Tinjauan Tentang Kelompok Sebagai Media Pemberdayaan

21 5. Perkembangan kelompok Persoalan perkembangan kelompok dapat terlihat pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota kelompok dalam kelompok, perpecahan kelompok. Unsur-unsur dinamika kelompok yang menjadi pertimbangan dalam kajian ini adalah motivasi berkelompok, Kepedulian sosial , rasa turut memiliki, kerjasama antar anggota kelompok, kontrol sosial.

2.4. Tinjauan Tentang Kelompok Sebagai Media Pemberdayaan

Salah satu pola pendekatan pemberdayaan yang belakangan ini mampu mengangkat mereka yang miskin agar menjadi berdaya dan berkembang adalah melalui media “kelompok”. Mereka diorganisir dalam wadah kelompok dan kelompok itu dimultifungsikan menjadi media pembelajaran anggota sekaligus proses tukar menukar informasi, pengetahuan dan sikap. Secara perlahan, kekuatan individu akan muncul menjadi kekuatan kelompok dan disitulah berlangsungnya proses penguatan atau pemberdayaan. Melalui wadah kelompok, kreativitas masing-masing pihak individu sebagai anggota kelompok akan mewarnai kehidupan kelompok termasuk bagaimana mencari jawaban secara swadaya dan swadana terhadap persoalan-persoalan yang mereka hadapi. Cara dan proses tersebut sudah tentu merupakan gambaran mulus dari proses pemberdayaan melalui pendekatan kelompok. Tokoh sosiologi-politik dari Universitas Gadjah Mada Prof. Sunyoto Usman berpendapat bahwa setidaknya ada tiga aspek yang lazim dikenal dalam proses pemberdayaan yakni : asistensi, fasilitasi, dan promosi. Pertama, apabila sejumlah kemampuan sudah dimiliki oleh kelompok yang dibina, maka bentuk yang lazim dilakukan adalah dengan assistance misalnya dalam bentuk pelatihan, konsultasi atau asistensi teknis, dana, dan sejenisnya dan kedua facilitation kolaborasi kegiatan. Ketiga, apabila masyarakat binaan masih dikategorikan ke dalam bentuk masyarakat yang berkemampuan rendah, maka alternatif yang perlu dikembangkan adalah model promotion bantuan pada bidang-bidang tertentu yang sangat dibutuhkan. Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan secara bertahap dari tingkat individu, keluarga, kelompok, komunitas sampai pada tingkat institusi atau 22 kelembagaan. Salah satu upaya membangkitkan inisiatif dan partisipasi masyarakat lokal dapat dilakukan dengan menggunakan medium kelompok. Pendekatan kelompok menurut Vitayala 1986 mempunyai kelebihan antara lain proses adopsi dapat dipercepat, karena adanya interaksi sesama anggota kelompok dalam bentuk saling mempengaruhi satu sama lain. Selain itu seperti yang dikemukakan Gaetano Mosca bahwa “manusia mempunyai naluri untuk berkumpul dan berjuang dengan kumpulan manusia lainnya, sehingga individu ‘senasib’ saling berkumpul dalam suatu kelompok Olson, 1975. Dengan demikian kelompok dapat dinilai sebagai bentuk pemberdayaan yang paling efektif, seperti yang dikemukakan Kurt Lewin bahwa lebih mudah untuk mengubah pola tingkah laku individu-individu yang terikat dalam satu kelompok daripada secara individual Soekanto,1986. Lebih lanjut dipertegas oleh Achlis 1983 bahwa penggunaan kelompok merupakan mekanisme yang lebih baik daripada mekanisme-mekanisme lainnya dan bahwa kelompok memiliki kekuatan-kekuatan tertentu yang apabila digali dan dikembangkan atas nama dan kerjasama kelompok dapat merupakan sumber-sumber untuk penyembuhan dan pengembangan anggota-anggotanya. Kelompok sebagai gambaran kehidupan berorganisasi suatu komunitas, merefleksikan dinamika tindakan kolektif warga dalam mengatasi masalah bersama, termasuk peningkatan pendapatan rumah tangga safety net di komunitas Darmajanti, 2004. Karena itulah maka dalam kelompok akan terdapat kombinasi kepentingan individu dan kepentingan kolektif. Namun semua kelompok seperti yang dinyatakan Olson 1975 mempunyai tujuan melayani kepentingan kolektif anggotanya. Dalam pemberdayaan masyarakat, penguatan kelompok berarti akan mencakup pola relasi, interaksi sosial dan identifikasi yang didasari oleh tumbuhnya kepercayaan, kerjasama dan membangun jejaring kerja. Lebih lanjut Achlis 1983 mengemukakan bahwa proses kelompok merupakan sumber bagi pemberdayaan anggota-anggotanya melalui : 1 Dukungan kelompok group support; 2 Pengawasan kelompok group control; 3 Pengakuan rekognetion; 4 Generalisasi dan 5 Integrasi. 23

2.5. Tinjauan tentang Keberfungsian Sosial

Dokumen yang terkait

Implementasi Kelompok Usaha Bersama (Kube) Tani Di Dusun III Desa Pematang Lalang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

2 78 100

Evaluasi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran Pengurus Kelompok Tani dalam Pelaksanaan Musyawarah Kelompok Tani di Kabupaten Langkat

21 135 83

Peran Pekerja Sosial Masyarakat Pendamping Kelompok Usaha Bersama (KUBE)Dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin Di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013

0 21 79

Pemberdayaan Komunitas Petani Miskin Melalui Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (Kasus KUBE Ternak Sapi di Desa Beji Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta)

0 9 10

PEMBERDAYAAN DIFABEL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL MELALUI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA ( KUBE )

0 11 152

OPTIMISME HIDUP PENYANDANG KUSTA DI DUSUN NGANGET TUBAN JAWA TIMUR.

0 3 9

REKONSTRUKSI PEMODELAN KELOMPOK USAHA BERSAMA DALAM PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN Studi Kasus : Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial.

0 0 37

PEMBERDAYAAN KELUARGA MELALUI KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) SRIKANDI DI DUSUN GAMOL, DESA BALECATUR, GAMPING, SLEMAN, YOGYAKARTA.

0 3 184

PENGEMBANGAN MODEL PENDAMPING SOSIAL KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 241

PEMBERDAYAAN KELUARGA NELAYAN MELALUI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI KAMPUNG MACCINI BAJI KELURAHAN PUNDATA BAJI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP

0 0 92