13
mereka yang bekerja pada sektor ekonomi desa yang memperoleh pendapatan minimum dan hanya bisa memenuhi kebutuhan minimumnya
saja. Menurut Hammer 1994 dan Spicker 1993 serta Weissberg 1999 bahwa
eks penderita kusta di Dusun Nganget Desa Kedungjambe dapat dikategorikan sebagai lapisan miskin, karena berkesesuaian dengan ciri-ciri pada nomor tiga
yaitu orang – orang yang menderita penyakit kronis chronically ill persons lebih mengarah pada sebuah situasi yang menyebabkan orang-orang tidak mampu
hidup secara normal setelah menderita penyakit kronis. Artinya mereka tidak mampu hidup secara normal yaitu setelah sakit yang dideritanya ada kendala-
kendala sosial dan psikologis yang mereka rasakan. Seperti adanya perasaan minder dan sulit diterima oleh masyarakat secara luas isolasi sosial.
2.2. Tinjauan Tentang Pemberdayaan
Ketidakberdayaan yang dialami oleh sekelompok masyarakat telah menjadi bahan diskusi dan wacana akademis yang cukup hangat pada dekade terakhir
ini. Kelompok-kelompok tertentu yang mengalami diskriminasi dalam suatu masyarakat, seperti masyarakat kelas sosial ekonomi rendah, kelompok
minoritas etnis, wanita, populasi lanjut usia, serta para penyandang cacat, umumnya adalah orang-orang yang mengalami ketidakberdayaan Kieffer, 1984;
Tore, 1985 dalam Suharto 1997. Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan empowerment berasal
dari kata “power” kekuasaan dan keberdayaan dalam arti pemberian atau peningkatan kekuasaan power kepada masyarakat yang lemah atau tidak
beruntung disadvantaged seperti yang dikemukakan Ife 2002 “Empowerment aims to increase the power of disadvantaged”. Selanjutnya Torre dalam Parsons,
Jorgensen 1994. Hernandes 1994 mengemukakan pengertian pemberdayaan sebagai berikut :
A process through which become strong to participate within, share in the control of and influence events and institutions affecting their
lives, and that in part empowerment necessitates that people gain particular skill, knowledge and sufficient power to influence their
lives those they care about.
Pemberdayaan merupakan suatu proses dimana orang-orang menjadi cukup berdaya untuk berpartisipasi bersama-sama mengontrol dan mempengaruhi
14
situasi dan lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupan mereka. Pemberdayaan mengharuskan orang-orang untuk mendapatkan keterampilan,
pengetahuan dan kekuatan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupan dan penghidupan mereka yang mereka perhatikan.
Menurut Ife 2002 pemberdayaan memuat dua pengertian kunci yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan disini diartikan bukan kekuasaan
politik, melainkan kekuasaan atau penguasaan atas pilihan-pilihan personal dan kesempatan hidup, pendefinisian kebutuhan, ide atau gagasan, lembaga-
lembaga, sumber-sumber, aktivitas ekonomi dan reproduksi. Sementara kelompok lemah atau tidak beruntung meliputi kelompok lemah secara struktural,
kelompok lemah secara khusus dan kelompok lemah secara personal. Selain pengertian pemberdayaan, juga terdapat dimensi pemberdayaan seperti
dikemukakan oleh Torre dalam Parsons, et.al 1994 yaitu : 1. A development procces that begins with individual growth and
possibly culminates in larger sosial change. 2. A psychological state marked by heightened feelings of self esteem,
efficacy and control. 3. Liberation resulting from a social movement, which begins with
education and politization of powerless people and later involves collective attempt by the powerless o gain power and change
those structure that remain oppressive..
Pemberdayaan memiliki tiga dimensi yaitu, 1 suatu proses pengembangan yang mengawali pertumbuhan individual dan membentuk kemungkinan dalam
perubahan sosial yang lebih besar ; 2 kondisi psikologis yang ditandai dengan peningkatan perasaan harga diri, kemampuan diri dan pengontrolan diri ; 3
kebebasan sebagai hasil dari suatu pergerakan sosial yang dimulai dengan pendidikan dan pemolitikan orang yang tidak berdaya, melibatkan usaha kolektif
dari mereka untuk mendapatkan daya dan mengubah struktur yang masih menekannya.
Definisi lain mengenai pemberdayaan menurut Wallenstein dan Berstein 1998 dalam Suharto 1997 “ pemberdayaan merupakan suatu proses aksi sosial
untuk meningkatkan partisipasi orang, organisasi-organisasi dan masyarakat dalam mengendalikan kehidupan lingkungan masyarakat maupun masyarakat
yang lebih luas” sedangkan Guiterrez 1990 dalam Suharto 1997 menyebutkan bahwa tujuan pemberdayaan untuk meningkatkan kemampuan warga
masyarakat sehingga mereka dapat mengatasi masalah.
15
Makna pemberdayaan dikemukakan oleh Dharmawan 2000 , sebagai “a procces of having enough energy enabling people to expand their capabilities, to
have greater bargaining power, to make their own decisions, and to more easily access to source of better living”. Pemahaman ini memberikan makna bahwa
pemberdayaan berkaitan dengan upaya memperoleh posisi tawar yang lebih besar, serta kemudahan aksesibilitas kepada sumber kehidupan yang lebih baik.
Berdasarkan pengertian tersebut , maka pemberdayaan mengandung makna 1 argumentation of choices ; 2 increases the degree of freedom ; 3 enhancing
the ability to comman more economic resources ; dan 4 commanding more power at the grassroots level.
Sumaryadi 2005, menyebutkan tujuan pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah : 1 membantu pengembangan manusiawi yang otentik dan
integral dari masyarakat lemah, rentan, miskin, marjinal dan kaum kecil, seperti petani kecil, buruh tani, masyarakat miskin perkotaan, masyarakat adat yang
terbelakang, kaum muda pencari kerja, kaum cacat dan kelompok wanita yang didiskrimirdikesampingkan; 2 memberdayakan kelompok-kelompok
masyarakat tersebut secara sosio ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup
berperan dalam pengembangan masyarakat. Foy 1994 menggambarkan empat unsur utama pemberdayaan yang saling mengkait satu dengan lainnya.
Pertama, pemberdayaan itu terfokus pada kinerja performance focus. Masyarakat ingin melakukan pekerjaan baik. Organisasi yang memberdayakan
membantu mereka untuk mendapatkannya. Kedua adalah real teams Foy, 1994 Kinerja yang baik berasal dari tim yang baik. Ketiga, pemberdayaan
membutuhkan visible leadership Foy, 1994. Memberdayakan orangmasyarakat membutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai visi. Keempat,
pemberdayaan membutuhkan komunikasi yang baik good communication Foy, 1994.
Pemberdayaan adalah ada proses yang membantu mereka memahami diri mereka sendiri, merencanakan penggunaan sifat dan karakteristik terbaik,
menetapkan arah bagi diri mereka sendiri.
16
Proses seperti ini diperlihatkan oleh Wilson 1996 .
Sumber : Wilson, 1996 . Gambar 1 : Empowerment Process taken from Wilson, 1996
Tahap pertama dari proses pemberdayaan individu adalah ‘awakening’ , yang membantu orang mengadakan penelitian terhadap situasi mereka saat ini,
pekerjaan dan posisi mereka dalam organisasi. Tahap kedua dari proses pemberdayaan individu adalah ‘understanding’. Orang mendapat pemahaman
dan persepsi baru yang sudah mereka dapat mengenai diri mereka sendiri, pekerjaan mereka, aspirasi mereka dan keadaan umum. Tahap ketiga proses
pemberdayaan adalah ‘harnessing’, yang diakibatkan oleh awakening and understanding phases. Individu, yang sudah memperlihatkan ketrampilan dan
sifat, harus memutuskan bagaimana mereka dapat menggunakannya bagi pemberdayaan. Tahap terakhir dari proses tersebut adalah menggunakan
keterampilan dan kemampuan pemberdayaan sebagai bagian dari kehidupan kerja setiap hari.
Pemberdayaan komunitas berarti mengembangkan kondisi dan situasi sedemikian rupa sehingga komunitas memiliki daya dan kesempatan untuk
mengembangkan kehidupannya tanpa ada kesan bahwa pengembangan itu adalaH hasil kekuatan eksternal. Memberdayakan masyarakat berarti
menempatkan masyarakat sebagai subyek dalam pengembangan komunitas. Masyarakat berdaya memiliki ciri 1 mampu memahami diri dan potensinya ; 2
mampu merencanakanmengantisipasi kondisi perubahan ke depan, dan mengarahkan dirinya sendiri ; 3 memiliki kekuatan untuk berunding,
bekerjasama secara saling menguntungkan dengan bargaining power yang memadai ; 4 bertanggungjawab atas tindakannya sendiri. Sumardjo dan
Saharrudin, 2003
AWAKENING USING
HARNESSING
UNDERSTANDING
17
2.3. Tinjauan Tentang Kelompok dan Dinamika Kelompok