Kebijakan Belanja Langsung Kebijakan Umum Belanja Daerah

III-7 kampung lainnya. Selain itu, Belanja Langsung juga diprioritaskan pemanfaatannya untuk memacu perkembangan sector-sektor unggulan daerah seperti sektor pertanian dan kepariwisataan dengan mengedepankan prinsip pemberdayaan masyarakat.

2. Target dan Realisasi Belanja Daerah

Pada tahun 2015, anggaran belanja telah direalisasikan sebesar Rp. 1.360.363.424.510,85 meningkat sebesar Rp. 217.163.927.462,85 atau sebesar 19 dari realisasi anggaran belanja tahun 2014 yang hanya sebesar Rp. 1.143.199.497.048,00. Target dan realisasi belanja tahun anggaran 2015 dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Target dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2015 Kode Rekening Uraian Target Realisasi 1 2 3 4 5= 4:3x100 5 BELANJA 1,587,388,623,892.60 1,360,363,424,510.85 85.70 5.1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 876,049,389,641.60 796,509,876,519.85 90.92 5.1.1. Belanja Pegawai 739,910,725,428.60 670,687,052,428.00 90.64 5.1.2 Belanja Bunga 4,100,000,000.00 326,798,951.74 5.1.4. Belanja Hibah 31,199,597,178.00 31,019,597,178.00 99.42 5.1.5. Belanja Bantuan Sosial 500,000,000.00 57,500,000.00 11.50 5.1.6. Belanja Bagi Hasil Kepada ProvinsiKabupatenKota dan Pemerintahan Desa 2,382,806,708.00 1,227,746,566.10 51.53 5.1.7. Belanja Bantuan Keuangan Kepada ProvinsiKabupatenKota, Pemerintahan Desa dan Partai Politik 92,608,095,101.00 91,125,838,396.01 98.40 5.1.8. Belanja Tidak Terduga 5,348,165,226.00 2,065,343,000.00 38.62 5.2. BELANJA LANGSUNG 711,339,234,251.00 563,853,547,991.00 79.27 5.2.1. Belanja Pegawai 57,136,475,555.00 51,098,285,845.00 89.43 5.2.2. Belanja Barang dan Jasa 270,201,821,753.00 235,125,085,840.00 87.02 5.2.3. Belanja Modal 384,000,936,943.00 277,630,176,306.00 72.30 Sumber: Laporan Realisasi APBD 2015 unaudited, DPPKAD Pesisir Selatan

3. Permasalahan dan Solusi

Secara umum realisasi belanja daerah selama tahun 2015 telah berlangsung baik yang tercermin dari realisasi belanja yang mencapai 85.70 . Hal ini tidak terlepas dari kerja keras dari semua pihak dan peran serta masyarakat dalam mendukung pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Pesisir Selatan serta komitmen unsure Pemerintahan untuk melaksanakan efisiensi belanja. Namun demikian pemerintah tetap menyadari masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu dievaluasi dan menjadi perhatian agar ke depan pelaksanaan pembangunan dan serapan APBD dapat lebih baik lagi. III-8 Secara umum permasalahan yang terjadi hanya disebabkan oleh persoalan teknis baik dari sisi perencanaan maupun dari sisi pelaksanaan. Di sisi perencanaan, beberapa persoalan yang muncul adalah kurang akuratnya perencanaan penganggaran dan perencanaan teknis bagi suatu kegiatan yang mengakibatkan kegiatan tersebut terpaksa di tunda pelaksanaannya. Oleh karena itu agar masalah ini tidak terus berulang di masa yang akan datang, diharapkan setiap pekerjaan konstruksi agar terlebih dahulu memiliki DED dan RAB sebelum kegiatan tersebut diusulkan ke dalam APBD sehingga proses pengadaan barang dan jasa yang memerlukan pelelangan dapat dilaksanakan di awal tahun atau bahkan sebelum DPA SKPD ditetapkan lelang Pra-DPA. Di sisi pelaksanaan, persoalan yang sering muncul adalah terjadinya keterlambatan penyelesaian pekerjaan melebihi tenggat waktu yang disepakti di dalam kontak. Namun hal ini dapat diatasi dengan pemberian perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan melewati tahun anggaran dengan mengacu pada pedoman pengadaaan barang dan jasa pemerintah. Untuk itu, dimasa yang akan datang perlu dilakukan pengawasan yang lebih ketat lagi oleh SKPD terhadap pihak ketiga yang menjadi pelaksana kegiatan. Dengan sistem pengawasan yang lebih baik diharapkan pelaksanaan pembangunan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan time schedule yang ditetapkan. Beberapa jenis belanja yang nilai serapannya relatif rendah antara lain: - Belanja Bunga hanya terealisasi sebesar 7,97 yang disebabkan oleh pembayaran bunga pinjaman ke PIP untuk pembangunan dan relokasi RSUD M. Zein yang jatuh tempo di tahun 2015 hanya sebesar Rp. 326.798.951,74 hal ini karena pinjaman daerah masih dalam masa grass-period . - Belanja Bantuan Sosial hanya terealisasi sebesar 11,50 yang disebabkan oleh tidak terealisasikannya belanja bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan senilai Rp. 442,500,000.00 dari yang direncanakan sebesar Rp. 500.000.000,-. Hal ini disebabkan karena realisasi pos belanja bantuan sosial tersebut secara umum untuk hal- hal yang bersifat acidentil dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian sesuai aturan dan perundangan yang berlaku. - Belanja Bagi Hasil Kepada ProvinsiKabupatenKota dan Pemerintahan Desa dapat terealisasi sebesar 51,53 yang disebabkan masih rendahnya serapan anggaran oleh Pemerintah Nagari. Untuk itu di tahun 2016 pelu dilakukan penguatan bagi pemerintah nagari dalam pelaksanaan pembangunan. - Belanja Tak Terduga hanya terealisasi sebesar 38,62 atau tersisa sebesar Rp. 3,282,822,226,-