URUSAN PERTANAHAN SEKRETARIAT DAERAH

Bupati Pesisir Selatan Tahun 2015 LKPJ IV-156 Pengadaan Tanah, Pelaksanaan Pengadaan Tanah dan Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah. Tabel 4.48 Rincian Belanja Modal Pengadaan Tanah Tahun 2015 No. Belanja Modal Jenis Pembebasan Jumlah Dana Luas TanahM 2 1. BPP Kecamatan IV Jurai Tanah 130.000.000 2.730 M 2 2. Rice Milling Plan Kecamatan Lunang Tanah 62.500.000 22.656 M 2 3. Lanjutan DI Batang Tarusan Kecamatan Koto XI Tarusan Tanah 4.238.658,607 41.802 M 2 4. Normalisasi Batang Painan Kec. IV Jurai Tanaman 108.955.000 - 5. SPAM PDAM Koto Gunung Kec. Batang Kapas Tanah dan Tanaman 129.500.000 3.000 M 2 6. Jembatan Tarusan Kec. Koto XI Tarusan Tanah dan Tanaman 883.305.000 2.923 M 2 7. Kawasan Rest Area Bukit Putus Painan Kec. IV Jurai Tanaman 15.000.000 - 8. Pelebaran Jalan Strategis Teluk Kabung – Mandeh Kec. Koto XI Tarusan Tanaman 100.245.000 - Jumlah 5.668.163.607 73.111 Sumber : Setda, 2016 Tabel 4.49 Rincian Penerbitan Sertifikat Tanah Hak Milik Pemda Tahun 2015 No. Penggunaan Luas M2 Jumlah Dana Rp. 1. Batang Tarusan 68.000 16.820.000 2. BPP IV Jurai 3,370 1.308.800 3. RMP Lunang Luas I 10.242 2.248.400 Luas II 12.414 2.582.800 Proses Hak 22.656 5.937.440 Total Dana 28.897.440 Sumber : Setda, 2016 Dana yang dianggarkan untuk Program ini pada tahun 2015 adalah sebesar Rp.6.745.323.804,- dengan realisasi Rp. 5.934.336.108,- 87,98 b Program Penyelesaian Konflik – Konflik Pertanahan Program Penyelesaian Konflik-konflik Pertanahan bertujuan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan pembangunan infrastruktur pemerintah daerah dengan menyelesaiakan konflik-konflik masalah pertanahan melalui kegiatan Fasilitasi penyelesaian konflik – konflik pertanahan. Bupati Pesisir Selatan Tahun 2015 LKPJ IV-157 Dana yang dianggarkan untuk Program ini pada tahun 2015 adalah sebesar Rp.101.478.200,- dengan realisasi Rp.66.092.048,- 65,13.

C. PERMASALAHAN DAN SOLUSI 1. Program Penataan Penguasaan Pemilikan, Penggunaan dan

Pemanfaatan Tanah a. Pengadaan Tanah, Ganti Rugi Bangunan dan Ganti Tanaman untuk Pembangunan. Permasalahan - InstansiSKPD yang membutuhkan pengadaan tanahpembebasan tanah guna pembangunan yang dilaksanakan oleh InstansiSKPD tersebut kurang aktif untuk menyiapkan dokumen-dokumen pembebasan tanah, seperti dokumen perencanaan pengadaan tanah, kesesuaian dengan RTRW, kesesuaian dengan Renstra, Rencana Kerja Tahunan dan RPJM Daerah, dokumen lingkungan sesuai ketentuan peraturan dan studi kelayakan rencana pembangunan yang dilaksanakan, sehingga permasalahan tersebut memperlambat kelancaran proses pembebasan tanah dimaksud. - Persoalan harga ganti kerugian tanah yang diminta oleh masyarakat tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan penghitungan nilai harga tanah yang dilakukan oleh Tim Penilai Publik Apraisal, dimana masyarakat meminta harga ganti rugi di atas dari nilai yang ditetapkan oleh Apraisal dimaksud. Sedangkan Apraisal merupakan dasar untuk pembayaran ganti kerugian pembebasan tanah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan apabila harga NJOP dan harga berdasarkan transaksi jual beli tidak terjadi kesepakatan dengan pemilik tanah. - Kegiatan pengadaan tanah tidak hanya melibatkan Bagian Pemerintahan Umum, tetapi juga SKPDInstansi yang membutuhkan tanah dan terutama sekali adalah BPN. BPN selaku lembaga pertanahan mengalami keterbatasan-keterbatasan, seperti jumlah pegawai staf ukur dan staf administrasi maupun kesibukan melaksanakan kegiatan rutin instansinya. Sehingga hal tersebut juga mempengaruhi kelancaran pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah. - Permasalahan tanah ulayat yang terkena kegiatan pembebasan tanah, karena adanya konflik internal atau permasalahan dalam kaum tersebut sehingga memperlambat proses pembebasan tanah dimaksud. Solusi : - Melaksanakan rapat koordinasi dan sosialisasi bidang pertanahan bersama Kantor Pertanahan Kabupaten Pesisir Selatan BPN dengan Bupati Pesisir Selatan Tahun 2015 LKPJ IV-158 seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan mengenai tata cara dan tekhnis pelaksanaan pengadaan tanah guna pembangunan untuk kepentingan umum sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 beserta peraturan pelaksanaannya.

2. Program Penyelesaian Konflik – Konflik Pertanahan

a. Kegiatan Fasilitasi Penyelesaian Konflik - konflik Pertanahan Permasalahan : - Tanah-tanah yang sudah dikuasaidimiliki oleh Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah sejak dahulunya tidak dimanfaatkan dengan segera, sehingga tanah tersebut menjadi tanah terlantar dan hal inilah yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk menggarap dan menghuni tanah dimaksud. - Bukti administrasi kepemilikan tanah tersebut, baik berupa sertipikat ataupun surat tanah tidak ada serta keadaan fisik di lapangan yang tidak tegas dan jelas. - Tidak adanya informasi tentang penguasaan fisik tanah tersebut dan larangan untuk menggarapmemanfaatkan tanah tersebut, seperti melalui papan informasi dan sejenisnya. - Rendahnya kesadaran hukum masyarakat yang disebabkan oleh tuntutan faktor ekonomi, sehingga dalam melaksanakan aktivitas ekonomi tersebut memakai daerah badan jalan, memanfaatkan tanah negara dengan mendirikan bangunan dan menanam tanaman secara liar dan illegal. - Terdapatnya janji oleh pejabat di bidang pengadaan tanah sebelumnya kepada masyarakat penggarap tanah negara yang belum dituntaskan atau belum dilaksanakan solusi yang sudah disepakati. Solusi : - Terhadap tanah-tanah yang sudah dibebaskan dan yang sudah dikuasai oleh negara, diminta kepada SKPD perencana untuk segera melaksanakan pembangunan fisiknya sesuai dengan renstra SKPD dan RPJM Daerah. - Membuat dan memasang papan plang merk tanah pemda pada lokasi-lokasi tanah yang sudah dibebaskan dan dikuasai oleh negara. - Menindak tegas masyarakat yang dengan sengaja telah melakukan pembangunan secara liar pada tanah negara, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.