6
beli tersebut masyarakat disekitar bisa menjual keperluan rumah tangga dengan lebih baikmeningkat.
C. Kepentingan Pemerintah Daerah 1. Mencegah timbulnya permasalahan sosial yang baru bagi eks penderita
kusta yaitu menjadi gelandangan dan pengemis di jalan – jalan. 2. Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur berkaitan dengan masalah
eks penderita kusta dapat berjalan dengan baik.
1.2. Perumusan Masalah
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembangunan kesejahteraan sosial mengupayakan meningkatnya taraf kesejahteraan sosial, terjaminnya setiap
warga negara untuk memperoleh hak-haknya sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Dijelaskan pula dalam Keputusan Menteri Sosial RI No.
24HUK1996 tentang Sistem Kesejahteraan Sosial bahwa tujuan pembangunan kesejahteraan sosial adalah tercapainya kondisi kesejahteraan sosial yang adil
dan merata serta berjalannya suatu sistem kesejahteraan sosial yang mapan dan melembaga sebagai salah satu piranti kehidupan masyarakat Indonesia dalam
upaya menjadi bangsa yang maju, mandiri, sejahtera lahir dan batin. Pembangunan kesejahteraan sosial menekankan pada keberfungsian sosial
manusia dalam kehidupan sosial kemasyarakatan Suharto, 2004. Perlu diakui bahwa pemerintah Indonesia telah banyak melakukan serangkaian
upaya dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat. Masalahnya belum semua warga negara dapat tertangani dan terjangkau dalam
pemenuhan kebutuhannya. Terutama bagi para penyandang masalah kesejahteraan sosial PMKS yang termasuk masyarakat marjinal, jumlah warga
PMKS yang membutuhkan perhatian sebesar 24,5 juta jiwa salah satunya adalah eks penderita kusta.
Program bantuan kesejahteraan sosial dengan membentuk Kelompok Usaha Bersama KUBE merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi
permasalahan tersebut dengan tujuan meningkatkan harkat dan martabat serta menumbuhkan harga diri dalam rangka mewujudkan kehidupan dan
7
penghidupan yang lebih baik. Kelompok Usaha Bersama KUBE di Dusun Nganget terdiri dari lima kelompok masing-masing kelompok 10 orang. Adapun
KBS-KUBE tersebut adalah 1 KBS-KUBE Sumber Makmur dengan modal awal 20 ekor, beranak tujuh ekor, mati tiga ekor dan hilang satu ekor, dijual
12 ekor, jumlah yang ada sekarang 11 ekor ; 2 KBS-KUBE Bangkit Mulia dengan modal awal 20 ekor beranak 28 ekor, mati tiga ekor, jumlah menjadi 45
ekor ; 3 KBS-KUBE Bina Usaha dengan modal awal 20 ekor beranak 10 ekor, mati lima ekor dan dijual dua ekor jumlah terakhir 23 ekor; 4 KBS-KUBE
Barokah dengan modal awal 20 ekor beranak sembilan ekor, mati dua ekor, jumlah yang ada 27 ekor dan 5 KBS-KUBE Sumber Rejeki dengan modal awal
20 ekor, beranak delapan ekor, mati dua ekor, hilang tiga ekor dijual dua ekor, yang ada sekarang 21 ekor.
Dari modal awal usaha ternak kambing gibas sebanyak 100 ekor menunjukkan adanya perkembangan yang positif sebanyak 27 ekor kambing. Selanjutnya
proses pengguliran diserahkan pada penguruspendamping yang terdiri dari tokoh masyarakatagamaketua Rukun Tetangga ditunjuk enam orang sebagai
muara kegiatan KUBE setelah anak kambing berumur enam bulan . Setelah itu dimusyawarahkan antara anggota dan pendamping serta ditetapkan siapa yang
dapat pengguliran berikutnya. Perkembangan kambing sedikit banyak akan berpengaruh terhadap
keberfungsian sosial eks penderita kusta. Pertama dengan berkembangnya kambing secara ekonomi akan meningkatkan pendapatan eks penderita kusta
seperti adanya pembelian peralatan pertukangan kayu yang lebih baik mesin sehingga produksi meubel akan meningkat ini adalah hasil penjualan dari
perkembangan kambing KUBE. Dengan adanya perkembangan kambing menambah semangat eks penderita kusta untuk saling bekerja sama dan
bertukar pengalaman tentang pemeliharaan kambing dan menambah kepedulian sosial antar eks penderita kusta terhdapat sesama anggota kelompok KBS-
KUBE maupun dengan masyarakat. Dalam perkembangannya KUBE tersebut tidak terlepas dari berbagai
permasalahan yang ada seperti pengorganisasian kelompok, dan individu sebagai anggota kelompok. Secara pengorganisasian kelompok ada kelompok-
kelompok KUBE yang dapat berkembang dengan baik namun ada juga KUBE yang tidak dapat berkembang, ini disebabkan adanya Adapun kendala yang
8
berkaitan dengan anggota kelompok adalah kurangnya keterampilan anggota kelompok dalam mengembangkan kelompoknya dan terbatasnya keterampilan
produksi kambing. Kendala kelompok KBS-KUBE meliputi 1 aspek kelembagaan antara lain srtuktural dan kultural, secara struktural pengurus
belum dapat menjalankan peranannya sedangkan secara kultural belum belum dipatuhinya peraturan dan norma dalam kelompok ; 2 aspek sosial yaitu belum
terjalinnya kerjasama, kepedulian sosial antar anggota dalam kelompok dan anggota antar kelompok KBS-KUBE maupun kelompok dengan kelompok, serta
kelompok dengan masyarakat ; 3 aspek ekonomi yaitu masih rendahnya tingkat pendapatan eks penderita kusta. Selain itu ada faktor 1 jejaring yaitu masih
terbatasnya jejaring antar anggota dalam kelompok KBS-KUBE maupun antar kelompok KBS-KUBE ; 2 integrasi sosial yaitu belum terbentuk intergrasi sosial
antar anggota dalam kelompok maupun antar kelompok KBS-KUBE ; 3 solidaritas sosial dalam kelompok masih lemah dan 4 kohesivitas sosial juga
masih lemah. Kelompok KBS-KUBE yang akan diteliti dipilih berdasarkan tingkat progresifitas.
Pertama Kelompok KBS – KUBE yang progresif, kedua kelompok KBS – KUBE yang pasif. Indikator progresifitas dapat dilihat dari aspek sosial motivasi
berkelompok, peran masyarakat, partisipasi, rasa turut memiliki, kepedulian sosial, kerjasama antar anggota kelompok, aspek ekonomi meningkatkan
perekonomian anggota kelompok KBS-KUBE dan aspek kelembagaan yang meliputi struktur dan kultur rapatpertemuan anggota, kelengkapan organisasi,
pembagian tugas, administrasi, pendelegasian wewenang, aturan tertulis, norma dan tata nilai. Adanya kedua kelompok yaitu progresif dan pasif yang akan dikaji
ini sangat penting artinya karena akan diketahui faktor – faktor penyebab suatu kelompok itu progresif atau pasif. Dengan diketahui faktor-faktor penyebab
tersebut akan dapat dijadikan wahana belajar bagi kelompok yang pasif sehingga kelompok tersebut akan bergerak kearah progresifmaju.
Dengan berbagai kompleksitas permasalahan yang dihadapi kelompok KBS – KUBE maka penulis tertarik menelaah lebih dalam mengenai bagaimana strategi
yang tepat memberdayakan komunitas eks penderita kusta melalui penguatan individu dan kelompok Keluarga Binaan Sosial KBS – Kelompok Usaha
Bersama KUBE.
9
Dari gambaran latar belakang dan permasalahan di atas dapat dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembentukan kelompok Keluarga Binaan Sosial KBS – Kelompok Usaha Bersama KUBE ?
2. Bagaimana masalah dan akar masalah pengembangan kelompok yang dihadapi oleh kelompok KBS – KUBE dikembangkan oleh eks penderita
kusta ? 3. Bagaimana analisis dan evaluasi program-program pengembangan
masyarakat melalui penguatan individu dan kelompok KBS–KUBE di Dusun Nganget ?
4. Bagaimana program penguatan individu dan kelompok KBS–KUBE seharusnya disusun sehingga komunitas eks penderita kusta dapat
melaksanakan fungsi sosialnya ?
1.3. Tujuan