Permasalahan dan Solusi Pengelolaan Pendapatan Daerah

III-4

B. Pengelolaan Belanja Daerah

1. Kebijakan Umum Belanja Daerah

Mempertimbangkan keberhasilan pembangunan yang telah dicapai pada tahun sebelumnya serta permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi, maka pada tahun 2015 kebijakan belanja daerah dilaksanakan dengan memprioritaskan belanja untuk mencapai target dan asumsi kondisi ekonomi makro Pesisir Selatan. Beberapa hal yang melatarbelakangi penyusunan kebijakan belanja daerah adalah antara lain: a. Memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran-sasaran pembangunan dan langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat; b. Merupakan tugas pemerintah sebagai pelaku utama dalam mendorong, memfasilitasi, mengkoordinasikan, memberi insentif agar kegiatan pembangunan yang dilakukan masyarakat dapat berkembang; c. Merupakan kewajiban pemerintah menyediakan kebutuhan dasar, investasi pemerintah dan layanan publik lainnya; d. Dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan daerah. Selain itu, dalam perencanaan dan penganggaran belanja daerah, Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan tetap berkomitmen untuk tetap mewujudkan Visi dan Misi Daerah sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD 2010-2015 dimana pelaksanaan pembangunan mengacu pada 11 Prioritas Pembangunan Daerah serta disingkronkan degan prioritas pembangnan nasional dan provinsi Sumatera Barat. Sebelas prioritas Pembangunan daerah tersebut adalah : 1. Peningkatan Produksi dan Produktifitas Pertanian Perikanan 2. Pengembangan Industri Pangan Berbasis Potensi Lokal; 3. Pengembangan Kawasan Wisata 4. Pembangunan Daerah Tertinggal Infrastruktur Penunjang Ekonomi Rakyat 5. Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana 6. Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan 7. Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat 8. Pengamalan ABS-SBK dalam Kehidupan Bermasyarakat 9. Percepatan Penanggulangan Kemiskinan 10. Peningkatan Peran Pemuda dalam Pembangunan 11. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan Dalam pelaksanaannya, penggunaan anggaran dilaksanakan secara efektif dan efisien serta memuat target pencapaian kinerja yang terukur dalam rangka peningkatan pelayanan guna mewujudkan kesejahteraan III-5 masyarakat. Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaran pemerintahan daerah, pengelolaan keuangan daerah diselenggarakan secara profesional, partisipatif, transparan dan akuntabel sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Beberapa Kebijakan-kebijakan strategis yang dilaksanakan pemerintah daerah tahun 2015 diantaranya adalah: penuntasan target RPJMD, pembebasan tanah untuk keperluan pembangunan sarana pemerintah, penyediaan sarana dan layanan di kawasan wisata unggulan seperti Kawasan Carocok Painan dan Kawasan Mandeh serta kebutuhan pemberdayaan bagi masyarakat sekitar, meningkatkan kualitas ruas-ruas jalan kabupaten sehingga dapat meningkatkan persentase jalan kabupaten yang memiliki kondisi baik, menyusun dokumen perencanaan yang dibutuhkan untuk kebutuhan pembangunan di tahun depan dan dimasa yang akan datang seperti Master Plan, Fisibility Study, DED, Dukungan anggaran untuk pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah. Secara umum kebijakan belanja daerah dikelompokan kepada kebikakan belanja tidak langsung dan belanja langsung yaitu :

1.1. Kebijakan Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung BTL merupakan belanja yang tidak terkait langsung dengan program dan kegiatan, dianggarkan untuk membiayai gaji dan tunjangan pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tak terduga. 1. Belanja Gaji - Penganggaran gaji dan tunjangan jabatan dan tunjangan lainnya dibayarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; - Perencanaan belanja pegawai diperhitungkan kenaikan accres gaji paling tinggi 2,5 yang disesuaikan dengan kebutuhan; - Pemberian tambahan penghasilan kepada pegawai berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah; 2. Bunga Penganggaran belanja bunga digunakan untuk pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.