83
2. Pemberian suaka teritorial oleh individu
Ada ulama yang mengatakan: Semua Muslim adalah sama dalam pemberian perlindungan pribadi dan jaminan keamanan,
tanpa perbedaan dalam hak ini antara Sultan, rakyat, wanita, anak-anak, dan remaja. Jika salah satu dari mereka memberikan
hak perlindungan, maka semua pihak termasuk Sultan wajib menghormatinya.
115
Orang Arab kuno memiliki kebiasaan, jika pembesar memberi perlindungan kepada seseorang, maka tidak ada orang
lain, terutama orang biasa, dapat memberinya perlindungan. Jika tidak demikian, maka dianggap melanggar tradisi dan adat
istiadat yang berlaku dan wajib dipatuhi. Adapun dalam Islam, seorang individu dapat memberikan
perlindungan. Hal ini didukung oleh 2 dua pertimbangan: Pertama, Islam memberikan setiap orang hak untuk memberi
jaminan perlindungan berdasarkan Hadis Nabi Muhammad SAW.
Kaum Muslimin setara dalam darah. Orang yang terendah di antara mereka dapat memberi jaminan keamanan aman, dan
mereka memberi suaka, dan mereka bersatu melawan orang lain.
116
115
Muhammad Tabliyyah al-Qutb, al-Islâm wa Huqûq al-Insân, Kairo: Dâr al-Fikr al-‘Arabi, 1396 H1976 M, h. 369.
116
Abû Daud, Sunan Abî Daud, Kitâb al-Jihad, Bâb al-Sariyyah, No. 2751, Bab III, h. 126-127.
84
Oleh karena itu, berdasarkan Hadis yang mulia ini, setiap individu berhak untuk memberi jaminan perlindungan kepada
orang lain, yakni memberinya suaka.
117
Kedua, konsep istijârah pencarian suaka dan ijârah pemberian suaka dalam sistem hubungan antar-pribadi telah benar-benar
terlaksana dalam praktek dalam negara Islam, sejak zaman Nabi Muhammad SAW dan zaman berikutnya. Contoh untuk hal itu
sangat banyak. Diantaranya sebagai berikut: i Ibnu Abdul Barr berkata: “Adapun Nabi Muhammad SAW
menerima suaka dan perlindungan dari pamannya, Abu Talib.
118
Ketika pamannya, pelindung dan pendukungnya, meninggal dunia pada tahun 10 H, sifat antipati dan pelecehan
Quraisy semakin merajalela, sehingga ia berangkat menuju Taif untuk mencari suaka dan perlindungan kepada suku
Tsaqif. Sepuluh hari kemudian, ia kembali dari Taif tanpa hasil. Kemudian ia masuk kembali ke Mekkah di bawah
perlindungan al-Mutam bin Adiy, yang memberinya suaka.
119
117
Hal ini dperkuat oleh sebagian ahli melalui pernyataan mereka:“Dewasa ini, menerima naturalisasi orang merupakan hak istimewa, hak prerogatif milik pemerintah pusat. Akan tetapi, dalam konstitusi Negara
Madinah, hak ini diberikan kepada setiap warga negara; bahkan, orang yang paling rendah derajatnya memiliki hak untuk memberi jaminan perlindungan kepada siapapun yang ia kehendaki. Orang yang menerima
perlindungan akan diperlakukan sama sebagaimana perlakuan semua anggota suku lainnya. Lihat Muhammad Hamîdullah, La tolérance dans l’oeuvre du prophète à Médin, in L›Islam, Paris: La Philosophie et les Sciences,
les Presses de l’UNESCO, 1981, h. 23.
118
Ibn ‘Abd al-Barr, al-Durar fi Ikhtisâr al-Maghazi wa al-Siyar, Kairo: al-Majlis al-A’la li al-Syu`ûn al-Islamiyyah, 1415 H1995 M, h. 43.
119
Lihat Amîn Sa’îd, Nasy`at al-Daulah al-Islâmiyyah, Kairo: Matba’ah ‘Îsâ al-Bâbî al-Halabî, 1353 H1934 M, h. 8.
85
ii Sebagaimana diketahui, bahwa sebelum berada dalam perlindungan al-Mutam bin ‘Adiy, Nabi Muhammad
SAW telah pergi ke Hara` meminta perlindungan kepada Al-Ahnaf bin Shuraiq. Tetapi Ahnaf menjawab, Saya
sekutu dan sekutu tidak memberikan suaka.
120
Kemudian barulah Nabi Muhammad SAW pergi kepada al-Mutam bin Adiy yang memberi suaka kepada beliau.
iii Berkaitan dengan ucapan Nabi Muhammad SAW kepada Ummu Hani’:
Kami memberi suaka kepada orang yang telah Anda beri suaka, wahai Umm Hani`.
121
Menurut Ibn Hajar al-‘Asqalâni, yang dimaksud
dengan kata al-jiwâr dan al-mujâwarah adalah pemberian suaka perlindungan. Timbangan kata tersebut
ialah: jâwartu, ujâwiruhu, mujâwarat-an, jiwâr-an, âjartuhu, ujîruhu dan jiwâr-an.
122
iv Abu Bakar mendapat suaka dari Ibn al-Daginah, ketika ia hendak bermigrasi ke Ethiopia AbessiniaHabsy. Ibn al-
Daginah keluar untuk menemui para pembesar Quraisy, dan berkata: “Orang seperti Abu Bakar tidak boleh keluar
atau diusir. Apakah Anda akan mengusir orang yang
120
Lihat Ibn Hisyâm, al-Sîrah al-Nabawiyyah, Kairo: Maktabah al-Babi al-Halabi, 1375H 1955M, Jilid I, h.381.
121
Muhammad ibn Ismâ’îl al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Hadis No. 350, Jilid I, h. 141.
122
Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Fath al-Bârî bi Syarh Sahîh al-Bukhârî, Kairo: Dâr al-Manâr, 1419 H1999 M, Jilid VI, h. 209.
86
menyediakan mata pencaharian untuk masyarakat miskin, memelihara silaturrahim, membela kaum lemah,
bersikap ramah kepada tamu dan membantu menegakkan kebenaran? “
Masyarakat Quraisy kemudian memberlakukan perlindungan Ibn al-Daginah dan menjamin keselamatan
Abu Bakar, asalkan ia beribadah menyembah Tuhannya di dalam rumahnya, bukan di tempat umum. Maka, Abû
Bakar membuat sebuah masjid di rumahnya. Orang- orang Quraisy kemudian mengkhawatirkan anak-anak
dan isteri-isteri mereka terpengaruh, sehingga mereka meminta Ibn al-Daginah untuk menghentikan Abu Bakar
dari melakukan hal itu. Ibn al-Daghinah berkata kepada Abu Bakar: “Anda tahu isi perjanjian yang saya berikan
kepada Anda. Anda dapat tetap berkomitmen untuk itu atau dapat juga mengembalikan suaka jiwâr saya,
karena saya tidak suka orang Arab mendengar bahwa saya mengingkari perjanjian yang saya berikan kepada
seseorang.” Abu Bakar menjawab: “Saya kembalikan suaka jiwâr kepada Anda, dan saya merasa cukup
dengan perlindungan Allah.”
123
123
Muhammad ibn Ismâ’îl al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, Jilid III, h. 126-128; Ibn Katsir, al-Sîrah al- Nabawiyyah, Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1396H 1976M, Jilid II, h. 63- 64 dan 153; Fath al-Bârî Syarh Sahîh al-
Bukhârî, op. Cit.,Jilid IV, h. 543-544.
87
v Peristiwa yang terjadi pada seorang pria bernama Hujjiyah ibn al-Madrib, yang isterinya memeluk Islam, pada masa
pemerintahan Khalifah Umar ibn al-Khattab. Sementara ia sendiri adalah penganut Kristen. Ia datang ke Madinah,
menuntut agar isterinya dikembalikan kepadanya. Ia menemui Zubair ibn al-Awwâm yang ketika itu menjadi
Gubernur Madinah menceritakan kisahnya, sambil berkata mengingatkan Zubair: “Hati-hatilah, jika ‘Umar
sampai tahu tentang masalah ini, Anda akan mendapat hukuman darinya”. Cerita tersebut kemudian beredar di
Madinah, sehingga sampai kepada Umar. ‘Umar kemudian berkata kepada Zubair: “Sungguh saya telah
mendengar tentang kisah tamu Anda. Sekiranya bukan karena Anda telah melindunginya, sungguh saya sudah
berniat hendak menyerangnya”. Zubair kemudian kembali menemui Hujjiyah dan menyampaikan ungkapan ‘Umar.
lalu ia kembali ke daerah asalnya.
124
124
Abû Faraj al-Asfahâni, Kitâb al-Agâni, Kairo: al-Hai`ah al-Misriyyah al-‘Âmmah li al-Kutub, t.th., Jilid XX, h 318-319.
Salah satu bukti bahwa umat Islam menghormati hak suaka ialah peristiwa ketika kekhilafahan telah diserahkan kepada Bani al-‘Abbâs, beberapa tokoh Bani Umayyah bersembunyi untuk menyelamatkan diri.
Salah satu dari mereka ialah Ibrâhîm ibn Sulaimân ibn ‘Abd al-Malik; ia mendatangi rumah seorang lelaki yang tampan. Lelaki itu bertanya kepadanya: Siapa Anda?, Ibrahim menjawab: Saya adalah orang yang
bersembunyi karena takut dibunuh, saya mencari suaka di rumah Anda. Lelaki ini kemudian membolehkannya masuk ke rumahnya. Lelaki itu memberinya makanan dan minuman. Hanya saja lelaki itu terbiasa pergi keluar
rumah sekali dalam sehari, sehingga Ibrahim bertanya kepadanya: Saya perhatikan Anda gemar menunggang kuda, untuk apa?. Lelaki itu menjawab: Ibrâhîm ibn Sulaimân menyandera ayahku hingga wafat; saya
diberitahu bahwa dia bersembunyi; saya sedang mencarinya untuk melampiaskan balas dendam. Ibrahim berkata: Saya Ibrâhîm ibn Sulaimân, pembunuh ayahmu. Lalu lelaki itu berkata: “Soal Anda, Anda akan
bertemu ayahku di akhirat dan dia akan membalaskan dendamnya kepada Anda. Sedangkan saya, saya tidak akan mengingkari perjanjian saya untuk melindungi Anda. Keluarlah dari rumah saya, karena saya tidak dapat
menjamin diri saya bertindak salah terhadap Anda”. Lalu, lelaki itu memberikan Ibrâhîm uang sebesar 1000 dinar; dan Ibrâhîm mengambilnya dan pergi meninggalkannya. Lihat al-Amir Usâmah ibn Munqidz, Lubâb al-
88
vi Ibn Ishâq melaporkan cerita dari Ibn ‘Umar tentang ayahnya ‘Umar bin Khatab. Ibn ‘Umar berkata: ”Mereka
melakukan tindakan penyerangan terhadap ayahku; mereka terlibat dalam perang yang berkecamuk hingga
matahari terbit”. Kemudia Ibn ‘Umar melanjutkan ceritanya: “Ketika ayahku lelah, ia pun duduk, dan mereka
berdiri di atas kepalanya. Lalu, ia berkata: “ Lakukanlah apa yang kamu mau. Saya bersumpah demi Allah, jika
kami memiliki sebanyak 300 orang prajurit, kami akan kehilangan mereka karena kalah melawan kamu, atau
kamu kehilangan mereka karena kalah melawan kami.” Dalam suasana seperti itu, tiba-tiba seorang pembesar
Quraisy yang mengenakan pakaian berhias bordir datang dan berdiri di dekatnya, sambil bertanya: “Apa yang
terjadi?”. Mereka menjawab, “Umar telah tersesat.” Pembesar itu menukas: “Hentikan Seorang lelaki memilih
sesuatu untuk dirinya Apa yang kalian inginkan ? Apakah kalian berpikir bahwa Bani ‘Adiy akan menyerahkan
orang ini kepada kalian? Lepaskan orang itu.” ‘Umar menjelaskan: “Demi Allah, mereka pergi begitu cepat
seolah jubah dilucuti.” Ibn ‘Umar kemudian menjelaskan: “Saya bertanya kepada ayah saya setelah dia bermigrasi ke
Adab, Kairo: Maktabah al-Sunnah 1407 H1987M, h. 128-129; dan al- Tanukhi, al-Mustajad min Faalat al- Ajwad, Kairo: Dâr al-‘Arab al-Bustâniy, 1985, h. 22 - 23.
89
Madinah: “Ayah, siapakah yang telah mengusir orang- orang menjauh dari engkau di Mekkah pada hari engkau
memeluk Islam, padahal ketika itu mereka sedang memerangi engkau?” ‘Umar menjawab: ”Itulah”
maksudnya Bani al-‘Ash ibn Wâ`il al-Sahmi.
125
Antara al-‘Ash dan Bani Adiy suku asli ‘Umar, terdapat aliansi.
Al-‘Ash berkata kepada Umar: “Mereka tidak bisa menyentuh Anda, saya pelindung Anda.” Karena itu
‘Umar menjadi aman. Demikianlah al-‘Ash memberi suaka kepada ‘Umar.
126
vii Peristiwa yang terjadi ketika suku Quraisy mengejar sekelompok orang Muslim, lalu mereka bertemu Sa’ad bin
‘Ubâdah di sebuah tempat yang disebut Azakhir, dan al- Mundzir ibn ‘Amr, saudara Bani Sâ’idah ibn Ka’b ibn al-
Khazraj, dan keduanya adalah petinggi di kalangannya. Mereka tidak bisa mengalahkan al-Mundzir, tetapi mereka
dapat menangkap Sa’ad bin ‘Ubâdah, lalu mengikat tangannya ke lehernya dengan tali dari barang bawaannya.
Dan kemudian membawanya ke Mekkah sambil memukulinya dan menjambaki rambutnya, di mana ia
memiliki rambut yang lebat. Sa’ad menjelaskan: “Demi Allah, saat aku jatuh ke tangan mereka, tiba-tiba
125
Ibn Katsir, Safwat al-Sîrah al-Nabawiyyah, Kairo: Majlis al-A’lâ li al-Syu`ûn al-Islâmiyyah, 1422H 2002M, Jilid II, h. 22-23.
126
‘Alî Ahmad al-Khatîb, Muqaddimah Qabla Hijrat al-Nabî SAW, h. 93.
90
sekelompok orang dari Quraisy, di antara mereka ada seorang pria tampan dengan wajah cerah, mencegatku.
Dalam hati saya: Jika ada orang yang baik di antara mereka, tentu dialah orang itu. Tetapi ketika dia
mendekati saya, dia mengangkat tangannya dan memberiku pukulan yang kuat. Lalu, saya berkata dalam
hati: “Tidak Demi Allah, tidak ada di kelompok mereka, setelah kejadian ini, orang yang baik”. Demi Allah, ketika
saya masih dalam genggaman mereka, dan mereka menyeret saya, salah satu dari mereka melindungiku,
sambil berkata: “Celakalah engkau, apakah ada jiwar atau perjanjian antara Anda dan salah satu orang dari Quraisy.
Saya berkata: “Ya, demi Allah, saya memberi suaka dan perlindungan aman kepada Jubair bin Mutim untuk para
pedagangnya, dan saya melindungi mereka dari orang- orang yang berusaha menindas mereka di daerah saya.
Demikian juga untuk al-Harits ibn Harb ibn Umayyah ibn Abd al-Syams. Celakalah engkau, berbicaralah atas nama
kedua laki-laki itu, dan sebutkanlah tentang perjanjian Anda dengan keduanya. Sa’ad melanjutkan ceritanya:
“Saya kemudian melakukan yang dikatakannya. Orang itu kemudian pergi mencari keduanya para pelindung, dan
menemukan mereka di masjid di sisi Kabah. Orang tersebut berkata kepada keduanya: “Ada seorang pria dari
91
suku al-Khazraj saat ini sedang dipukuli di sebuah tempat bernama al-Abtah dan menyebut-nyebut nama Anda
berdua sebagai pelindungnya. Keduanya bertanya: “Siapa dia?” Ia menjawab: “Sa’ad bin ‘Ubadah”. Mereka
berkata: “Ia benar, demi Allah, dia memberi jaminan keamanan kepada pedagang kami, dan melindungi mereka
terhadap orang-orang yang berusaha menindas mereka di daerahnya. Kedua orang itu kemudian datang dan
melepaskan Sa’ad dari cengkeraman mereka. Sa’ad kemudian pergi. Orang yang memukul Sa’ad sebelumnya
adalah Sa’ad bin Suhail bin ‘Amr. Ibn Hisyam menjelaskan: Adapun orang yang melindungi Sa’ad adalah
Abu al-Bakhtari bin Hisyam.
127
viii Perjanjian persaudaraan antara Umayyah ibn Khalaf ibn Abi Sufyân-dari suku Quraisy-dan Saad ibn Mu’az-dari
Madinah. Perjanjian tersebut sudah lama terjadi, bahkan sebelum Saad memeluk Islam. Perjanjian persaudaraan itu
mengikat masing-masing pihak apabila masing – masing pihak memberikan perlindungan kepada yang lain. Setiap
kali Umayyah melakukan perjalanan ke utara dan melintasi Madinah, ia mampir sebagai tamu ke kediaman
Saad. Begitu juga dengan Saad, ketika bepergian ke selatan melintasi Mekkah, maka ia mampir ke kediaman
127
Ibn Katsîr, Safwat al-Sîrah al-Nabawiyyah, Jilid II, h. 107-108.
92
Umayyah. Ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, Saad berangkat menuju Mekkah untuk
melakukan umrah dan tinggal sebagai tamu Umayyah. Karena mengetahui watak orang-orang Mekkah yang
pemarah dan sempit hati, Sa’ad tidak ingin menyusahkan Umayyah, lalu ia berkata kepadanya: “Maukah Anda
memberi saya beberapa waktu untuk tawaf di sekitar Kabah?”. Umayyah balik bertanya: “Maukah Anda
menunggu sampai tengah hari?“. Mereka kemudian pergi ketika hampir tengah hari, dan Saad mulai melaksanakan
tawaf. Tiba-tiba muncul Abu Jahal di depannya dan bertanya pada Umayyah: “Wahai Abu Safwân, siapa yang
bersama Anda itu?”. “Ini adalah Saad”, jawab Umayyah. Abu Jahal kemudian berkata mengarahkan ucapannya
kepada Sa’ad “Saya melihat Anda bergerak dengan aman di Mekkah, padahal Anda telah memberikan perlindungan
untuk orang-orang Sabean, dan mengklaim telah mendukung dan membantu mereka. Demi Allah, sekiranya
Anda tidak bersama Abi Safwan, Anda tidak akan pernah kembali dengan selamat ke rumahmu.
128
ix Kisah yang terkait dengan Aslam, budak Umar bin al- Khaththab, ketika ia bepergian untuk melakukan
perdagangan bersama orang-orang Quraisy. Ketika mereka
128
Lihat Muhammad ibn Ismâ’îl al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhâri, Hadis No. 3734, Jilid IV, h. 1453.
93
sudah berangkat, Umar tertinggal di belakang untuk sebagian urusan pribadinya. Ketika sampai di suatu
daerah, salah seorang komandan Romawi menangkap lehernya dan menyerangnya. ‘Umar mencoba melawan,
tetapi dia tidak dapat mengalahkannya. Komandan tersebut kemudian mendorongnya ke sebuah rumah yang
di dalamnya ada tanah, kapak, sekop dan keranjang korma. Orang itu berkata: “Kamu hanya boleh berada di sekitar
sini, dari sini sampai sini”. Kemudian dia mengunci pintu rumah itu dan pergi, sampai hampir tengah hari baru
kembali. Umar hanya duduk sambil terus berpikir, tanpa melakukan apa-apa, yang diperintahkannya. Ketika dia
kembali ke rumah, dia bertanya kepadaku: “Mengapa kau tidak melakukan apa-apa?”, sambil memukul kepala
‘Umar dengan tangannya. Kemudian Umar mengambil kapak, menghantamkannya dan membunuhnya. Lalu ia
berusaha keluar sendiri dan melarikan diri, sampai menemukan sebuah biara seorang rahib, ia pun berhenti di
samping biara itu sampai malam. “Rahib itu menunjukkan sikap hormat pada saya dan mengajak saya masuk ke
biara, lalu memberi saya makan dan minum dengan sopan, sambil mengamati apa yang sedang terjadi pada saya.
Kemudian ia bertanya tentang apa yang saya alami. “Saya telah kehilangan jejak teman saya”, jawab ’Umar.
94
Biarawan itu berkomentar: “Anda tampak sedang ketakutan”, sambil berusaha menyelidiki saya. Dia
melanjutkan: “Penganut agama Kristen tahu bahwa saya paling banyak mendalami tentang Kitab mereka. Sungguh
saya dapat meramalkan bahwa Anda adalah orang yang akan mengusir kami dari negeri kami ini. Apakah Anda
mau menuliskan perjanjian tentang jaminan keamanan bagi saya untuk biara saya ini?”. Saya menjawab: “Oh
Anda mengalihkan pembicaraan kepada yang lain”. Biarawan itu terus menekan saya sampai saya menuliskan
perjanjian yang berisi apa yang dimintanya kepada saya. Ketika tiba saat untuk pergi, ia memberi saya keledai
betina, sambil berkata: Tunggangilah itu, setelah Anda bertemu rekan Anda, kirimkan kembali kepada saya
keledai itu sendirian, karena setiap kali ia melewati biara, mereka akan menghormatinya”. Lalu ‘Umar melakukan
apa yang dikatakan kepadanya. Ketika Umar datang ke Bait al-Maqdis Yerusalem sebagai seorang penakluk,
Rahib tersebut mendatanginya sambil menyerahkan lembar perjanjian jaminan keamanan yang ditulis ‘Umar.
‘Umar menerimanya dengan syarat bahwa Rahib tersebut akan menyambut secara baik setiap umat Islam yang
melintas di sana dan memandu jalan mereka.
129
129
Ibn Katsîr, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, op. cit.,h. 56-57.
95
x Kasus yang terjadi pada Khalid bin Itab, ketika dia menghina al-Hajjaj. Al-Hajjaj lalu menulis surat kepada
Khalifah ‘Abdul Malik bin Marwan tentang insiden tersebut. Ketika Khalid datang ke Syam Syria, dia
bertanya tentang siapa yang menjadi orang kepercayaan ‘Abdul Malik. Dia diberitahu bahwa orang tersebut adalah
Rauh bin Zinba’. Saat matahari terbit Khalid menemuinya, sambil berkata: “Saya mendatangi Anda untuk memohon
suaka”. Rauh menjawab: Saya akan memberimu suaka kecuali jika Anda Khalid”. “Saya Khalid”, katanya. Tiba-
tiba suara Rauh berubah dan berkata: “Demi Allah, tolong pergi dari saya. Aku tidak percaya ‘Abdul Malik”. Khalid
memohon kepadanya: “Beri saya waktu sampai matahari terbenam”. Lalu Rauh melindunginya menunggu
matahari terbenam, sampai Khalid pergi. Kemudian Khalid pergi menemui Zufar bin al-Hârits al-Kilâbî, dan
berkata: “Saya datang menemui Anda untuk memohon suaka. “Saya beri Anda suaka”, jawab Zufar. “Saya Khalid
bin ‘Itab”, kata Khalid. Zufar menegaskan: “Walaupun Anda Khalid”. Di pagi hari, Zufar memanggil kedua
putranya, karena ia sudah tua, keduanya memapahnya, menghadap Khalifah. Khalifah ‘Abdul Malik mengizinkan
rakyat masuk ke istananya. Ketika Khalifah melihat Zufar, ia memerintahkan untuk membawa kursi untuknya, dan
96
menempatkannya di dekat singgasananya. Setelah duduk, Zufar berkata kepada khalifah: ”Wahai Khalifah
pimpinan Saya memohonkan suaka kepada Anda untuk seorang pria, mohon lindungilah dia”. Khalifah menjawab:
“Saya akan memberinya suaka, kecuali jika dia adalah Khalid”. Zufar menukas: “Dia adalah Khalid”. “Tidak, dan
tidak ada pengecualian”, tegas Khalifah. Kemudian Zufar menoleh kepada kedua anaknya, sambil berkata: “Papah
saya”. Sambil keluar, ia berkata kepada Khalifah: “Wahai Khalifah ‘Abdul Malik, demi Allah, seandainya Anda lihat
bahwa tangan saya mampu memikul panah dan mengendalikan kuda, pasti Anda akan memberi suaka
kepada orang yang saya lindungi”. Khalifah kemudian tertawa dan berkata: “Wahai Abu al-Huzail, kami
memutuskan memberinya suaka”.
130
3. Pemberian suaka teritorial kepada sandera yang memeluk Islam atau menjadi non-Muslim