179
bahwa: “Bilamana seorang anak tidak mendapatkan perlindungan baik dari kedua orang tuanya atau walinya secara
hukum maka yang dijadikan acuan untuk memenuhi kepentingan ajaran agama yang dianutnya ialah prinsip
memperhatikan kemaslahatan terbaik bagi si anak.”
223
6. Hak atas harta kekayaan
Ajaran agama Islam menekankan pentingnya pemeliharaan atas harta orang-orang non-Muslim, baik harta itu benda tetap,
maupun benda bergerak, baik pada saat yang berhak memiliki harta itu masih hidup ataupun sudah meninggal. Toleransi
macam in terlihat dalam suatu ketentuan mengenai waris oleh Khalifah al-Muqtadir, pada tahun 310 H923 M, dimana
dinyatakan bahwa jika seorang dzimmiy, yaitu warga negara non-Muslim di negara Islam meninggal dunia, dan ia tidak
meninggalkan ahli waris sama sekali, maka harta warisannya bisa dikembalikan kepada seluruh keluarga yang seagama
dengan yang bersangkutan. Sementara jika pihak yang meninggal itu beragama Islam dan ia tidak meninggalkan ahli
waris seorangpun, maka harta peninggalannya dikembalikan ke Bait al-Mâl.
224
Praktek ini didasarkan pada aturan yang menyebutkan bahwa tidak ada orang Islam yang boleh menerima warisan dari
223
Lihat Resolusi No. 3655 Majelis Umum PBB, 25 November 1981.
224
Adam Maitaz, al-Hadârah al-Islâmiyyah fi al-Qarn al-Râbi’ al-Hijriy au ‘Asr al-Nahdah fî al- Islâm, alih bahasa Muhammad Abû Raidah, Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ârabî, 1387 H1967 M, Jilid I, h. 77.
180
non-Muslim, dan bahwa perbedaan agama adalah faktor yang menghalangi pewarisan
225
dan bahwa menurut Hadis Nabi, hanya pengikut atau kerabat yang sama agamanya, yang dapat
mewariskan harta kekayaan seseorang jika ia tidak memiliki ahli waris dari golongan dzaw al-arhâm.
226
7. Muamalah atau interaksi dengan orang non-Muslim
Islam memerintahkan orang Muslim untuk menjalin perdamaian dengan orang non-Muslim, mengunjungi mereka
ketika mereka sakit, menghadiri pemakaman mereka, menyampaikan belasungkawa atau ucapan selamat atau bentuk
lain interaksi.
227
8. Aturan umum dalam Syariat Islam, bahwa pengungsi, meskipun non-Muslim, dihormati
228
Aturan ini didasarkan pada fakta bahwa Allah SWT memperlakukan sama semua manusia dalam asal-usul
penciptaannya, ketika menjadikan mereka, lahir dari satu ayah dan satu ibu sebagaimana dijelaskan kalam Allah SWT:
225
al-Fatâwa al-Islâmiyyah min Dâr al-Iftâ’ al-Misriyyah, al-Majlis al-A’la li al-Syu’ûn al-Islâmiyyah, Kairo: 1409 H1989 M, Jilid XVI, h. 6064-6070.
226
Ahmad Amîn, Zuhr al- Islâm, Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-‘Arabiyyah, 1962, h. 81-82.
227
Ibn Qayyim al-Jauziyah, Ahkâm Ahl al-Dzimmah, h. 191-206.
228
Ibn `Âbidîn, Hâsyiyat Radd al-Muhtâr, Kairo: Mustafa al-Bâb al-Halabi, 1386 H.1966 M, Jilid V, h. 58.
181
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri
mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan
. Q.s al-Isrâ 17:70.
Istilah anak-anak keturunan Adam bersifat umum dan
bukan istilah khusus untuk umat manusia, mencakup Muslim dan non-Muslim, tanpa membedakan ras, bangsa atau agama,
terlepas dari apakah mereka pengungsi atau bukan.
9. Larangan pemaksaan perpindahan agama terhadap orang