75
beberapa tokoh masyarakat Rsl, Kyai Ysf, Rso, Ryd dan Mkn memberanikan diri untuk menghadap Kepala Panti Rehabilitasi Eks Penderita Kusta. Di
lingkungan panti ada bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan panti, karena untuk kepentingan pendidikan maka kepala panti memperbolehkan,
namun dengan syarat bahwa bangunan tersebut harus dipelihara, untuk biaya perawatan dan operasional harus ditanggung oleh warga masyarakat sendiri.
Dari beberapa permasalahan atau kendala sudah teratasi maka untuk biaya operasional kegiatan sekolah serta sarana dan prasarana dimusyawarahkan lagi
di tingkat RT. Dalam musyawarah tersebut akhirnya disetujui bahwa yang akan memyumbang
sarana yang prasarana adalah warga masyarakat yang mempunyai usaha meubel, adapun barang-barang yang diperlukan seperti bangku, kursi dan
papan tulis. Dengan kesepakatan tersebut akhirnya sampai sekarang di Taman Kanak-Kanak tersebut tersedia sarana: meja 10 buah, kursi 20 buah, alat
bermain satu buah dan alat peraga tiga buah. Disamping swadaya komunitas lokal juga ada bantuan dari Sekretaris Desa berupa kusrsi sebanyak 10 buah.
Akhirnya dengan keberadaan yang sangat sederhana, tepatnya tanggal 13 April 2004 memberanikan diri membuat edaran mulai tahun anggaran 2004-2005 akan
dibuka pendaftaran “TK BHAKTI HUSADA DUSUN NGANGET DESA KEDUNGJAMBE, SINGGAHAN, TUBAN”. Dengan jumlah murid sebanyak 20
orang. Karena sudah beroperasional secara formal maka perlu adanya pengesahan dari Dinas Pendidikan, maka oleh warga didaftarkan ke Cabang
Dinas Pendidikan Kecamatan Singgahan melalui Yayasan Bina Putra yang sudah dibentuk oleh warga eks penderita kusta sejak tahun 1989. Melalui
yayasan tersebut akhirnya TK BHAKTI HUSADA bergerak untuk mencari donatur. Dengan demikian bahwa berdirinya Taman Kanak-Kanak tersebut
merupakan swadaya warga masyarakat.
5.1.2. Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Program pendidikan Taman Kanak-Kanak tidak berhubungan langsung dengan pertumbuhan ekonomi, namun untuk jangka panjang diharapkan akan
berpengaruh pada peningkatan Sumber Daya Manusia, dengan meningkatnya Sumber Daya Manusia akan meningkatkan daya saing bagi pertumbuhan
ekonomi di masa yang akan datang. Manfaat yang dirasakan oleh warga
76
permukiman secara ekonomi justru akan menambah pengeluaran rumah tangga. Namun untuk investasi jangka panjang akan sangat menguntungkan dengan
meningkatnya Sumber Daya Manusia.
5.1.3. Aspek Psikologi Sosial
Dalam pengembangan modal dan gerakan sosial yaitu dengan adanya identitas sosial dan akhirnya menimbulkan sikap sosial. Dalam sikap sosial tersebut ada
dua komponen yaitu keyakinan dan perasaan, dan kedua komponen ini muncul bersama-sama. Aspek perasaan yang sering dipelajari adalah evaluasi. Evaluasi
kita menyangkut apakah suatu identitas sosial tertentu baik atau jahat, menyenangkan atau tidak menyenangkan suatu kelompok menjadi disukai atau
tidak disukai. Evaluasi dapat dibedakan menjadi direction dan intensity . Direction atau arah menyangkut apakah sikap kita positif atau negatif terhadap identitas
sosial tertentu. Arah positif disebut sosial esteem atau penghargaan sosial, sedangkan arah negatif disebut prejudice atau prasangka. Bila dikaitkan dengan
eks penderita kusta maka keberadaannya dalam masyarakat yang lebih luas masuk dalam kategori prejudice atau prasangka. Seperti yang dialami oleh salah
salah eks penderita kusta saat mengantar anaknya sekolah di Taman Kanak- Kanak di desa Kedungjambe Pak Tyo 54 mengemukakan bahwa :
” … saat saya mengantarkan anak di TK desa Kedungjambe banyak orang tua murid yang lain melihat saya dengan perasaan
aneh, dan sangat menyakitkan sekali saat anak saya mau duduk dengan murid yang lain, tapi orang tua murid tersebut tidak
mengijinkan, katanya takut ketuluaran penyakit …..“.
Dengan adanya akumulasi dari berbagai pengalaman yang dialaminya akhirnya muncullah gerakan sosial yang dikoordinir oleh beberapa orang antara lain tokoh
masyarakatagama.
5.1.4. Pengembangan Modal Sosial dan Gerakan Sosial