188
“Kenapa kamu perlakukan manusia merdeka seperti budak, padahal ibu-ibu mereka melahirkan mereka dalam keadaan
merdeka?” Amr berkata: “Aku tidak tahu dan belum ada yang memberitahuku, wahai Khalifah.”
11. Perlindungan atas hidup non-Muslim
Syariat Islam melindungi hak hidup non-Muslim yang tidak memerangi kaum Muslimin, bahkan tidak boleh bersandar
kepada alasan darurat untuk merampas hak hidup mereka. Al- Syaibani berkata: “Bila di dalam sebuah kapal orang-orang
Islam bersama kaum dzimmiy atau musta’min non-Muslim yang dilindungi negara Muslim, maka status hukum mereka
setara dengan orang-orang Islam. Orang-orang Islam tidak boleh melempar mereka ke laut, meski mereka khawatir akan
keselamatan jiwa mereka. Hal ini disebabkan karena mereka adalah orang-orang yang dijaminkan perlindungan oleh
perjanjian perjanjian dzimmah atau perjanjian aman. Sama seperti orang Muslim yang dilindungi karena keimanannya.”
234
Dengan demikian, hak hidup manusia, Muslim atau non- Muslim, dan meskipun berstatus pengungsi
235
harus dilindungi menurut Syariat Islam.
234
al-Syaibâni, Syarh Kitâb al-Siyar al-Kabîr, Jilid IV, h. 1562-1563.
235
Dikatakan: “Sesungguhnya hak hidup dan hak mencari rezeki adalah satu kesatuan, karena berkaitan dengan penghidupan hak – hak ini dipandang sebagai hak untuk kepentingan pribadi. Sementara memberikan
kepedulian kepada orang lain yang membutuhkan, adalah lebih baik daripada mementingkan kepentingan pribadi. Oleh karena itu, hukumnya menjadi wajib untuk menolong orang yang membutuhkan meskipun kepada
orang-orang non-Muslim.” Lihat Muhammad al-Syahhât al-Jundî, Qawâid al-Tanmiyah al-Iqtisâdiyyah fi al- Qânûn al-Duwaliy wa al-Fiqh al-Islâmîy, Kairo: Dâr al-Nahdah al-‘Arabiyyah, 1985, h. 62.
189
12. Hak pengungsi dalam mendapatkan perlakuan adil
Dijelaskan dalam kitab al-Siyar al-Kabîr bahwa sebenarnya wajib hukumnya atas kepala negara Islam untuk menolong
musta’min orang bukan warga negara Islam yang mendapat perlindungan di negara Islam selama ia berada di negara kita,
membelanya dari orang-orang yang menzalimi mereka, sebagimana kewajiban kepala negara Muslim terhadap
dzimmiy. Imam al-Syarkhasyi memberikan argumen atas hal ini
dengan penjelasan berikut: “Karena mereka musta’min berada di negara Islam, mereka berada dibawah yurisdiksi kepala
negara Muslim, maka status hukumnya sama dengan dzimmyi.”
236
Dengan demikian, adalah wajib untuk memberlakukan keadilan bagi non-Muslim yang berada dalam perlindungan,
sekalipun mereka adalah pengungsi
237
. Sikap adil tersebut mecakup dua hal:
236
al-Syaibânî, Syarh Kitâb al-Siyar al-Kabîr, 1972 h. 1853.
237
Bahkan di dalam al-Qur’an terdapat 396 ayat yang mengisyaratkan secara khusus terhadap masalah perlindungan dan mendahulukan bantuan terhadap mereka. 170 ayat di antaranya khusus berbicara tentang
orang-orang yang berada di tempat yang berbahaya atau terancam, 20 ayat berkaitan dengan hijrah dan keamanan, 12 ayat tentang suaka, 68 ayat berkaitan dengan zakat dan berbuat baik. Demikian pula terdapat
sekitar 850 Hadis Nabi yang berkaitan dengan perlindungan dan keamanan. Berdasarkan hal itu Kirsten Zaar berkata: “Hak seluruh umat manusia untuk menikmati perlindungan dan bantuan, dan kewajiban untuk
melindungi dan membantu mereka yang membutuhkan, termasuk mereka yang dipaksa pindah, adalah salah satu kelebihan lembaga-lembaga Syariat Islam yang dapat disimpulkan baik melalui interpretasi harafiah dari
teks-teks Syariat dan dengan qiyas analogi. Dia menambahkan, h. 9-11 Syariat Islam menetapkan kewajiban untuk memberikan perlindungan dan bantuan kepada orang yang membutuhkan Lihat: Kirsten Zaar:
Perlindungan Migran Paksa dalam Syariat Islam, Masalah Baru dalam Penelitian Pengungsi, Kertas Penelitian No. 146, UNHCR, Desember 2007, h. 6, Rujukan 30; h. 7-8 Rujukan 32.
..
190
Pertama: Bersikap adil terhadap orang yang terzalimi di negara Islam.
Kedua: Bersikap adil terhadap mereka yang teraniaya oleh non- Muslim dari segala bentuk penganiayaan militer; atau
melakuakan perlindungan diplomatik untuk mempertahankan hak-hak mereka. Pendapat ini dikuatkan oleh kalam Allah:
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama
dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Q.S..al-
Mumtahanah60:8.
Tidak diragukan lagi bahwa ayat ini berlaku kepada pengungsi karena menurut definisinya, para pengungsi termasuk orang-
orang sipil biasa bukan tentara perang dan tidak terkait dengan tindakan pengusiran kaum Muslim dari negerinya.
191
BAB V FAKTOR YANG MENGHALANGI HAK
PENCARIAN SUAKA MENURUT SYARIAT ISLAM DAN HUKUM
INTERNASIONAL
Yang dimaksudkan sebagai ”faktor yang menghalangi” seperti tersebut diatas adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi
hak untuk mendapat suaka, baik pada saat kemunculan, keberlangsungan maupun keberakhirannya, misalnya hal-hal
yang sedari awal menghalangi pemberian suaka golongan individu yang tidak berhak mendapat status pengungsi, hal-hal
yang mengakibatkan pembatasan jangka waktu suaka yang diberikan perlindungan sementara, atau hal-hal yang berujung
pada adanya solusi permanen dan berakhirnya suaka solusi jangka panjang dan penghentian suaka.
I. Faktor penghalang pada masa kemunculan hak suaka: orang yang tidak berhak mendapatkan status pengungsi
Terdapat sejumlah golongan orang yang tidak berhak mendapatkan suaka karena mereka memang tidak layak
untuk itu.