26
1. Keberfungsian sosial dipandang sebagai kemampuan melaksanakan peranan sosial, yaitu sebagai penampilan pelaksanaan peranan yang
diharapkan sebagai anggota suatu kolektifitas. 2. Keberfungsian sosial dipandang sebagai kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan, yaitu mengacu pada cara-cara yang digunakan oleh individu, maupun kolektifitas dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.
3. Keberfungsian sosial dipandang sebagai kemampuan untuk memecahkan permasalahan sosial yang dialaminya.
Keberfungsian sosial mempunyai arti dan makna yang banyak sesuai dengan dengan pendapat beberapa ahli. Dalam kajian ini yang dimaksud dengan
keberfungsian sosial yaitu interaksi eks penderita kusta yang tergabung dalam kelompok Keluarga Binaan Sosial - Kelompok Usaha Bersama dalam 1
menampilkan peranan sosial sesuai dengan status yang dimiliki seperti sebagai anggota, pengurus bagaimana peranannya dalam kelompok maupun
lingkungannya; 2 meningkatkan kemampuan anggota kelompok di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan
meningkatnya pendapatnya keluarga dan kesehatan; 3 meningkatnya kemampuan anggota kelompok dalam mengatasi permasalahan sosial yang ada
baik dalam keluarga, kelompok maupun lingkungan sosialnya yang ditandai dengan adanya kebersamaan dari kesepakatan dalam pengambilan keputusan
dalam keluarga, kelompok dan lingkungan sosialnya.
2.6. Tinjauan Tentang Eks Penderita Kusta
Penderita kusta adalah seseorang yang mengalami penyakit menular yang menahun disebabkan oleh kuman kusta mycrobacterium leprae yang
menyerang syaraf tepi kulit dan jaringan tubuh lainnya. Eks penderita kusta adalah penderita penyakit kusta yang telah disembuhkan dari penyakit kusta.
Dengan demikian eks penderita kusta adalah seseorang penderita yang secara medik telah dinyatakan sembuh dari suatu penyakit yang dinilainya memerlukan
pengobatan yang sangat lama menahun dan telah sembuh dengan atau tanpa menimbulkan kecacatan pada tubuh yang dapat mengganggu pelaksanaan
fungsi sosialnya. Anonymons, 2002 .
27
Eks penderita kusta sebagai individu masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan mereka
berhak mendapatkan kesejahteraan sosial yang sama dengan masyarakat pada umumnya. Eks penderita kusta adalah mereka yang dulunya menderita penyakit
menular yang sifatnya kronis dan menyerang syaraf-syaraf syaraf motorik, sensorik, dan otonom dan kulit dimana mereka sudah mendapatkan rehabilitasi
secara medis dan sosial Anonymons, 1994.
2.7. Kelompok Usaha Bersama KUBE
Keluarga Binaan Sosial adalah keluarga yang terpilih melalui seleksi yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama KUBE. Program KUBE yang
merupakan bagian penting dari program pembangunan kesejahteraan sosial bertujuan untuk mewujudkan taraf kehidupan sosial anggotanya ke arah
kehidupan yang lebih layak. KUBE diharapkan menjadi media pemberdayaan bagi eks penderita kusta untuk berwirausaha, meningkatkan rasa percaya diri,
harga diri dan tekad kemandirian serta mengurangi ketersisihan eks penderita kusta dalam masyarakat. Kelompok Usaha Bersama adalah himpunan dari
keluarga yang tergolong fakir miskin yang dibentuk, tumbuh dan berkembang atas dasar prakarsanya sendiri, saling berinteraksi antara satu dengan lain, dan
tinggal dalam satu wilayah tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan meningkatkan produktifitas anggotanya, meningkatkan relasi sosial yang
harmonis, memenuhi kebutuhan anggota, memecahkan masalah sosial yang dialaminya dan menjadi wadah pengembangan usaha bersama Anonymons,
2003. Tujuan Kelompok Usaha Bersama adalah 1 meningkatkan kemampuan
anggota kelompok KUBE dalam menampilkan peranan-peranan sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya, ditandai dengan semakin
meningkatnya kepedulian dan rasa tanggungjawab dan keikutsertaan anggota dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial di lingkungannya, semakin terbukanya
pilihan bagi anggota kelompok dalam pengembangan usaha yang lebih menguntungkan, terbukanya kesempatan dalam memanfaatkan sumber dan
potensi kesejahteraan sosial yang tersedia dalam lingkungannya; 2 meningkatnya kemampuan anggota kelompok KUBE di dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan meningkatnya pendapatan
28
keluarga, meningkatnya kualitas pangan, sandang, papan, kesehatan, tingkat pendidikan, dapat melaksanakan kegiatan keagamaan dan meningkatnya
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya; 3 meningkatnya kemampuan anggota kelompok KUBE dalam mengatasi masalah-masalah yang mungkin
terjadi dalam keluarganya maupun lingkungan sosialnya, ditandai dengan adanya kebersamaan dari kesepakatan dalam pengambilan keputusan di dalam
keluarga, dalam lingkungan sosialnya, adanya penerimaan terhadap penerimaan pendapat yang mungkin timbul di antara keluarga dan lingkungan, semakin
minimnya perselisihan yang mungkin timbul atau antara orang tua dan anak, dan lain-lain.
Kehadiran KUBE merupakan media untuk meningkatkan motivasi warga miskin untuk lebih maju secara ekonomi dan sosial, meningkatkan interaksi dan
kerjasama dalam kelompok, mendayagunakan potensi dan sumber sosial ekonomi lokal, memperkuat budaya kewirausahaan, mengembangkan akses
pasar dan menjalin kemitraan sosial ekonomi dengan berbagai pihak yang terkait. Melalui KUBE diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
wawasan berpikir para anggota karena mereka dituntut suatu kemampuan manajerial untuk mengelola usaha yang sedang dijalankan, dan berupaya
menggali dan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dilingkungan untuk keberhasilan kelompoknya. Selain itu, diharapkan dapat menumbuhkembangkan
sikap berorganisasi dan pengendalian emosi yang semakin baik. Diharapkan dengan kelompok KUBE, dapat menumbuhkan rasa kebersamaan,
kekeluargaan, kegotongroyongan, rasa kepedulian dan kesetiakawanan sosial, baik diantara keluarga binaan sosial maupun kepada masyarakat yang lebih luas.
Melalui kelompok keluarga binaan sosial dapat saling berbagi pengalaman, saling berkomunikasi, saling mengenal, dapat menyelesaikan berbagai masalah
dan kebutuhan yang dirasakan. Dengan sistem KUBE, kegiatan usaha atau beternak yang tadinya dilakukan sendiri-sendiri kemudian dikembangkan dalam
kelompok, sehingga setiap anggota dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam usaha kesejahateraan sosial serta kemampuan
berorganisasi. Kegiatan yang berkaitan dengan usaha kesejahteraan sosial dapat berupa
pengelolaan santunan hidup, iuran kesejahteraan sosial IKS, arisan, pengajian, perkumpulan kematian, usaha simpan pinjam, pelayanan koperasi, usaha tolong
29
menolong atau gotong royong, usaha pelayanan sosial untuk orang tidak mampu, usaha-usaha untuk mencegah timbulnya permasalahan sosial di
lingkungannya dan usaha-usaha kesejahteraan sosial lainnya. Kegiatan yang dengan usaha ekonomis produktif dapat berupa usaha dagang, jasa, pertanian,
peternakan dan lain-lain, sedangkan kegiatan yang bersifat penataan kelembagaan seperti : pengelolaan keuangan, pencatatan dan pelapoaran.
Dengan kelompok KUBE dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan, rasa kepedulian dan kesetiakawanan sosial
secara luas karena mereka hidup dalam kelompok. Pengelolaan KUBE dilakukan melalui pendekatan kelompok dengan pertimbangan 1 warga masyarakat lebih
dinamis dalam mengembangkan kegiatan; 2 adanya proses saling asah, asuh dan asih sesama wargaanggota kelompok, sehingga setiap anggota bisa saling
berbagi baik dalam ilmu maupun keterampilan ; 3 adanya konsep saling menolong dan konsolidasi kekuatan bersama antara yang kuat dan yang lemah.
KUBE dibentuk dilandasi oleh nilai filosofi “dari”, “oleh”, dan “untuk” masyarakat. Artinya bahwa keberadaan suatu kelompok KUBE dimanapun adalah berasal
dari dan berada di tengah-tengah masyarakat. Pembentukannya oleh masyarakat setempat dan peruntukannya juga adalah untuk anggota dan
masyarakat setempat. Karena konsep yang demikian maka pembentukan dan pengembangan KUBE harus bercirikan nilai dan potensi yang tersedia di
lingkungan setempat, juga harus sesuai dengan kemampuan SDM anggota KUBE yang ada.
Pengembangan KUBE dapat dilakukan antara lain dengan 1 penambahan modal usaha bisa diperoleh dengan cara kerjasama kemitraan dengan koperasi,
Bank Pemerintah setempat atau bantuan pengembangan KUBE; 2 penambahanpengembangan jenis usaha. Dalam penambahanpengembangan
jenis usaha didasarkan pada kebutuhan pasar; 3 penambahan jumlah anggota. Penambahan jumlah anggota dapat dilakukan apabila usaha KUBE memerlukan
jumlah tenaga yang lebih banyak, dana iuran kesetiakawanan sosial yang dihimpun sudah cukup jumlahnya untuk digulirkan kepada warga setempat yang
memerlukan modal usaha; 3 pembentukan kelompok baru.
30
Indikator keberhasilan Kelompok Usaha Bersama yaitu : 1. Bidang Kegiatan Kelembagaan
a. Kepengurusan dan pembagian tugas sudah ada dan sudah dijalankan sebagaimana mestinya.
b. Administrasi kelompok, yang meliputi: buku daftar anggota kelompok, buku tamu, buku kegiatanagenda kelompok, buku kaskeuangan, buku
inventaris, buku simpan pinjam, sudah ada dan sudah diterapkan dengan baik.
c. Proses pengambilan keputusan sudah didasarkan atas musyawarah anggota.
d. Pertemuan sudah berlangsung secara rutin dan dilakukan pencatatan serta ditindaklanjuti.
2. Bidang Kegiatan Sosial a. Motivasi kelompok sudah baik ditunjukkan dengan minimal 23 kehadiran
anggota pada setiap pertemuan yang diadakan. b. Kerjasama kelompok sudah baik yang dilihat dari koordinasi dan
kekompakan kelompok. c. Kepedulian sosial sudah baik yang ditunjukkan dengan kesediaan
membantu anggota dan tetangga yang mengalami kesulitan. d. Usaha simpan pinjam KUBE sudah dapat dimanfaatkan oleh keluarga.
e. Anggota keluarga taat dan sungguh-sungguh dalam menjalankan rukun keagamaan.
3. Bidang Kegiatan Ekonomi a. Meningkatnya pendapatan keluarga.
b. Simpan pinjam sudah berkembang dengan baik. c. Kemitraan, sudah terjalin dengan baik dengan berbagai kelompok
masyarakat bisnis. Secara spesifik keberhasilan KUBE dalam kajian ini dapat dilihat dari 3 aspek
yaitu aspek sosial meliputi motivasi berkelompok, peran masyarakat, rasa turut memiliki, kepedulian sosial, dan kerjasama, aspek ekonomi meliputi peningkatan
31
perekonomian anggota kelompok KBS-KUBE dan aspek kelembagaan yang meliputi struktur dan kultur. Secara struktur meliputi pelapisan kelompok, pola
hubungan dan komunikasi, kepemimpinan, konflik dalam kelompok dan mekanisme kerja sedangkan secara kultur meliputi nilai dan norma serta tata
perilaku dalam kelompok.
2.8. Kerangka Konseptual