dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan disiplin kerja merupakan
perilaku untuk mentaati suatu aturan baik itu aturan tertulis maupun tidak tertulis. Ketiga faktor tersebut dipandang sangat berkaitan dengan tata nilai dan norma
yang berlaku dalam dalam kelompok KBS - KUBE di permukiman eks penderita kusta. Untuk memahami lebih dalam tentang hal tersebut dapat diuraikan melalui
tabel 14. Tabel 14. Tata perilaku kelompok KBS - KUBE Dusun Nganget Tahun 2005.
Tata Perilaku Dalam Kelompok
Kelompok KUBE Bangkit Mulia
Sumber Makmur Perilaku Kerjasama
Bila ada anggota lain yang tidak bisa mengembalakan
kambing maka dapat dititipkan kepada anggota
lain tanpa pamrih. Bila ada anggota lain
yang tidak bisa mengembalakan
kambing maka bisa dititipkan orang dengan
jalan memberi upah.
Perilaku Persaingan Pengguliran
Ada kebanggaan bila sudah menggulirkan
Belum ada kebanggan bila sudah menggulirkan
Disiplin kerja Dalam mengembala dan
pemberian makanan tambahan tepat waktu
Dalam mengembala dan pemberian makanan
tambahan Tidak tepat waktu
Sumber : Wawancara dengan anggota kelompok tahun 2005
123
Perilaku kerjasama di antara kedua kelompok ini mempunyai perbedaan yang sangat menyolok. Bila pada kelompok KBS - KUBE Bangkit Mulia apabila ada
teman yang sedang bepergian maka teman yang lain dapat diminta untuk sementara mengembalakan kambing yang dimilikinya ini.
Sesuai dengan pernyataan Ibu Smh 49 yaitu : “……….Menawi wonten konco ingkang bade tindak an mendhonipun
dititip kalih kulo, natos pak Stm tindak Griyo Sakit Sumber Glagah Mojokerto mresakaken gerahipun pinten-pinten ndinten mendhonipun
dititip kulo, nggih kulo ngen sareng kalih mendho kulo ……..”
artinya bahwa kalau ada teman yang akan pergi kambing dititipkan kepada saya pernah pak Stm pergi ke Rumah Sakit Sumber Glagah
Mojokerto memeriksakan sakitnya, beberapa hari kambingnya dititipkan saya, ya saya mengembalakan bersamaan dengan
kambing saya.
Bila ditelaah lebih dalam bahwa perilaku kerjasama yang ditunjukkan oleh anggota kelompok KBS - KUBE Bangkit Mulia adalah berkat kebersamaannya
selama mereka berada di rumah sakit kusta Nganget sampai beberapa tahun bahkan bertempat tinggal pun bertetangga sehingga diantara mereka timbul
solidaritas. Sedangkan perilaku kerjasama di dalam kelompok KBS - KUBE Sumber Makmur
sudah didasari oleh sikap yang agak komersial seperti pernyataan Pak Swt 50 yaitu :
“………..bahwa pada saat saya sakit dan berobat ke Rumah Sakit Sumber Glagah Mojokerto beberapa hari, saya minta tolong pada
seseorang untuk sementara menggembalakan kambing, tetapi orang tersebut minta upah dan saya beri Rp. 60.000,- karena tidak punya
uang maka kambing saya jual untuk berobat dan memberi upah orang tersebut……..”
Dari pernyataan tersebut apabila ditelaah maka sifat solidaritas kelompok KBS – KUBE Sumber Makmur sangat rendah ini disebabkan karena mereka
dipertemukan di permukiman dan pada awalnya tidak mengetahui latar belakang masing-masing. Perilaku persaingan yang terjadi pada kedua kelompok KBS -
KUBE hampir sama namun frekwensi anggota yang berbeda artinya persaingan antar anggota KBS - KUBE Bangkit Mulia terjadi apabila sudah bisa
menggulirkan itu adalah merupakan kebanggaan karena mereka menganggap kewajiban sudah selesai dari 10 anggota hampir semua merasa senang kalau
sudah menggulirkan ini berakibat bahwa kelompok KBS - KUBE Bangkit Mulia
124
jumlah pengguliran lebih banyak dibanding kelompok KBS - KUBE Sumber Makmur dan bahkan sudah terbentuk kelompok KBS - KUBE baru.
Pada disiplin kerja anggota kelompok KBS - KUBE Sumber Makmur masih kurang dibanding dengan kelompok KBS - KUBE Bangkit Mulia. Ini disebabkan
tingkat mobilitas pada kelompok Sumber Makmur lebih tinggi sehingga kadang – kadang berpengaruh pada pemeiliharaan kambingnya. Sedangkan pada
kelompok Bangkit mulia ada saling bekerjasama atau saling membantu antara suami dan istri dalam pemeliharaan kambing, sehingga kambing tetap terpelihara
dengan baik.
6.3. Analisis Aspek Sosial Kelompok KBS - KUBE