Kebijakan Belanja Tidak Langsung

III-6 3. Subsidi Penganggaran subsidi digunakan untuk bantuan biaya produksi kepada perusahaanlembaga tertentu agar harga jual produksijasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat. 4. Hibah Penganggaran pemberian hibah dalam bentuk uang kepada pemerintah dan organisasi kemasyarakatan, secara spesifik dan selektif dengan mempertimbangkan kemampuan daerah. 5. Bantuan Sosial Penganggaran pemberian bantuan sosial diperuntukkan kepada kelompokanggota masyarakat, dan partai politik secara selektif, tidak terus menerustidak mengikat serta memiliki kejelasan penggunaannya. 6. Bagi Hasil Penganggaran bagi hasil digunakan untuk dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan propinsi kepada Pemerintah Kabupaten atau pendapatan Kabupaten kepada Pemerintah Desa. 7. Bantuan Keuangan Penganggaran bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari pemerintah Kabupaten kepada pemerintah desa dalam rangka pemerataan dan peningkatan kemampuan keuangan. 8. Belanja Tidak Terduga Penganggaran belanja tidak terduga dipergunakan untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang penanggulangan bencana alam, bencana sosial

1.2. Kebijakan Belanja Langsung

Belanja langsung BL merupakan belanja yang dianggarkan terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung dianggarkan untuk belanja pegawai dalam bentuk honorarium, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Kebijakan anggaran belanja lebih difokuskan untuk pemeliharaan sarana dan prasarana. Pembangunan baru ditujukan kepada hal-hal yang memang sudah sepantasnya untuk dibangun. Pembangunan sarana dan prasarana untuk kampung-kampung tertinggal terus ditingkatkan dan dipacu agar bisa sejajar dengan III-7 kampung lainnya. Selain itu, Belanja Langsung juga diprioritaskan pemanfaatannya untuk memacu perkembangan sector-sektor unggulan daerah seperti sektor pertanian dan kepariwisataan dengan mengedepankan prinsip pemberdayaan masyarakat.

2. Target dan Realisasi Belanja Daerah

Pada tahun 2015, anggaran belanja telah direalisasikan sebesar Rp. 1.360.363.424.510,85 meningkat sebesar Rp. 217.163.927.462,85 atau sebesar 19 dari realisasi anggaran belanja tahun 2014 yang hanya sebesar Rp. 1.143.199.497.048,00. Target dan realisasi belanja tahun anggaran 2015 dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Target dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2015 Kode Rekening Uraian Target Realisasi 1 2 3 4 5= 4:3x100 5 BELANJA 1,587,388,623,892.60 1,360,363,424,510.85 85.70 5.1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 876,049,389,641.60 796,509,876,519.85 90.92 5.1.1. Belanja Pegawai 739,910,725,428.60 670,687,052,428.00 90.64 5.1.2 Belanja Bunga 4,100,000,000.00 326,798,951.74 5.1.4. Belanja Hibah 31,199,597,178.00 31,019,597,178.00 99.42 5.1.5. Belanja Bantuan Sosial 500,000,000.00 57,500,000.00 11.50 5.1.6. Belanja Bagi Hasil Kepada ProvinsiKabupatenKota dan Pemerintahan Desa 2,382,806,708.00 1,227,746,566.10 51.53 5.1.7. Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvinsiKabupatenKota, Pemerintahan Desa dan Partai Politik 92,608,095,101.00 91,125,838,396.01 98.40 5.1.8. Belanja Tidak Terduga 5,348,165,226.00 2,065,343,000.00 38.62 5.2. BELANJA LANGSUNG 711,339,234,251.00 563,853,547,991.00 79.27 5.2.1. Belanja Pegawai 57,136,475,555.00 51,098,285,845.00 89.43 5.2.2. Belanja Barang dan Jasa 270,201,821,753.00 235,125,085,840.00 87.02 5.2.3. Belanja Modal 384,000,936,943.00 277,630,176,306.00 72.30 Sumber: Laporan Realisasi APBD 2015 unaudited, DPPKAD Pesisir Selatan

3. Permasalahan dan Solusi

Secara umum realisasi belanja daerah selama tahun 2015 telah berlangsung baik yang tercermin dari realisasi belanja yang mencapai 85.70 . Hal ini tidak terlepas dari kerja keras dari semua pihak dan peran serta masyarakat dalam mendukung pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Pesisir Selatan serta komitmen unsure Pemerintahan untuk melaksanakan efisiensi belanja. Namun demikian pemerintah tetap menyadari masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu dievaluasi dan menjadi perhatian agar ke depan pelaksanaan pembangunan dan serapan APBD dapat lebih baik lagi.