Kohesivitas Sosial Komunitas Eks Penderita Kusta.

134 laporan keuangan begitu juga pengurus KUBE ada rasa curiga kalau anggota yang diberi pinjaman tidak bisa mengembalikan pinjaman. 3. Solidaritas sosial ditingkat komunitas Namun bila ditarik ke komunitas eks penderita kusta maka akan timbul solidaritas kelompok-kelompok yang ada di permukiman. Seperti kelompok sosial, kelompok Ngangetkulon kali , kelompok pucung ada juga kelompok yang berlandaskan keagamaan seperti Nahdatul Ulama, LDII dan Kristen. Solidaritas sosial akan meluas lagi apabila mereka seluruh permukiman mulai terancam, artinya bahwa apabila sumber kehidupan dan kebutuhan mereka terganggu oleh pihak di luar komunitas eks penderita kusta misalnya panti, perhutani maka mereka serentak bersatu. Dan apabila itu terjadi mereka akan agresif sekali untuk bertindak seperti melakukan demo dan bisa sampai pada sikap anarkis. Faktor – faktor yang menghambat terjadi solidaritas ditingkat KUBE adalah banyak kelompok-kelompok dan paham idelogi yang ada di tingkat KUBE. Dalam kepengurusan KUBE saja ada tiga macam paham ideologi Kristen, NU dan LDII serta berbagai kelompok pucung, sosial dan kulon kali yang sangat rawan terjadinya konflik. Karena konflik pernah terjadi antara warga NU dan LDII tentang perekrutmen anggota masyarakat menjadi penganut salah satu paham tersebut. Faktor – faktor yang mendukung terjadinya solidaritas sosial adalah mereka sama – sama eks penderita kusta yang mempunyai permasalahan yang sama.

6.5.4. Kohesivitas Sosial Komunitas Eks Penderita Kusta.

Sigmund Freud berpendapat bahwa dalam setiap kelompok perlu adanya cohesiveness kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat bertahan lama dan berkembang. Selanjutnya kesatuan kelompok hanya dapat diwujudkan apabila tiap-tiap kelompok melaksanakan identifikasi bersama antara anggota satu dengan yang lain. Kohesivitas sosial komunitas eks penderita kusta dapat dianalisis melalui tiga hal yaitu 1 kohesivitas sosial intra kelompok KBS-KUBE ; 3 kohesivitas antara kelompok KBS-KUBE ; dan kohesivitas komunitas eks penderita kusta. Adapun kohesivitas sosial tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 135 1. Kohesivitas Sosial Intra Kelompok KBS – KUBE Kohesivitas sosial intra kelompok KBS-KUBE baik kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia dan Sumber Makmur sama – sama belum mempunyai kesatuan yang kuat ini disebabkan karena antar anggota kelompok tidak mempunyai saling ketergantungan satu sama lain, mereka tanpa kelompokpun bisa memelihara kambing dan memecahkan permasalahan keluarga bisa melalui tetangga ataupun orang lain di luar kelompok KBS - KUBE. Kelompok – kelompok tersebut tidak mempunyai aturan dan norma, simbol yang menyatukan antar anggota kelompok. Tujuan kelompok tidak dirumuskan dan dibuat bersama bahkan kelompok tersebut tidak mempunyai tujuan kecuali hanya tujuan-tujuan masing-masing anggota kelompok yaitu memelihara kambing secara pribadi dan cepat menggulirkan itu yang terjadi pada kelompok KBS-KUBE Bangkit Mulia sedangkan kelompok KBS-KUBE Sumber Makmur cenderun dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mengobati penyakit yang dialaminya. Faktor-faktor yang menghambat kohesivitas sosial intra kelompok yaitu antar anggota kelompok tidak mempunyai rasa saling ketergantungan, kelompok belum bisa memberi manfaat bagi anggota dan anggota merasa tidak dibutuhkan dalam kelompok. Faktor-faktor yang mendukung yaitu masing- masing anggota kelompok bertempat tinggal berdekatan satu sama lain dan mempunyai permasalahan yang homogen pada pemeliharaan kambing dan permasalahan sosial serta ekonomi. 2. Kohesivitas Sosial Antar Kelompok KBS – KUBE Kohesivitas sosial antar kelompok KBS-KUBE yang terjadi di komunitas eks penderita kusta adalah mempunyai tingkat kohesivitas yang rendah ini ditandai dengan tidak ada hubungan yang mengikat antara kelompok- kelompok KBS-KUBE yang ada seperti pertemuan rutin atau acara yang bersifat kebersamaan yang tumbuh dari inisiatif kelompok. Pertemuan yang terjadi selama ini atas inisitaif koordinator KUBE atau Kepala Panti dengan munculnya berbagai permasalahan yang ada seperti banyak kambing yang dijual atau mati maka seluruh anggota kelompok dipanggil di panti untuk mengadakan rapat guna menyelesaikan permasalahan tersebut sehabis itu sudah tidak mempunyai ikatan atau hubungan lagi. 136 Faktor – faktor yang mendukung kohensivitas kelompok KBS-KUBE adalah adanya srtuktur organisasi yang mengikat semua komponen yang ada. Dan struktur tersebut ada pada koordinator KUBE sekaligus sebagai pegawai panti. Disamping hal tersebut masih ada sifat kepatuhan anggota kelompok KBS-KUBE terhadap panti. Faktor-faktor yang menghambat kohesivitas kelompok KBS-KUBE tempat tinggal yang berjauhan antar kelompok, tidak mempunyai tujuan di tingkat pengurus KUBE, tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk mengembangkan KUBE, karena mereka berpikir tidak mendapat apa-apa di dalam kelompok. 3. Kohesivitas Sosial Komunitas Eks Penderita Kusta Kohesivitas sosial komunitas eks penderita kusta terjadi bila mereka mempunyai keinginan komunitas seperti ingin mempertahankan tanah pertanian yang selama ini sudah dikerjakan selama bertahun-tahun atau menginginkan sesuatu dari pemerintah misalnya adanya listrik masuk Dusun Nganget atau pembuatan jalan dan sebagainya. Namun secara formal komunitas eks penderita kusta tidak mempunyai organisasi yang menyatukan anggota komunitas. Faktor – faktor yang mendukung kohesivitas komunitas adalah adanya perasaan senasib yang begitu kuat diantara anggota komunitas sedangkan faktor – faktor yang menghambat adalah banyaknya kelompok – kelompok dalam komunitas seperti diuraikan di atas. Menyimak dan menelaah penjelasan di atas bahwa pemberdayaan komunitas eks penderita dapat dikaitkan dengan pendapat Foy 1994 menggambarkan empat unsur utama pemberdayaan yang saling mengkait satu dengan lainnya. Pertama, pemberdayaan itu terfokus pada kinerja performance focus. Masyarakat ingin melakukan pekerjaan baik. Organisasi yang memberdayakan membantu mereka untuk mendapatkannya. Kedua adalah real teams Foy, 1994 Kinerja yang baik berasal dari tim yang baik. Ketiga, pemberdayaan membutuhkan visible leadership Foy, 1994. Memberdayakan orangmasyarakat membutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai visi. Keempat, pemberdayaan membutuhkan komunikasi yang baik good communication Foy, 1994. Organisasi kelompok KBS-KUBE merupakan wadah yang tepat untuk memberdayakan eks penderita kusta . Dengan organisasi kelompok KBS- KUBE yang baik akan dapat membantu memberdayakan eks penderita kusta ditunjang dengan komunikasi dan seorang pemimpin yang mempunyai visi. 137

6.6. Analisis Tipe Kelompok KBS – KUBE

Dokumen yang terkait

Implementasi Kelompok Usaha Bersama (Kube) Tani Di Dusun III Desa Pematang Lalang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

2 78 100

Evaluasi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran Pengurus Kelompok Tani dalam Pelaksanaan Musyawarah Kelompok Tani di Kabupaten Langkat

21 135 83

Peran Pekerja Sosial Masyarakat Pendamping Kelompok Usaha Bersama (KUBE)Dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin Di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013

0 21 79

Pemberdayaan Komunitas Petani Miskin Melalui Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (Kasus KUBE Ternak Sapi di Desa Beji Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta)

0 9 10

PEMBERDAYAAN DIFABEL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL MELALUI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA ( KUBE )

0 11 152

OPTIMISME HIDUP PENYANDANG KUSTA DI DUSUN NGANGET TUBAN JAWA TIMUR.

0 3 9

REKONSTRUKSI PEMODELAN KELOMPOK USAHA BERSAMA DALAM PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN Studi Kasus : Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial.

0 0 37

PEMBERDAYAAN KELUARGA MELALUI KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) SRIKANDI DI DUSUN GAMOL, DESA BALECATUR, GAMPING, SLEMAN, YOGYAKARTA.

0 3 184

PENGEMBANGAN MODEL PENDAMPING SOSIAL KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 241

PEMBERDAYAAN KELUARGA NELAYAN MELALUI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI KAMPUNG MACCINI BAJI KELURAHAN PUNDATA BAJI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP

0 0 92