93
“……ada penerima bantuan yang menukarkan kambing gibas dua ekor menjadi kambing jawa satu ekor, namun ia berjanji akan
menggulirkan dua ekor, namun setelah kambing jawa itu gemuk dijual pada saat bulan haji sehingga dia mendapat untung, lantas
dibelikan lagi kambing gibas dua ekor itupun sangat kecil, sehingga memerlukan waktu yang lama untuk beranak ini akan
berakibat tertundanya proses pengguliran……”.
Dengan berbagai wawancara tersebut jelas bahwa belum sepenuhnya ada kepercayaan, kejujuran maupun timbal balik baik dari masyarakat penerima
bantuan, masyarakat lainnya ataupun pihak panti sendiri. Modal sosial di Dusun Nganget dapat dilihat dari empat dimenasi modal sosial
yang dikemukakan oleh Colletta Cullen 2000 dalam Tonny 2004. Adapun dimensi modal sosial tersebut antara lain 1 Integrasi yaitu ikatan yang kuat
antar anggota masyarakat; 2 Linkage pertalian yaitu ikatan dengan komunitas lain di luar komunitas asal; 3 Integritas organisasional yaitu keefektifan dan
kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya; dan 4 Sinergi yaitu relasi antara pemimpin dengan institusi pemerintahan. Perasaan senasib adalah
merupakan dimensi integrasi yang kuat antar anggota eks penderita kusta. Lingkage pertalian dalam Dusun Nganget dapat dilihat dengan terjalinnya
berbagai stakeholders seperti Lembaga Swadaya Masyarakat, Pesantren, Rumah Sakit Kusta seperti terlihat dalam sub bab jejaring. Sedangkan intergritas
organisasional dapat dilihat dengan adanya peran Panti Rehabilitasi Eks Penderita Kusta dalam mengembangkan komunitas eks penderita kusta dan
hubungan yang baik antara tokoh masyarakatagama dan ketua Rukun Tetangga dengan pemerintah desa dan panti.
5.2.4. Aspek Psikologi Sosial
Dalam pengembangan modal dan gerakan sosial ini berkaitan bila eks penderita kusta akan membentuk jejaring yang sifatnya ke luar permukiman. Adanya
identitas sosial dan sikap sosial yang diberikan oleh masyarakat diluar permukiman yang kurang baik sehingga akan menghambat eks pendeirta kusta
dalam mengadakan interkasi dan menjalin relasi dengan dunia luar. Identitas sosial adalah konsep mental yang dikembangkan oleh pikiran dan
disimpan di dalam memori sebagai hasil pengalaman kita. Identitas sosial diasosiasikan dengan sejumlah kenyakinan belief dan perasaan feelings yang
disebut sikap sosial. social attitude. Adanya kenyakinan dari orang luar bahwa
94
kalau berdekatan dengan eks kusta akan menular. Dengan kenyakinan tersebut maka akan timbul sikap sosial untuk menjauhi eks penderita kusta. Dengan
demikian eks penderita kusta akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan dirinya ke luar permukiman termasuk dalam menbangun jejaring dengan orang
luar permukiman. Adanya pandangan bahwa bantuan KUBE adalah merupakan hibah dan pandangan bahwa bila warga eks penderita kusta mendapat bantuan
maka semua harus mendapatkan bantuan pemahaman ini harus dirubah dengan menggunakan teori representasi sosial.
5.2.5. Kebijakan dan Perencanaan Sosial.
Departemen Sosial melalui pembangunan kesejahteraan sosial sudah sejak lama melaksanakan pengentasan kemiskinan. Seperti yang dilakukan pada REPELITA
II yang dikenal dengan Program Usaha Bimbingan Kesejahteraan Keluarga UBKK dan Program Usaha Bimbingan Kesejahteraan Anak dan Taruna
UBKAT. Pada REPELITA III program tersebut berubah menjadi Bimbingan dan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat BPKM serta Usaha Swadaya
Masyarakat USSM dan Dalam REPELITA IV program tersebut berubah lagi menjadi Program Penanggulangan Kemiskinan dikenal dengan Proyek
Penyantunan dan Pengentasan Fakir Miskin PPFM. Dalam melaksanakan PPFM tersebut Departemen Sosial juga menggunakan pendekatan kelompok
yang dikenal dengan nama Kelompok Usaha Bersama KUBE. Dalam mendukung kebijakan Pemerintah Departemen Sosial, Provinsi Jawa
Timur melalui Pola Dasar Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun
2001 – 2005 juga dijelaskan mengenai arah kebijakan pada point pengelolaan
pembangunan daerah bidang kesejahteraan sosial yang berisi antara lain bahwa dengan masih banyaknya kalangan masyarakat yang hidupnya kurang beruntung
seperti fakir miskin, orang jompo dan lanjut usia, eks penderita kusta dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, maka sebagai konsekuensi dari
konstitusi kita maka pembangunan daerah haruslah memperhatikan sistem yang lebih adil bagi masyarakat yang kurang beuntung. Untuk itu perlu adanya
peningkatan dan pengembangan peran serta partisipasi masyarakat dalam mendukung penciptaan sistem sosial, ekonomi dan kemasyarakatan yang adil
sehingga mereka dapat menikmati hasil-hasil pembangunan dengan cara lebih memperhatikan dan menciptakan peluang kerja melalui pelatihan dan
95
ketrampilan serta bantuan kesejahteraan untuk mengangkat kepercayaan diri mereka sebagai manusia yang berharga dan bermartabat.
Kebijakan dan perencanaan program bantuan kesejahteraan sosial dalam penyelenggaraannya berupa KUBE dari pemerintah pusat dalam hal ini
Departemen Sosial mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Dalam operasional pelaksanaan kegiatan diserahkan kepada Dinas Sosial
Provinsi JawaTimur. Seperti dijelaskan di atas bahwa kebijakan Dinas Sosial dalam melalui mekanisme pemberian bantuan tidak melalui pemerintah
kabupaten sampai desa namun melalui panti ini dikarenakan warga permukiman masih mempunyai kepercayaan dan ikatan kekerabatan dengan panti, sehingga
dalam pendampingan lebih mudah. Dalam hal seleksi bila di daerah lain melalui pendataan oleh Petugas Sosial Kecamatan, namun bila di permukiman eks
penderita kusta oleh panti diserahkan pada tokoh masyarakatagama untuk mengadakan seleksi, siapa yang berhak menerima bantuan dan dalam bentuk
apa bantuan tersebut.
5.2.6. Evaluasi Kelompok KBS-KUBE